➿ KNDA - 4

6.8K 838 81
                                    

Witing tresno jalaran soko kulino.

--- Auhtor ---
➿➿➿➿➿

Digo mengusap wajahnya kasar. Ia tak tau kenapa pilihannya jatuh pada Prilly, gadis menyebalkan yang sempat mengancamnya akan mengubrak -abrik ruangannya jika Perusahaanya kedapatan sedang mencari sekretaris baru.

Tapi Digo tak ada pilihan lain. Hanya Prilly satu-satunya kandidat yang tersisa di tambah saat ini Digo tampak kualahan mengurus beberapa berkas di kantor.

Ia melirik jam tangannya. Satu jam lagi akan ada rapat tapi Digo belum menyiapkan bahan untuk presentasinya. Ia mengacak rambutnya dengan gerakan kasar. Memilih menunggu kedatangan Prilly sambil duduk menyandar di kursi kebesarannya.

Menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya dengan sangat pelan. Digo memejamkan matanya untuk mengurangi penat di kepalanya.

Tok! Tok! Tok!

Suara itu membuat mata Digo terbuka dengan cepat. "Masuk!" serunya lantang.

Pintu ruangannya terbuka perlahan dan gadia yang di tunggunya datang juga. Prilly muncul dari balik pintu sambil tersenyum miring. Ia melangkah masuk ke dalam ruangan Digo dan berdiri di depan meja kerja Digo.

"Masih ingat dengan saya, Pak?" ejek Prilly. Digo diam dan matanya terus menatap gadis di depannya. "Ooh maaf mungkin Bapak sudah lupa. Nama saya Prilly Natasya. Gadis yang kemarin melamar kerja di tempat Bapak dan Bapak tolak mentah-mentah dengan alasan tidak ada lowongan."

Digo masih diam saja. Prilly menyapu pandangannya menatap ke seluruh penjuru ruang kerja Digo. "Dan Bapak masih ingat tidak, saya akan mengacak-acak ruangan ini kalau saya tau Bapak sedang mencari pegawai baru?"

Alis Prilly terangkat sebelah menatap remeh ke arah Digo.

"Aku memanggilmu ke sini bukan untuk melakukan siaran langsung. Cepat siapkan berkas untuk meeting satu jam lagi. Hari aku harus menang tender." titah Digo.

"Oh jadi Bapak memanggil saya kesini karena akan ada meeting? Kalau tidak ada meeting apa Bapak tidak akan menerima orang seperti saya?" tampaknya Prilly masih belum puas dan merasa heran kenapa Bos di depannya ini sempat menolaknya kemarin.

"Maaf, saya salah. Harusnya kemarin saya menginterview kamu dulu." nada suara Digo sedikit melemah.

Prilly menganggukan kepalanya beberapa kali. "Baiklah saya terima maaf dari Bapak. Tapi sepertinya saya kurang tertarik dengan tawaran yang Bapak ajukan---"

"Apa yang kau inginkan?" potong Digo cepat. Kali ini ia tak punya banyak waktu karena waktu terus berjalan dan meeting sebentar lagi akan di mulai.

Prilly tersenyum miring dan sedikit mencondongkan badannya ke arah Digo membuat Digo sedikit mengernyit bingung. "Apa imbalan yang akan Bapak berikan jika saya berhasil memenangkan tender kali ini?"

Prilly menatap dalam ke arah bola mata Digo hingga ia bisa melihat bayangannya sendiri dari bola mata hitam itu.

"Apa yang kau inginkan?"

Senyum Prilly mengembang. Ia lalu menarik tubuhnya dan menegakkan punggungnya. "Secangkir teh hangat."

Alis Digo terangkat sebelah. "Hanya itu?"

Prilly mengangguk yakin. "Ya. Secangkir teh hangat selama seminggu sebelum mulai bekerja. Saya ingin Bapak sendiri yang membuatkannya untuk saya."

Kening Digo mengkerut seketika. "Kantor ini mempunyai OB banyak, kenapa harus aku?"

Kusebut Namamu Dalam AkadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang