Kejora, yang jelas dibuat kaget juga khawatir menatap sesuatu ditangan Rigel yang diberikan padanya, tak ada sedikitpun sangkahnya jika miliknya ternyata ada ditangan Rigel.Meski bukan sesuatu yang berharga karna hanya sapu tangan, tapi jika itu ditangan Rigel akan sangat berbahaya bagi hidup juga masa depannnya.
Meski Kejora sendiri tak tau, masa depan seperti apa yang akan dimilikinya kelak, mengingat hidupnya yang sekarang, yang meski disadari jauh dari kata baik tapi mau gimana lagi.
"Ayo ambilah, inikan punyamu" lagi pinta Rigel.
Begitu jelas dengan yakinnya, meski nada bicara Rigel lembut juga sopan, tapi bagi Kejora terdengar menusuk cukup menggerikan.
"Ga..gak, itu..itu bukan punyaku" sangkal Kejora menolak dengan gugup.
Mencoba membohongi Rigel, yang justru membuat Rigel semakin yakin, meski tatapnya pada Kejora terlihat biasa mendengar jawaban Kejora.
"Tapi aku mendapatkannya dari tanganmu malam itu" tegas Rigel meyakinkan Kejora.
Deg, begitu saja jantung Kejora dibuat berdebar hebat karna rasa takut, yang sudah tak bisa ditahannya lagi karna kini jelas teringat kejadian beberapa waktu lalu.
"Jangan becanda, ka..kamu fikir kita pernah bertemu" balas Kejora masih mengelak.
"Ingatanku masih cukup baik" balas Rigel.
Membuat Kejora merasa sudah tak tau lagi bagaimana caranya menyangkal, karna memang sapu tangan itu miliknya, yang sengaja Kejora ikatkan dipergelangan tangannya, dan karna benar malam itu adalah Rigel orangnya, tiba-tiba fikiran Kejora mendadak penuh akan kejadian itu.
Jika saja dirinya tak ikut dengan teman-temannya, jika saja dirinya bisa mudah melepaskan cekraman tangan Rigel, jika saja penutup wajahnya tak terlepas pasti dirinya tak perlu mengalami hal seperti saat ini.
Sekarang rasa khawatirnya semakin menjadi, bagaimana jika orang didepannya melaporkannya pada Polisi, bagaimana jika meminta uangnya dikembalikan, sedang uangnya sudah habis digunakan bersama dengan teman-teman baiknya itu.
"Kamu salah orang, lebih baik aku pulang sendiri" masih kekeh Kejora menyangkal juga menghindar.
Karna langsung coba melangkah keluar dari rumah Rigel, merasa terjebak juga menyesal karna Mau ikut dengan Rigel, jika tau akan begini dirinya pasti sangat menolak pertanggung jawaban Rigel, dan memilih mengobati luka dikakinya dirumah saja.
Salah sendiri juga, yang menganggap jika orang didepannya tak akan menggenalinya, dan karna dari awal tadi dirinya tak begitu yakin jika Rigel orang dimalam itu, meski jantungnya sudah dari awal merasa khawatir tapi sekarang semuanya sudah terlanjur.
"Jangan terburu-buru, lagipula aku orang yang penuh tanggung jawab, jadi aku yang akan mengantarmu pulang" cegah Rigel.
Saat Kejora mencoba melangkah meski masih sedikit tertatih, tapi Kejora berharap bisa secepatnya keluar dari rumah Rigel dan tak ingin bertemu lagi sampai kapanpun, meski saat ini sudah benar terlanjur.
"Terima kasih, tapi tidak perlu karna aku bisa pulang sendiri" kekeh Kejora.
Yang kali ini coba melewati badan Rigel yang berdiri didepannya, tapi Rigel tak biarkan itu karna langsung kembali memasang badannya tepat didepan Kejora.
"Menurut saja, aku jamin kamu tak akan rugi" pinta Rigel.
Menatap mata panik Kejora, membuat Rigel sedikit tersenyum karnanya.
"Maksud kamu sebenarnya apa? Mau melapor Polisi? Jika begitu tolong jangan libatkan mereka, laporkan aku saja silahkan" ucap Kejora menatap pasrah.
