7

1.5K 206 63
                                    


Seorang gadis bertanya dengan senyum menawannya, menatap penuh makna pada orang didepannya yang sudah meyakini.

"Rigel, aku sangat tau kalau ini pasti kamu" jawab gadis itu.

Sambil menujukan bungkusan ditangannya, jelas sangat membuatnya tau jika Rigel yang  membawanya, karna memang hanya Rigel tak mungkin orang lain. 

"Karna itulah aku sengaja membawakan itu, dan special hanya untukmu seorang Dokter Nilam" ucap Rigel jujur.

Rigel memang sengaja mendatangi Nilam dirumah sakit, yang sesaat tadi berniat pergi begitu saja, kala mendengar Nilam sedang bersama seseorang didalam ruangannya.

Tapi niat itu diurungkannya, meski Rigel meninggalkan bungkusan yang dibawanya, tapi nyatanya Rigel tak benar-benar pergi, karna hanya sebentar menghindar lalu kembali setelah melihat seseorang itu keluar dari ruangan Nilam.

"Ayuk masuk" ajak Nilam pada Rigel.

"Gak usah, aku gak mau jadi yang kedua setelah yang tadi, jadi aku sampai sini saja dan sebaiknya sekarang aku pulang" jawab Rigel.

Ntah serius atau hanya bercanda saja, membuat Nilam menatap sedikit heran pada ucapan Rigel.

"Jadi nganter ini doang? gak mau makan bareng?" tanya Nilam.

"Tadi niatnya si gak cuma nganterin doang, tapi sekarang aku berubah niat" balas Rigel.

"Kok gaje si" balas Nilam.

"Itu karna kamu pura-pura gak bisa rasain" balas Rigel.

Yang lagi membuat Nilam menatap heran, meski tau kemana arah pembicaraan Rigel, tapi dirinya heran karna apapun yang dibicarakan Rigel seolah mampu menjurus kesana, dan itu terkadang membuat Nilam merasa tersindir.

"Apaan deh" elak Nilam.

"Kamu masuk aja, aku beneran mau pulang, gak mau kelamaan ganggu kamu karna kamu masih kerja" ucap Rigel.

"Padahal si gak ganggu ya, tapi ya udah deh" balas Nilam tersenyum.

Setelahnya Rigel sedikit melangkah maju, lalu mencium pipi Nilam cukup dalam meski hanya sesaat, membuat Nilam kaget karna merasa jantungnya mendadak berdebar, meski hal itu sudah beberapa kali terjadi dan rasanya tak lagi bisa Nilam pungkiri selalu sama detaknya.

Kemudian Rigel langsung melangkah meninggalkan Nilam,yang nampak masih berdiri menatapi langkah Rigel yang kian menjauh, Nilam yang selalu diambang bimbang juga ragu tak menentu.

**********

Beberapa hari berlalu, Kejora yang merasa jadi penggangguran hanya berdiam dirumah, karna ingin mencari karja lagipun tak dibolehkan Rigel, seperti yang mau tak mau Kejora sepakati dengan Rigel, jika Kejora tak boleh bekerja apapun selama apa yang diminta Rigel belum terselesaikan dengan baik dan benar.

"Ve, mau kemana?" tanya Kejora.

Melihat Vega yang sudah rapi dipagi hari, dimana biasanya Vega masih santai dengan malasnya itu.

"Mau nyoba kerjaan baru, kali cocok Ra" jawab Vega.

"Serius mau kerja?" lagi tanya Kejora.

Mengingat diantara mereka berempat, Vega yang jelas orangnya suka milih-milih kerjaan atau lebih tepatnya malas bekerja dengan orang, dengan resiko yang harus nurut disuruh ini itu.

"Kan aku bilang mau coba" jawab Vega.

"Kalau kerjanya enak ya diterusin aja Ve jangan cuma dicoba" balas Kejora.

"Hari gini kerjaan enak ya jadi cewe penghibur aja Ra" balas Vega.

"Jangan Ve" balas Kejora.

Melarang, seolah Vega akan jadi begituan padahal cuma memberi tau saja, meski jadi cewe penghiburpun tak selalu enak seperti yang Vega bayangkan.

Kejora (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang