"In a single day, all at once
These feelings aren’t something that can be broken that quickly
I feel it painfully
Wherever it may be, I come to you"💓💓💓💓💓💓
"Bangun lah! Hapus air matamu itu!" Viola menoleh, ucapan itu berasal dari lelaki bersuara khas bariton.
Seorang lelaki yang lebih tinggi 15 senti dari Viola sudah sedari tadi mengikuti Viola. Lelaki itu rela memberikan payung hitamnya untuk melindungi Viola, dan membiarkan tubuhnya yang hanya berbalut kemeja hitam tipis basah diterjang hujan. Ia tak peduli pada kesehatannya sendiri, yang ia pedulikan hanyalah keselamatan Viola.
"Apa kau sudah gila?! Cepat bangun, nanti kau bisa sakit." Tanpa disadari telapak tangan dingin lelaki itu menarik Viola hingga ia tersentak kaget. Jarak antara mereka sangatlah dekat. Desiran nafas lelaki itu dapat Viola rasakan. Retina Viola menatap dalam retina hitam pekat milik lelaki itu. Entah kenapa matanya tak mau lepas menatapnya. Wajah itu mengingatkannya dengan wajah tunangannya yang sudah tiada. Di ujung kelopak matanya terbentuk kembali bulir-bulir bening.
"Mau sampai kapan kau melihat ketampananku? Apa kau sedang berpikiran mesum?" Viola kembali sadar ke dunianya. Sejurus kemudian Viola menjauh. Ia juga baru menyadari kedua tangannya sempat bersandar di bahu lebar milik lelaki itu.
"Aishh...kau lah yang berpikiran mesum." Viola mendesis, merubah raut wajahnya kesal.
Detik kemudian lelaki itu melirik kue yang sudah hancur, dan dress putih yang dikenakan Viola terkena lumpur, "Kau bertindak bodoh lagi. Lihatlah banyak orang yang memberi tatapan sinis sekaligus mengasihani dirimu. Tidak bisakah kau berpikir dewasa untuk tidak melakukan hal semacam ini dan membuat dirimu dalam bahaya?" Lelaki itu malah memberikan ultimatum ketusan, bukan menenangkannya.
"Apa pedulimu?" Balas Viola dengan wajah sekaligus intonasi datar.
Secepat mungkin lelaki itu menarik tangan Viola. Viola sempat memberontak, tapi apa yang dilakukannya sia-sia, kekuatannya tak mampu untuk melepaskan tangannya dari genggaman lelaki itu.
"Berhentilah memberontak!! Tidak kah kau berpikir bahwa Rafi juga akan kasihan dengan semua tindakan gilamu ini ?! Rafi tidak akan senang, kau tau itu!!" Lelaki itu membentak dan menaikkan nadanya. Viola tiba-tiba nenunduk, dan berhenti memberontak. Hanya sebuah nama yang dilontarkan lelaki itu sukses membuat Viola terdiam.
Lelaki itu menghela nafas. Sekarang ia merasa bersalah saat melihat wajah Viola menunduk, dan menahan bulir-bulir air di pelupuk matanya.
Hujan kian reda. Rinai gerimis yang tadinya terus menghantam tanah berubah menjadi rintikan nada hujan yang menimbulkan irama. Langit mendung perlahan menjadi biru. Sinar matahari menembus awan. Hembusan angin menemani keduanya yang saling terdiam menikmati keindahan setelah hujan. Dimana Sang Pencipta mulai menorehkan tinta di atas kanvasnya.
Hawa dingin yang terasa menusuk tubuh membuat Viola merapatkan kedua tangannya. Viola menggigil karena dress yang ia pakai sudah basah. Bahkan mungkin dirinya bisa menampung air satu ember penuh saat bajunya diremas.
Lelaki itu bergerak masuk ke dalam mobil, mengambil sebuah jas tebal warna hitam. Lantas memakaikan jas itu di bahu Viola dan merapatkannya. Viola diam seribu kata, bahkan ia seolah lupa caranya bernafas. Baru pertama kalinya lelaki dihadapannya bersikap manis kepadanya.
"Masuk lah ke dalam mobil." ujar lelaki itu, pergi begitu saja, sukses membuat Viola terpaku di tempatnya.
Tbc
Btw, hayo ada yang tau si cowoknya itu kenapa dan mau ngapain nyuruh Viola masuk ke dalam mobil? 🤔🤔
Next or no??
Jangan lupa voment, kritik dan sarannya juseyo. Sebagai semangat shasha buat up ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Universe [COMPLETE]
Short StoryCover by : AnhGraphic Everything must be precious time One by one, everything is special for me Although tired because it is difficult I get my strength back When you remember who saw me with a smile Wherever I am, I remain yours I'll always give yo...