The Day you Went Away

1.5K 122 46
                                    

Salju jatuh tanpa suara. Hembusan angin membelai jendela. Langkah kaki tak lagi terdengar. Seorang gadis dengan syal coklat di lehernya tengah meratap kepada lelaki tinggi dengan coat hitam yang tengah mengantungkan tangan pada kedua coatnya.

"Apa lagi Kim Hana? Sudah berkali-kali kukatakan aku tidak menyukaimu. Kau hanyalah sampah. Anak seorang pembunuh. Yang benar saja kau mengejarku seperti ini"

"Jeon Jungkook aku dulu memang menyukaimu namun sekarang tidak lagi. Aku hanya ingin mengatakan bahwa ayahku bukan pembunuh. Ayahmu lah yang menyeret ayahku dalam keadaan ini. Jaksa penuntut umum katamu? Ayahmu hanyalah robot yang dikendalikan uang Jeon Jungkook"

Tak terasa bulir bening jatuh mengenai pipi semu merah yang mendingin sang gadis.

"Diam kau! Ayahku bukan jaksa korup seperti dugaanmu. Ayahku hanya menjalankan tugas sebagai jaksa penuntut umum dan memang ayahmu bersalah. Semua bukti mengarah padanya" urat nadinya mengeras kala membentak gadis di depannya secara kasar.

"Jungkook-ah.. Ayahku dijebak. Kumohon katakan pada ayahmu bahwa ayahku tidak bersalah" mohon gadis itu menahan isakan.

"Sekarang kutanya, kemana ayahmu malam itu? Apa kau bersamanya? Tidak kan? Kau tidak tahu apa yang dilakukan ayahmu Hana-ya. Berhenti membela bajingan seperti ayahmu. Jalani hidupmu dengan ibumu dan lupakan aku"

Seolah jijik dengan gadis di hadapannya lelaki bermarga Jeon itu melenggankan kakinya menjauh dari gadis dihadapannya.

"AYAHKU BUKAN PEMBUNUH JEON JUNGKOOK. AKAN KUBUKTIKAN PADAMU!!!" teriak gadis itu bengis.

Ia terduduk dihamparan salju dimana ia berdiri. Sesenggukan menahan segala air yang tak berhenti mengalir diatas urat-urat wajahnya. Menatap kecewa kepada punggung yang meninggalkannya.

Dingin dan sesak.

Mulai malam itu Ia bertekad akan mencari bukti bahwa ayahnya tak bersalah dan tidak akan lagi menemui pria Jeon itu.

Hatinya telah remuk manakala kepercayaan si Jeon telah hilang untuk dirinya.

.
.
.

Lelaki itu melenggangkan telapak kakinya menembus salju malam December. Meninggalkan gadisnya menangis ditengah guyuran salju putih bersih di tempat semula.

Batinnya menjerit kala mengingat gadisnya. Gadis yang Ia kagumi dalam diam. Gadis yang berkali-kali berucap cinta padanya dan selalu menempel di sisinya.

Kenyataan pahit membuatnya pergi dari gadisnya. Mengusirnya secara bengis agar si gadis tak lagi menaruh hati padanya.

Satu bulan yang lalu ketika ia masih menikmati November indahnya bersama sang gadis, sebuah berita mengejutkan menggetarkan telinga Jeon Jungkook.

"Jeon Jungkook jangan dekati wanita Kim itu lagi. Dia anak pembunuh!!" sergap seorang lelaki paruh baya yang Ia yakini ayahnya kala Ia pulang setelah pergi dengan gadisnya.

"Pembunuh? Apa maksud ayah?"
Tanya pemuda Jeon keheranan.

"Dengar Jeon Jungkook, dia tidak pantas bergaul denganmu. Dia anak pembunuh. Ayah yang menangani kasusnya. Ingat kau adalah anak seorang kepala jaksa yang terhormat. Tidak ada anak seorang jaksa yang bergaul dengan pembunuh. Jauhi dia. Jika tidak ayah yang akan menjauhkannya darimu. Kau pasti tau apa artinya kan?"

Pemuda Jeon tahu betul maksud ayahnya menyingkirkan si gadis. Itu berarti menyingkirkan si gadis dari duniannya. Tidak, tidak hanya dunianya. Tetapi dunia ini.

"Ayah ini tidak adil, ayah Hana belum tentu bersalah"

"Kau melawan ayah??"

"Tidak ayah, bukan begitu"

"Kurung dia dikamarnya"

Titah Tuan Jeon kepada pengawal yang sedari tadi berdiri di belakangnya.
Kedua lelaki bertubuh lebih besar dari Jungkook menyeret Jungkook ke lantai atas.
Tentu bukan Jungkook jika tidak meronta.

"Pukul dia jika perlu" perintah mutlak Tuan Jeon kepada kedua orang berbadan besar tersebut.

"Ayah!!!"

BUGH

Penglihatannya buram kala tinju mentah mendarat di kepala pemuda itu.

Pemuda itu mengerjap. Tersadar bahwa dirinya sudah dikamar dan sudah tidak memakai seragam sekolah lagi. Seorang perempuan paruh baya mengetuk halus pintu tertutup milik bilik Jungkook.

"Ibu akan masuk Jungkook-ah"

Perempuan perawakan halus mendekat mengelus kepala lelaki tersebut halus.

"Ibu, ayah tidak bisa seperti ini. Aku yakin ayah Hana tidak bersalah"

"Ibu tau Jungkook-ah. Ibu juga tidak percaya. Namun, semua bukti mengarah pada Tuan Kim"

"Ibu aku mohon bicaralah pada ayah"

"Nak, kau tau tabiat ayahmu. Sekali tidak ya tidak. Tolong patuhi ayahmu Jungkook-ah. Ibu tidak mau kau maupun gadis itu berada dalam bahaya"

"Aku akan membantunya mencari bukti bahwa ayahnya tak bersalah"

"Semakin kau membantunya kau yang akan terkena masalah Jungkook-ah"

"Aku tidak peduli"

Ucap pemuda itu melepaskan sentuhan ibunya dan memalingkan muka.

"Apa kau sebegitu suka dengan gadis itu?"

"Aku bahkan belum membalas perasaannya. Lelaki macam apa aku"

"Jauhilah dia sebelum semua semakin kacau Jungkook-ah"

Perempuan paruh baya itu melenggang keluar dari bilik dengan cat putih serta aksen hitam pada tirai serta perabotan dikamar itu.

.
.
.

Esok seakan tak menyisakan udara hangatnya untuk gadis yang kini dengan bengisnya mencapkan panah pada targetnya.

"Sampai kapan kau berlatih? Lihat targetmu sudah tidak menyisakan tempat untuk kau labuhi anak panah lagi. Kalau busur ditanganmu bisa bicara ia akan meneriakimu yang berkali-kali menarik ulurnya" sapa lelaki Jung itu.

"Diamlah Jung Chanwoo. Aku tidak bisa membidik dengan benar" sergap gadis itu tanpa menoleh pada sang pria.

"Mana mungkin kau tidak bisa membidik. Matamu itu bisa melihat target yang jauh dengan dekat seperti sedang menggunakan senjata sniper milih aparat" pria itu berdecih.

"Aku harus mengenai tepat jantungnya" gadis itu mengeram.

"Dendam hanya akan membuat semakin banyak titik hitam di hatimu Kim Hana. Pada akhirnya kau yang akan mati dengan banyaknya titik hitam di hatimu"

"Aku tahu, tapi sebelum aku mati dia dan ayah keparatnya itu harus mati ditanganku"

BLUSH!!

Anak panah terhunus begitu saja layaknya angin yang menerjang dedaunan tanpa dosa. Sedang lelaki di sebelahnya hanya menatap heran gadis di hadapannya.

"Selanjutnya kau yang akan menjadi target disana Jeon Jungkook"

To be Continue ...

Belum greget maapkaannn....

Masih chapter pertama setelah prologue.. Hehe

FF ini alurnya maju mundur cantik ya..

Vote juseyooooo.. Comment lebih baik.. Kritik saran diterima dengan lapang dada.

Terimakasih yang sudah mau baca FF ini.

Love, hug and kiss from Ann.

Eyesight | BTS FF JEON JUNGKOOK ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang