"Masuk lah ke dalam mobil." Ujar lelaki itu, pergi begitu saja, sukses membuat Viola terpaku di tempatnya.
"Kau selalu saja membantah ucapanku. Sudah berapa kali ku katakan jangan membahayakan dirimu sendiri! Berhenti berbuat hal gila lagi!" Lelaki itu mengomel kembali seraya tangannya berkonsetrasi mengemudikan mobil.
Di tengah lenggangnya jalanan kota, di tambah bau khas dedaunan akibat guyuran hujan seorang wanita membuka kaca mobil. Membiarkan udara malam membelai lembut paras cantiknya. Mengabaikan ocehan lelaki di sampingnya. Lampu remang-remang di sudut jalan sepertinya lebih menarik, ketimbang mendengar ocehan ceramah yang tak hentinya keluar dari mulut lelaki yang berada di balik kemudi.
"Jangan pernah mau dikasihani dan mendapatkan tatapan cacian dari orang lain yang hanya melihat kau menangis gila, sedang mereka tidak tau kronologi sebenarnya." Lihat kan? Lelaki itu tak kunjung berhenti.
Viola segera menutup kaca mobil. Menoleh, dengan tatapan tajam. Tajam setajam mata elang yang siap menerkam mangsanya. Sungguh kalimat barusan telah menyinggung hatinya. Kali ini sudah kelewatan.
"Lantas apa yang sedang kamu lakukan?! Kau tidak menyebut dirimu sendiri? Kau sendiri pun mengasihaniku juga kan?!" Viola tiba-tiba bicara dengan nada tinggi, membuat lelaki itu memberhentikan mobil secara mendadak-beruntung jalan sangat lenggang, tidak terjadi kecelakaan.
Lelaki itu membisu dengan nafas memburu. Tentu saja, dirinya amat terkejut mendengar amarah Viola yang memuncak.
"Rafa, aku mengerti kau peduli denganku. Tapi, nyatanya kau tidak berbeda dengan mereka yang mengasihaniku."
Viola membekap mulutnya sendiri. Sungguh, ia tidak sadar telah mengucapkan kata-kata kasar. Ia tidak bermaksud untuk mengatakannya, emosinya sedang melonjak dan ia hanya melampiaskan semua amarahnya."Raf... Aku minta maaf, aku tidak----"
"Bukan masalah, aku mengerti. Maaf atas ucapanku sebelumnya." Potong Rafa tanpa menoleh sedikit pun.
Menit kemudian suasana menjadi canggung. Hening. Tak ada yang memulai berbicara. Hanya saling melirik satu sama lain, secara diam-diam. Kejadian barusan sepertinya membuat keduanya larut ke dalam pikiran masing-masing, berusaha memahami, dan mungkin diam adalah jalan terbaik.
Di lubuk hati Viola merasa menyesal sebab ia tidak bisa mengontrol emosinya. Oh Tuhan... Maafkan Viola, ia tidak bermaksud menyakiti perasaan lelaki yang selalu melindunginya.
Tanpa perintah dari Viola Rafa memutar kemudinya. Viola terbelalak, jalan yang diambil lelaki jangkung di sebelahnya bukanlah jalan rumahnya. Lantas apa yang dilakukan Viola? Hanya diam dan tak bisa berkata apapun. Ia sudah tak enak hati barusan berucap kasar, dan memilih membiarkan Rafa membawanya entah kemana.
-Tbc
Annyeong shasha sudah up. Gimana part ini??? Belum masuk konflik si, tapi karena ini ceritanya gak banyak part jadi shasha mau buru buru kelar.
And shasha sangat berterima kasih bagi kalian yang udah jadi readers setia. Udah mau mampir, sekaligus vote cerita aneh dan abal ini.
Nahh ini luv luv buat kalian 😘😘💕😍
Kira kira lanjut gak nih ceritanya? 🤔
Jangan lupa voment dan sarannya juseyo ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Universe [COMPLETE]
Short StoryCover by : AnhGraphic Everything must be precious time One by one, everything is special for me Although tired because it is difficult I get my strength back When you remember who saw me with a smile Wherever I am, I remain yours I'll always give yo...