Memang bukan kerumah sakit seperti yang tadi dikatakannya Rigel membawa gadis itu, justru berhenti didepan rumah lantai 2 yang nampak sepi.Rigel membunyikan klakson mobilnya, lalu setelahnya pintu gerbang nampak dibuka seorang bapak-bapak, dan Rigel langsung membawa mobilnya masuk.
Gadis disampingnya terlihat semakin bingung tak mengerti, rasa takut juga masih dirasa menyelimuti hatinya, bahkan hingga kini Rigel tak menjawab pertannyaanya, membuat gadis itu merasa menyesal karna sudah mau ikut dengannya.
Rigel keluar dari mobilnya, lalu menuju pintu mobil disebelahnya, membukannya dan membantu gadis yang nampak ragu-ragu itu untuk keluar dari mobilnya.
"Ngapain kesini?" tanya gadis itu sangat ingin tau.
"Ngobaatin kaki kamu" jawab Rigel santai.
Lalu coba membantu gadis itu jalan, tapi ditolaknya karna gadis itu merasa bisa jalan sendiri, tapi baru mau melangkah perih dikakinya membuatnya langsung meringgis kesakitan.
Rigel yang tau bersiap langsung ingin menggendong gadis itu, tapi ditahan seketika oleh gadis itu dengan raut malunya.
"Mau ngapain?" tanya gadis itu.
Menatap heran pada Rigel, memang tak tau maksud Rigel atau pura2 tak tau.
"Kamukan gak bisa jalan" jawab Rigel.
"Bisa" jawab gadis itu meski dirinya sendiri tak yakin.
Tak peduli jawaban gadis itu, Rigel langsung mengambil satu tangan gadis itu dan menaruhnya pundaknya, satu tangan Rigel memeluk pinggang gadis itu dan langsung membawa gadis itu masuk kedalam rumah.
Meski jelas ada rasa canggung tapi kali ini gadis itu membiarkan Rigel memapahnya, karna setidaknya begitu lebih aman dari pada digendong.
Seorang gadis nampak sedang berjalan turun dari tangga, menyambut kedatangan Rigel dirumahnya, tentu setelah pegawai dirumah itu memberitaunya, pegawai rumah yang pastinya sudah sangat mengenal Rigel.
"Nilam, cepat obati luka dikakinya" perintah Rigel tanpa basa basi.
Membuat gadis yang dipanggil Nilam itu tampak sedikit heran,meski sudah sangat mengenal watak Rigel yang tak suka basa basi, tapi baru kali ini Rigel datang kerumahnya membawa seseorang.
Apalagi seseorang yang terluka, meski dirinya adalah seorang Dokter, tapi biasanya Rigel akan mencarinya dirumah sakit jika ada yang berhubungan dengan sakit.
"Kalian habis kecelakaan atau gimana?" tanya Nilam.
Nampak memperhatikan kedua orang didepannya, terutama pada Rigel dari atas sampai bawah, dan merasa lega saat melihat Rigel tak ada yang kurang.
"Tadi aku gak sengaja nyenggol motornya" jawab Rigel.
Sedang gadis itu masih nampak bingung dan bertanya-tanya sedari tadi, karna dirinya bukan dibawa kerumah sakit malah kerumah yang ntah siapa.
"Jangan bikin khawatir bisa?" tanya Nilam pada Rigel, menujukan rasa khawatirnya.
Rigel hanya mengangguk dan sedikit tersenyum menjawab ucapan Nilam, sedang gadis itu hanya melihat keduanya dengan rasa sedikit penasaran.
Setelahnya Nilam menyuruh Rigel untuk membawa gadis itu keruangannya.
Tak butuh waktu lama, karna beberapa menit saja luka dikaki gadis itu kini sudah diobati juga diperban, meski gadis itu sempat meringgis perih saat lukanya dibersihkan, yang ntah karna benar peduli atau karna merasa tanggung jawab, membuat Rigel menggenggam tangannya lembut, berharap bisa membuat gadis itu melupakan perih dikakinya.
Meski ntah apa maksud Rigel, hanya sekedar begitu atau ada yang lain, biarlah hanya Rigel yang tau.
Membuat Nilam menatap pada tangan itu dengan perasaan yang sukar digambarkan.
Gadis itupun tampak sudah bisa berjalan sendiri meski masih pelan, Rigel langsung membawa gadis itu pergi dari rumah tersebut setelahnya.
Nilam hanya bisa menahan sesuatu yang dirasanya dengan sikap Rigel yang begitu, kecupan dipipinya dari Rigel masih diartikan sama oleh Nilam, hingga kini hanya menatapi kepergian Rigel yang terlihat begitu peduli pada gadis yang bersamanya, karna bagaimanapun arti Rigel tetap sama dihidupnya.
Tanpa bicara apapun pada gadis itu, Rigel langsung melajukan mobilnya, tak jauh dari rumah tadi Rigel kembali menghentikan mobilnya didepan rumah yang cukup mewah, dan langsung meminta gadis itu keluar dari mobilnya.
Yang lagi-lagi membuat gadis itu bingung tak mengerti, semakin bertanya-tanya dalam hati siapakah gerangan orang yang bersamanya ini.
"Kita masuk dulu" beritau Rigel.
"Tapi ngapain lagi? kaki aku kan udah diobati" jawab gadis itu heran.
"Aku mau mandi, tadi kan kena gerimis, kamu juga" jawab Rigel.
Yang seketika membuat gadis itu langsung tau, jika ini adalah rumah orang yang membawanya.
"Aku tunggu diluar aja" ucap gadis itu.
"Kenapa hmm? takut masuk kerumahku?" tanya Rigel.
"Gak papa, diluar lebih enak menurutku" jawab gadis itu.
"Nama kamu siapa?" tanya Rigel mengulurkan tangannya.
Menatap lebih intents pada gadis didepannya, gadis yang menurutnya berparas cukup memikat banyak laki-laki tentunya, yang cukup dibuat salah tingkah karna tatapan Rigel padanya.
"Kejora" jawab Gadis itu.
Menatap mata Rigel sekilas, lalu membuang pandangannya seiring debar-debar sedikit keras dijantungnya, meski ntah debar karna apa, tapi matanya kini semakin yakin jikalau gadis didepannya sangatlah menawan.
"Rigel Antares" balas Rigel menyebutkan namanya.
Begitulah cara Rigel mengajak berkenalan, sangat biasa juga alakadarnya, tapi disebaliknya siapa yang sangka jika ada yang akan begitu berharga.
"Tunggulah didalam karna diluar dingin" pinta Rigel.
Tak mau gadis yang mengaku bernama Kejora itu menunggunya diluar, karna gerimis yang tadi sempat berhenti kini tampak turun lagi, yang membuat Kejora mengangguk mengikuti langkah Rigel masuk kedalam rumahnya.
Rumah yang nampak sepi, hanya terlihat orang yang memang bekerja dirumah itu, Kejora nampak mengedarkan pandangannya didalam rumah itu.
Fikirannya tak tentu, karna mau-maunya dirinya dengan begitu saja ikut dengan orang yang tak dikenalnya, meski baru berkenalan tapi itu bukan jaminan, bahkan seseorang yang mungkin tak disangkanya bertemu lagi oleh Kejora.
Rigel langsung masuk kekamarnya untuk mandi, Kejora nampak duduk dengan hati yang dirasa tak tenang, bahkan sedikit kaget saat seorang pegawai rumah memberikan minuman.
Dibuat lebih kaget lagi saat dirasa bahunya disentuh seseorang, yang langsung membuatnya menolah, dan mendapati Rigel sudah ada dibelakangnya, ntahlah apa yang sedang difikirkannya hingga seolah gampang merasa kaget begitu.
Jantungnya jelas berdebar tak karuan kala satu tangan Rigel menyodorkan sesuatu, yang tak pernah terlintas difikirannya, merasa tak tau akan bagaimana jadinya setelah ini.
"Ambilah" pinta Rigel.
Menatap biasa pada Kejora, yang jelas terlihat sedang begitu khawatir.
"Un..untuk?" tanya Kejora terbata.
Merasa bahwa saat ini kebebasan dan hidupnya benar-benar sedang dipertaruhkan, ingin sekali rasanya Kejora berlari pergi sejauh mungkin dari gadis didepannya, tapi itu mustahil baginya karna meski belum mencoba tapi sudah ketauan hasilnya.
"Untukmu" jawab Rigel menatap dalam.
Bukan dalam karna terpesona atau terlena, tapi dalam seolah ada satu maksud tak tertebak, yang membuat Kejora kini merasa terjebak.............
TBC