Chapter 15 ini aku revisi.. Karena setelah aku baca ulang,aku ngerasa janggal dan mungkin agak gak nyambung. Hehe.. maafkan daku yang hiatusnya lama. Tapi untuk chapter depan kemungkinan besar gak akan lama dari chapter ini.
Happy reading!!!
Jungkook membaringkan tubuhnya diatas kasur king size miliknya dengan menutup mata. Kejadian hari ini,membuatnya lelah.
Bukan lelah secara fisik,melainkan lelah secara batin. Pikiran dan juga hatinya tidak sejalan dan itu semua karena Yoongi.
Teringat akan si pemuda berkulit pucat tersebut,Jungkook pun mengambil sesuatu dari saku celana sekolahnya. Sesuatu yang juga turut andil dalam kelelahan yang Ia rasakan saat ini.
Yup, tali. Awalnya, pikirannya menyuruh untuk membuangnya,namun tidak dengan hatinya. Hatinya menginginkan Ia untuk menyimpan tali itu meski Ia sendiri tidak tahu apa alasannya.
Setelah perdebatan batin?. Jungkook pun memutuskan untuk mendengarkan kata hatinya. Ia menggulung benda itu menyerupai bola kecil,setelahnya Ia memasukan tangannya ke dalam tong sampah tanpa melepaskan talinya.
Jungkook memegang kedua ujung tali yang sudah dekil tersebut. Kemudian Ia memutar-mutarkannya dan berhenti ketika menemukan sedikit bercak darah yang sudah mengering.
Sesaat Jungkook kembali teringat kejadian dimana Yoongi yang merasa khawatir akan luka yang Ia dapatkan di lengan kirinya ketika mereka tersesat dihutan waktu itu.
Jungkook tersenyum tanpa sadar,lalu kembali sang pemuda kelinci memejamkan matanya dengan tangan kanan yang menyentuh dada kirinya. Ia merasakan detak jantungnya yang menggila bahkan hanya sekedar memikirkannya.
"Aku rasa, Aku memang menyukainya."
"Apa aku harus mengatakannya?"
Jungkook mengubah posisinya menjadi menyamping dengan mata terbuka.
"Tapi.. Bagaimana dengan Taehyung?"
Yoongi berjalan gontai menuju sekolahnya. Hari Ia memilih menaiki bus,mungkin dengan begitu Ia bisa melepas penat di pikirannya.
Meskipun nyatanya tidak berkurang sama sekali. Tepat setelah sampai di depan gerbang utama sekolahnya Yoongi berhenti berjalan kemudian seulas senyum tipis terpatri dibibirnya, mengingat dimana Ia menunggu sang pemuda kelinci.
"Bahkan sekarang aku sudah tidak punya alasan untuk melakukannya." Gumamnya.
"Melakukan apa?"
"Astaga! Jungkook?"
"Selamat pagi!" Sapa Jungkook sambil tersenyum.
"Ish,kau mengangetkanku!" Dengus Yoongi kemudian Ia memukul lengan Jungkook pelan.
"Hahaha,Maaf. Kenapa kau berdiri disini,hm? Apa kau sedang menungguku?"
Yoongi melempar pandangannya ke samping.
"Untuk apa aku menunggumu? Lagipula hukuman kita juga sudah berakhir."
Jungkook tersenyum kecil.
"Apa kau tidak bisa menungguku tanpa alasan itu?"
Yoongi kembali menatap Jungkook.
"Kau bilang apa?"
"Bukan apa-apa."
"Ayo,kita masuk! Nanti kita terlambat."
Jungkook pun berjalan lebih dulu melewati Yoongi.
"Dasar aneh!" Ujar Yoongi sebelum berlari untuk menyamai langkah Jungkook.
Ketika mereka tepat sampai di koridor, seorang wanita yang masih bisa dikatakan muda memanggil mereka berdua sehingga mereka berdua berhenti berjalan.
"Iya,ssaem?" Ucap mereka berdua serempak.
"Tolong kalian bawakan satu kotak tabung reaksi dan juga satu kotak Beker gelas yang ada digudang ke laboratorium lantai dua,ya! Terima kasih!" Ujar guru bermarga Han itu, kemudian berlalu meninggalkan mereka berdua.
"Tapi,ssaem-" Yoongi menghela nafasnya.
"Menyebalkan!" Dengus Yoongi lalu kembali berjalan. Kemudian kembali berhenti ketika mendapati si pemuda hanya terdiam ditempatnya.
"Hey,Kook! Kenapa kau diam?"
"Ah! Tidak apa-apa." Jawabnya.
Dan disinilah mereka berdua didepan pintu gudang berwarna coklat tua tentunya setelah mereka menyimpan tas masing-masing dan meminta kunci pada penjaga sekolah.
"Ayo,masuk!" Ujar Yoongi setelah berhasil membuka pintu tua tersebut, sedangkan Jungkook hanya diam menatap ruangan itu dengan ragu-ragu.
"Kau pasti bisa,Jungkook! Lagipula hanya sebentar. Jadi,tidak ada yang perlu dikhawatirkan!" Monolognya pada diri sendiri setelahnya Ia mulai masuk mengikuti Yoongi.
Melihat Yoongi masih mencari di bilik pertama dekat dengan pintu,Jungkook berinisiatif ikut mencari di bilik lain. Dirasa tidak menemukan apapun. Yoongi berjalan menghampiri Jungkook.
"Kau sudah menemukannya?" Tanyanya.
Jungkook menggeleng.
"Sepertinya ada di bilik paling ujung." Pikir Yoongi. Akhirnya Ia memutuskan untuk menuju bilik tersebut meninggalkan Jungkook.
"Ketemu!" Teriak Yoongi. Dengan segera Jungkook menghampiri asal suara. Namun,rasa sesak mulai Ia rasakan.
Setelah mendapatkan barang yang mereka cari. Jungkook beserta Yoongi berjalan menuju pintu gudang. Mereka sedikit terkejut karena mendapati kayu raksasa berwarna coklat tua itu terkunci. Yoongi meletakkan satu kotak Beker gelas ditangannya.
"Apa ada orang? Tolong buka pintunya!" Ujarnya menggedor pintu gudang tersebut berulang-ulang. Tak berselang lama Ia kembali dikejutkan dengan suara pecahan kaca di belakangnya.
Brakk
Prang
Matanya membulat melihat Jungkook terduduk dengan keringat dingin membasahi wajahnya dengan nafas terengah-engah. Ia berlari menghampiri Jungkook dan berjongkok disampingnya sedikit menghindari pecahan kaca.
"Jungkook,kau kenapa?" Cemasnya.
Pemuda kelinci itu tidak menjawab kepalanya terasa sangat sakit dan Ia seperti mendengar suara,suara yang sama persis dengan almarhum adiknya.
"Hyung,Kau kenapa?"
Seakan tidak cukup, sekelebat memori seperti dipaksa masuk di kepalanya. Dua orang anak laki-laki yang terjebak disebuah ruangan yang tengah terbakar.
Jungkook hampir saja menjatuhkan tubuhnya ke belakang jika saja Yoongi tidak menggunakan lengan kirinya untuk menahannya.
Ia mulai terbatuk-batuk keras hingga mengeluarkan air mata, seakan-akan merasakan sekumpulan asap masuk ke paru-parunya. Yoongi yang melihatnya pun hanya mampu meneteskan air mata.
"Jungkook! Tenanglah!"
"Hyung! Tenanglah!"
Tubuh Jungkook mulai melemas,dan Ia mulai tak sadarkan diri.
"JUNGKOOK! JEON JUNGKOOK!"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Because of Punishment
RomanceJungkook dan Yoongi saling membenci satu sama lain mereka selalu bertengkar dan membuat guru kesiswaan mereka kesal sampai akhirnya Seokjin memberikan sebuah hukuman yang tak terduga.