"elo!!"teriak mereka berdua.
"eh..ngapain lo disini??"
"suka-suka gue lah mau ngapain disini"jawab Arvan sewot.
"pasti lo bolos ya??"tebak Nasya.
"nggak. Sok tau lo orang kepala gue lagi sakit jadi gue disuruh kesini"
"bohong!"ejek Nasya.
"lo nggak percaya?? tanya sana sama ibu fatima"
"dih...ogah"
"lo ya.."geram Arvan.
Nasya yang hendak berdiri namun karena kakinya yang masih sakit ia hampir terjatuh. Untung saja Arvan langsung menangkapnya. Mereka saling menatap selama beberapa detik sebelum Nasya yang langsung tersadar dari lamunannya.
'kenapa gue jadi deg-degan deket sama dia' Batin Arvan.
'mama..tolongin Nasya'jerit Nasya dalam hati.
"eh..lo..lo nggak apapa??"tanya Arvan dengan gugup.
"eng..enggak apapa"jawab Nasya.
"kaki lo emangnya kenapa??"
"tadi pas olahraga gue jatuh jadi gini deh"
"makanya kalau lagi olahraga jangan kebanyakan gaya"kata Arvan.
"siapa juga yang kebanyakan gaya" kesal Nasya.
"elo lah"
"sok tau lo"
"yaudah mau gue bantuin nggak??"
"mm.." Nasya sedang berfikir apakah ia harus menerima nya atau tidak.
'terima nggak ya??tapi kalau gue bilang nggak usah nanti nggak ada yang bantuin gue' batin Nasya sedang berfikir untuk menerima bantuan Arvan atau tidak.
"nggak usah malu-malu gue nggak bakal minta imbalannya kok"
"kalau nggak mau juga nggak apapa" kata Arvan yang hendak pergi ke kasur untuk tidur.
"eh..i..iya deh. Gue minta tolong dong ambilin kotak P3K nya"kata Nasya yang sudah mencekal tangan Arvan yang hendak pergi.
"oh oke"
Arvan beranjak untuk mengambil kotak P3K yang terletak di atas meja. Lalu memberikannya kepada Nasya.
"nih obatnya"kata Arvan sambil memberikan kotak P3K.
"mm...makasih"ucap Nasya.
"jadi nama lo Nasya"kata Arvan yang tidak sengaja melihat nametag Nasya.
"kok lo bisa tau nama gue??"tanya Nasya bingung.
"gue lihat name tag lo"jawab Arvan.
"ohh.. gue kirain lo dukun yang bisa tau nama gue"
"nggak lah ganteng-ganteng gini masa dukun"ucap Arvan.
"kan bisa jadi. Emangnya lo ganteng??"
"iyalah. Buktinya banyak cewek yang mau ama gue"ucap Arvan dengan pede.
"dih pede banget si lo"
Keheningan lalu terjadi diantara mereka. Arvan yang sudah merasa canggung memilih untuk pergi melanjutkan tidurnya. Di UKS terdapat dua kasur jadi Arvan tidur disamping kasur yang di tempati Nasya dan di batasi oleh tirai Nasya dengan perlahan mengoleskan obat ke lukanya. Setelah selesai, Nasya beranjak untuk pergi menemui sahabatnya karena ia merasa kaki nya sudah tidak terlalu sakit untuk berjalan. Dan ia juga merasa tidak enak hanya berdua bersama Arvan di UKS. Jadi ia memilih untuk menemui sahabatnya.