3rd (Shoot Me In The Heart)

1.6K 234 13
                                    

“Jennie−ya, kamu sudah standby pada posisimu kan?” Terdengar suara Mino melalui walkie-talkie yang berada pada genggaman gadis itu.

Jennie mengangguk, meski pun Mino tentu saja tidak dapat melihatnya. “Aku sudah standby sedari tadi. Kamu berhati-hati lah dan jangan lupa untuk melaporkan setiap kabel yang akan kamu potong.”

“Tentu saja. Kamu bisa mengandalkanku.”

Saat ini, Jennie, Mino serta rekan-rekan kerja mereka sedang berada di sebuah lokasi yang dicurigai sebagai tempat teroris incaran mereka meletakkan bom. Sebenarnya, Jennie dan Mino benar-benar merasa lelah. Pasalnya, mereka sudah mengejar pelaku terduga kasus terorisme ini selama tiga hari berturut-turut. Mereka bahkan sampai lupa makan dan waktu istirahat mereka pun benar-benar berkurang.

Baik Jennie mau pun Mino sama-sama merasa lelah dan lapar. Namun, mereka sebisa mungkin berusaha untuk tetap fokus pada misi mereka kali ini. Karena, misi kali ini benar-benar berbahaya dan menyangkut keselamatan banyak orang.

Lokasi ini sudah mereka amankan sejak dua jam yang lalu. Jennie dan Mino pun sudah bersiap-siap pada posisi masing-masing. Jennie bersama dengan regu penyelamat dan sekumpulan tim yang bertugas untuk menangkap pelaku terduga kasus terorisme. Sementara Mino sudah bersama regu penjinak bom.

Momen-momen seperti ini merupakan momen yang paling menegangkan bagi Jennie dan Mino. Mereka tidak dapat mengelak bahwa sesungguhnya mereka merasa takut. Mereka juga manusia biasa yang takut akan kematian. Namun, mereka lebih takut lagi jika misi mereka gagal yang mengakibatkan kegagalan mereka dalam menyelamatkan nyawa banyak orang.

Jennie, Mino, Hanbin, dan Hayi sebenarnya memiliki profesi yang tujuannya sama, yakni menyelamatkan nyawa orang lain. Akan tetapi, risiko pada pekerjaan Jennie dan Mino jauh lebih besar. Hal ini lah yang terkadang membuat Hanbin dan Hayi merasa khawatir pada pacar masing-masing.

Jennie dan Mino awalnya merupakan rekan kerja yang memiliki profesi yang benar-benar sama, yakni sebagai bagian dari tim detektif. Namun, Mino secara tiba-tiba pindah ke regu penjinak bom. Mino bilang bahwa dirinya menginginkan pekerjaan yang lebih ekstrem dan mampu memicu adrenalinnya. Awalnya, Jennie tidak setuju dengan hal ini. Namun, Mino tetap bersikeras untuk tetap berpegang teguh pada keputusannya. Jennie pun tak dapat berbuat apa-apa selain membiarkan rekan kerjanya memilih jalan lain. Lagipula, Jennie hanya lah rekan kerja Mino yang tidak berhak mengatur hidup Mino.

Jennie sebenarnya lebih dulu mengenal Mino. Jennie mengenal Mino sejak dirinya dan Mino masih sama-sama bocah. Mino bahkan dulu sering menjadi bocah lelaki yang melindungi Jennie dari siapa pun yang mengganggu Jennie. Sama halnya dengan Hayi dan Hanbin yang merupakan teman sejak kecil.

Mino dulu memang merupakan sosok pelindung bagi Jennie. Namun, entah sejak kapan Jennie tumbuh menjadi seorang gadis yang kuat dan galak hingga tidak membutuhkan perlindungan lagi dari Mino.

“Kamu dimana? Sudah menemukan benda yang dicari belum? Jangan terlalu lama berdiam diri di suatu ruangan. Kita bahkan tidak tahu ada berapa bom yang disembunyikan oleh teroris itu.” Suara Jennie menyiratkan kekhawatiran.

Mino terkekeh di seberang. “Tenang saja. Aku akan baik-baik saja. Kamu tidak usah khawatir begitu. Kamu sebagai mantan rekan kerjaku tentu mengenalku dengan baik kan? Ah iya, saat ini aku sudah menemukan benda yang dicari. Tunggu ya, aku akan mencoba untuk memotong kabelnya.”

“Mino−ya,” panggil Jennie. Gadis itu memang sebenarnya hampir tidak pernah memanggil Mino dengan sebutan ‘Oppa’ meski pun usia Mino lebih tua tiga tahun darinya. Hal ini dikarenakan hubungan keduanya yang benar-benar dekat, seperti teman seumuran.

Mix & Match! (Mino X Jennie X Hanbin X Hayi) Privated ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang