Bab 11

45 5 3
                                    

Sore ini semua urusan di toko Mama Rere selesai, itu artinya lusa mereka sudah bisa launching toko seperti yang direncanakan. Sebenarnya Rere sedih, ada 2 orang yang tidak bisa bersamanya di hari penting tersebut. Risa dan Bagas, Risa yang tengah sibuk dengan awal kuliah yang membuatnya hampir mati, katanya. Dan Bagas yang tengah sibuk mempersiapkan dirinya untuk mengikuti Kejuaraan Daerah Grasstrack di Jogja Oktober mendatang.

"Siap kan jadi pemilik toko ini?" Mama menghampiri Rere yang masih asyik dalam lamunannya. Rere menoleh, lalu tersenyum. Rere mengangguk dengan harap, sebenarnya ia sempat menolak pemberian toko kepadanya, karena ia menganggap dirinya belum layak untuk menjadi owner toko yang menurutnya itu lumayan besar.

"Anak Mama pasti bisa," Mama menyemangati dengan memeluk anak semata wayangnya tersebut.

"Semoga toko ini sukses ya, Ma," ucap Rere yang kini telah yakin dan optimis bahwa ia bisa.

"Mama mau cek bagian belakang sekali lagi, mau ikut?"

Rere menggeleng, lalu Mamanya langsung melangkahkan kakinya menuju tempat tujuannya yang ia bilang tadi. Rere masih menatap semua sudut toko, didesain dengan cantik, elegant dan fresh. Rere suka, apalagi warna toska tua di beberapa sudut.

"Anak Papa sebentar lagi jadi bos nih,"

"Ih Papa bisa aja," Rere tertawa kecil ketika Papanya datang dan mengucapkan kata-kata itu secara tiba-tiba.

"Toko ini pasti sukses, Nak,"

Rere mengangguk mantap, "semoga, Pa,"

"Anak Papa pasti semangat, apalagi kalau ada yang selalu support setiap hari, telepon berjam-jam,"

Rere mengangkat alisnya, "maksud, Papa?"

"Aduh anak Papa kok suka pura-pura gak tau ya,"

"Rere bener-bener gak tau, Pa,"

"Itu lho, yang pembalap grasstrack nasional itu," goda Papa yang langsung Rere mengerti maksudnya.

"Apa sih, Pa,"

"Orang baik jangan disia-siain. Papa suka dia, baik, sopan, tangguh,"

Rere tertawa malu, "apa sih, Pa, kita cuma temen."

Siang ini launcing butik Rere berjalan lancar dan benar-benar menarik banyak perhatian orang-orang. Bermodalkan poster-poster kecil yang ditempel di pinggir jalan atau bangunan-bangunan, serta paidpromote di akun sosial media Bagas berhasil menarik banyak orang untuk datang di butik tersebut.

Selama launching Rere melakukan video call bersama Risa dan video call bersama Bagas di sela waktu-waktu break latihannya, tapi hanya sebentar karena Bagas harus latihan grasstrack lagi.

Rere menghela napas berat sekaligus lega ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul lima sore, itu artinya launcing butiknya telah selesai. Setelah merapikan butik bersama, Rere memanjakan tubuhnya di sofa coklat yang ada di ruang khusus orang-orang yang berkepentingan saja.

Harinya berlalu dengan baik. Ia tidak sabar menunggu hari esok yang mungkin akan lebih melelahkan dari hari ini.

Oktober, 2016.

"Aku gak bisa ikut ke Jogja,"

Ada nada kecewa, khawatir di ujung sana, "kenapa, Re? Gak boleh Mama ya? Nanti aku yang izin ya,"

Rere menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Bukan itu, Gas, kamu tau kan aku punya toko baru, gak mungkin banget aku tutup toko ku,"

"Iya sih," Bagas mengerti dengan maksud Rere, "jadi beneran gak bisa nemenin aku gitu?"

Lamunan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang