*Alexis Bledel POV*
Mataku membulat. Perutku terasa begitu penuh. Mulutku sekarang ingin mengeluarkan muntahan yang sebentar lagi akan keluar. Aku memegang perutku dan meremasnya dengan pelan. Lalu aku meringis pelan. Kepalaku mulai pusing. Aku baru saja membaca naskah yang diberikan oleh sutradara untukku dan aku membaca pemain-pemainnya di sana. Justin Bieber sebagai Christian Grey? Apa? Aku ingin mati sekarang. Christian Grey yang sempurna dalam imajinasiku dan hancur dalam dunia nyata? Bagaimana bisa ini terjadi? Ini semua sangat salah.
Sedang berada di ruang tata rias, aku menatap ke sekeliling ruanganku. Sebenarnya, aku sudah ikut casting. Bukan ikut. Disuruh lebih tepatnya. Padahal aku sudah menandatangani surat perjanjian kontrak film itu. Tapi tentu saja, aku masih terpilih menjadi Anastasia Steele. Tapi Justin Bieber? Christian Grey? Astaga, aku akan bertemu dengannya hari ini. Baru beberapa hari aku senang karena mendapatkan pekerjaan ini, tapi tiba-tiba saja kesenanganku hilang! Hilang karena seorang Justin Bieber yang gay. Dia pernah ciuman bersamaku. Dan pastinya, ciuman itu bekas dari bibir seorang lelaki yang ia cintai. Theo Calvancanti.
Sebentar lagi. Sebentar lagi lelaki sialan itu akan berada di dalam ruang tata rias artis. Aku sudah bertemu dengan Kellan Lutz. Aku tidak percaya ia memerankan Taylor. Taylor, pengawal Christian Grey. Aku tidak sabar akan bermain film bersama dengannya. Tubuhnya benar-benar tegap.
“Alexis, ada apa?” tanya Dravin yang tiba-tiba saja muncul di depanku. Aku yang memegang naskah langsung terperanjat dari tempat dudukku dan hampir melemparkan naskah ini ke wajah Dravin.
“Kenapa kau tidak memberitahuku kalau Christian Grey akan diperankan oleh Justin Bieber sialan itu?” aku membisik tepat di telinganya sambil menggeram. Blake Lively, pemain Kate Kavanagh telah hadir dengan rambut pirangnya yang cantik itu. Dia akan menjadi sahabatku di film ini. Oh Tuhan, aku sudah membayangkan bagaimana nanti Justin menyentuh dadaku atau pahaku. Aku berharap Gavin Michel –sutradara film Fifty Shades- akan meminta pemeran penggantiku saat adegan seks nanti.
“Justin Bieber!” seru Blake –dia perempuan- dengan penuh kegirangan saat Justin masuk ke dalam ruang tata rias. Ia memaki jas berwarna hitam pekat dengan dasi berwarna merah bergaris-garis putih. Sangat rapi dan tentu saja tampan. Astaga, aku memuji? Well, aku tidak bisa membohongi diriku sendiri kalau dia tampan. Tapi sayang, dia gay. Kasihan sekali dirinya. Hampir sempurna. Coba saja dia normal, dia akan menjadi lelaki sempurna.
“Di mana Anastasia Steele-ku?” ia mengedarkan penglihatannya di sekitar sini dan melewatkanku yang terduduk ini.
“Di sini,” ujar Dravin yang ingin kutampar. Tolol sekali. Aku tidak ingin berjabat tangan dengan seorang Justin Bieber yang gay. Astaga, aku anti gay. Sangat. Ini sangat berat. Aku akan membaca kontrak kerjaku nanti. Siapa tahu aku bisa mengundurkan diri. Tapi, apa bisa? Aku tidak tahu.
“Ini dia, si cantik Alexis Bledel,” ujar Justin menghampiriku dengan senyuman miringnya. Para pemeran pembantu di dalam ruangan ini terdiam dan menatap Justin yang berjalan ke arahku yang terduduk dengan kaki yang terlipat. Dengan professional, aku berdiri dari tempat dudukku dan menjabat tangannya yang terulur. Hangat dan ..kekar. Sialan. Mengapa dia bisa jadi gay? Sayang sekali.
“Justin Bieber,” ujarnya memperkenalkan diri.
“Semua orang tahu kau Justin,” ucapku ingin ada nada santai dalam percakapan kami. Tapi kurasa itu tidak akan berhasil. Aku tidak dalam mood untuk bercanda dengannya. Ini hanyalah sebuah pendekatanku dengan Justin. Dan kalian tahu apa? Aku tidak tahu apa yang sedang kubicarakan!
KAMU SEDANG MEMBACA
Rolling the Camera [HerrenJerks]
RomanceBibir Christian sudah berada pada leherku. Aku mendongak. Aku tahu yang memerankan christian grey ini adalah si brengsek justin, tapi aku tidak peduli jika ia akan bercinta denganku. Kami mempermalukan diri kami berdua dalam mobil ini tanpa ada rasa...