19

88.1K 1.6K 10
                                    

Aku termenung. Mataku menatap kosong selimut yang sekarang kupakai sedangkan telingaku hanya bisa mendengar deru nafasku dan nafas Justin yang saling menyahut.Sudah beberapa menit ini aku tidak dapat berpikir jernih. Theo dan Justin putus? Maksudku, mengapa? Jangan bilang hanya karena masalah jaket itu karena itu terdengar konyol. Tapi ini bukan urusanku. Jika mereka putus, itu adalah akhir dari cerita Theo dan Justin. Aku hanya ..aku merasa seperti perusak hubungan seseorang.

            Ekor mataku melirik pada Justin yang dari tadi menatapku dengan masih pada posisi yang sama, tidur miring. Akhirnya aku menolehkan kepalaku untuk melihatnya.

            “Karena aku?” tanyaku. Justin menautkan kedua alisnya dan menatapku seperti Jangan-Konyol. “Lalu, mengapa?” aku mulai jengkel. Maksudku, mengapa ia tidak bisa merasakannya? Kau tahu, aku selama beberapa hari ini dekat dengan Justin. Bahkan sudah satu minggu lebih. Dan apa dia tidak sadar kalau Theo akan mencurigaiku? Meski terdengar tidak masuk akal karena Justin adalah seorang yang gay. Tapi tidak. Kenyataannya dia tidak hanya gay. Ia tertarik padaku, aku tahu itu. Kutatapi pundak Justin yang telanjang beberapa detik lalu melihat matanya yang berwarna abu-abu.

            “Bisakah kita tidak membicarakannya sekarang?” tanya Justin tampak geram, sekarang. Baiklah, aku tidak akan membicarakannya sekarang. “Apa kita bisa tidur sekarang?”

            Aku mengangkat kedua bahuku. Ini sangat membingungkan. Maksudku, Justin-Theo? Oh Tuhan. Apa yang telah kuperbuat dalam hubungan mereka? Ah ya, bercinta dengan kekasih Theo itu adalah kesalahan fatal. Majalah-majalah akan langsung kaya karena berita yang menggemparkan Amerika –termasuk ibuku. Justin Bieber Akhirnya Putus dengan Theo Karena Alexis Bledel?  Itu judul yang akan bagus untuk beberapa hari ke depan dan siap-siap saja dengan paparazzi yang bertebaran di luar sana. Sialan. Benar-benar sialan.

            “Apa yang ada dipikirkan oleh kepala cantikmu itu?” tanya Justin yang tangannya mulai menarik tanganku, “kemarilah, biar kita berpelukan. Aku senang menyentuhmu,” ujarnya mulai membawaku dalam pelukannya. Tapi kenyataannya aku tidak mau.

            “Tidak,” aku menolak. Raut wajah Justin berubah. Ia yang tadinya menyeringai langsung protes padaku.

            “Miss Bledel? Ini bukan sepenuhnya salahmu. Aku bisa bersumpah. Dan biarlah aku memelukmu malam ini, aku sangat butuh itu. Tidakkah kau mengasihani lelaki yang baru saja ditampar oleh kata-kata ini? Bunuh aku saja jika kau tidak,” Justin memohon padaku dengan mata yang benar-benar ..sialan. Dia ternyata bisa merengek. Dengan pasrah aku mulai merosot –telentang- dan mulai memeluk tubuh Justin yang tidak memakai baju. “Tidurlah sayang,” suruh Justin saat kepalaku sudah menyentuh dadanya yang telanjang. Kupejamkan mataku, berusaha untuk tidur.

***

*Justin Bieber POV*

            Ini sungguh aneh dan ..aku tidak yakin dengan apa yang sekarang kurasakan. Aku termenung dan tersenyum sambil menatapi keindahan Seattle melalui Escala. Ini sangat indah. Senyumku tidak surut dari kemarin malam. Setelah aku berhasil memeluk Alex dalam pelukanku, aku mendapatkan suatu kepuasan tersendiri. Aku putus dengan Theo. Apa kalian percaya itu? Oh, Tuhan. Itu adalah suatu ..berkat yang tak terkira indahnya. Dan aku sangat bersyukur karena itu. Aku tidak akan pernah mendengar celotehannya, rengekannya, dan sifatnya yang manja itu. Aku mengadahkan kepalaku ke belakang dan menghembuskan nafas penuh dengan rasa kesenangan. Akhirnya aku bebas. Tapi, ini baru awal yang baru. Melalui Alex, aku bisa menjadi lelaki normal. Meski aku tidak begitu menginginkannya, tapi dampak Alex dalam hidupku begitu besar. Tidak pernah aku sesadar ini. Ternyata rasa wanita pun enak dan tidak tergambarkan. Alex harus menjadi milikku.

Rolling the Camera [HerrenJerks]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang