Pukulan yang tak terlalu keras mendarat dibahu Rigel dari tangan Kejora, disertai dorongan kekesalan itu berusaha membuat tubuh Rigel mundur, tapi sayangnya usaha itu hanya sia-sia, karna Rigel tetap diposisinya dengan kokoh."Minggir ihhh, aku mau keluar Rigel, kamu nyebelin banget sih, minggir gak!" Begitulah beberapa kata yang keluar dari mulut Kejora.
Masih dengan usahanya yang tak juga berhasil, hingga sampai Rigel menangkup wajahnya lalu menempelkan Kening keduanya.
"Sstttt diem dulu" pinta Rigel.
Dibarengi sapuan lembutnya dengan satu jempol tangannya pada bibir Kejora, saat mendengar suara Cano yang memanggil Kejora diluar, yang cukup ampuh langsung membuat bibir itu terpaku terdiam disertai debaran.
"Mana ponsel kamu?" tanya Rigel kemudian.
Kejora tak mengerti kenapa Rigel menayakan ponselnya, membuat Kejora tak menangapinya.
Hingga dengan sendirinya Rigel coba mengambil ponsel Kejora, dengan tangan Rigel yang berusaha meraba tiap saku dicelana Kejora yang tentu saja membuat Kejora kaget, karna dirasa Rigel bagai sedang berbuat tak baik padanya.
Dimulai dari depan Rigel meraba pelan saku Kejora yang lebih terlihat bagai sedang membelai paha itu, mata Rigel menatap mata Kejora yang kini sedikit tajam menatapnya.
Lalu tangan Rigel berpindah kesaku belakang celana yang dikenakan Kejora, merabanya pelan saku itu yang berposisi dibokong Kejora, dan lagi-lagi membuat Kejora merasa Rigel sedang mempermainkannya, lebih anehnya Kejora merasa ada desiran dirasanya ada sengatan ditubuhnya.
"Ngapain sih?" kesal Kejora pada Rigel.
Menarik kedua tangan Rigel yang sedari tadi begitu lancang menyentuh bagian ini itunya, menatap kesal padahal degup dihati mulai blingsatan menahan rasa tak karuan.
"Aku butuh ponsel kamu" balas Rigel.
"Buat apa?" Ketus Kejora.
"Kalau mau tau ya sini ponselnya?" pinta Rigel.
Lalu mau tak mau Kejora memberikan ponselnya dengan kesal, ponsel yang tak berada disakunya tapi didalam tasnya, ntahlah Rigel benar tak tau atau pura-pura tak mau tau kalau ponsel itu tak disaku.
Setelah ponsel Kejora ditangannya, Rigel kini terlihat sedang menggetikan sesuatu lalu mengirimnya, kemudian memberikan ponsel itu pada Kejora dengan senyum tipisnya, yang dibalas Kejora dengan tatap malasnya.
"Keluar yuk?" ajak Rigel setelahnya.
"Kamu aja keluar sendiri, males aku ketemu laki-laki mesum itu" balas Kejora.
"Udah aman kok" balas Rigel tersenyum.
Membuat alis Kejora sedikit mengkerut heran, meski memang sudah tak terdengar suara Cano lagi didepan toilet.
Cano yang percaya begitu saja saat satu pesan diterima dari nomer Kejora, hingga membuatnya langsung berjalan meninggalkan toilet.
Cano yang sedari tadi menunggunya diluar dengan tak sabaran. Cano yang ternyata lebih memilih mengejar Kejora ketimbang Nilam yang masih pacarnya itu, meski malam ini tentu bisa banget Nilam memutuskan hubungannya.
sungguh Cano terlalu memang laki-laki terbrengsek begitulah kata didalam hati Nilam, merasa dirinya selalu sial jika menjalin hubungan dengan lelaki pilihannya, yang hanya diawalnya saja tampak begitu manis tapi ujungnya pahit bak bratawali.
Nilam yang berjalan cepat keparkiran dihentikan Altair, tak tega tentunya Altair melihat Nilam tampak begitu sedih.
"Jangan buru-buru gitu nanti kamu bisa jatuh" ucap Altair penuh peduli.
