“Anggap saja aku menyukaimu, okay?” ujar Justin yang sudah berada di atas tubuhku. Apa dia benar-benar serius dengan apa yang ia lakukan sekarang? Nafasku tak beraturan saat melihat rambutnya berjatuhan seperti Christian Grey dalam imajinasiku. Matanya berwarna abu-abu pekat sekarang. Wajahnya tidak begitu terang karena di dalam mobilku gelap, hanya diterangi oleh lampu-lampu di sekitar parkiran. Tanganku menegang di samping kedua sisi tubuhku dan perutku tidak dapat bekerjasama. Bukan. Bukan sakit perut, tapi lebih tepatnya aku terangsang melihat wajah tampan Justin sekarang. Justin sudah mengangkangiku di bagian perut dan kedua tangannya sudah berada di samping wajahku.
“Apa kau biseks?” tanyaku berhati-hati. Takut-takut ia akan marah padaku. Maksudku, hey! Siapa yang tidak ingin dikangkangi oleh Justin Bieber? Semua wanita pasti mau –kecuali para pembencinya. Aku ini wanita dan pastinya aku tertarik pada Justin. Tapi kesadaranku sedikit pulih saat aku bertanya, apakah dia biseks? Dia pernah mencium lelaki dan sekarang ia berusaha mencium bibirku, bekas ciuman yang pernah ia berikan pada Theo. Astaga! Menjijikan sekali. Omong-omong, Theo orang yang sangat ramah dan baik hati. Pantas saja Justin menyukainya. Aku saja menyukai kepribadiannya yang ramah.
Mata Justin menatapku dengan dingin. Aku tidak tahu apa yang ada di pikirannya saat ini. Dan aku sangat yakin, ia tersinggung akan pertanyaanku. Aku tidak tahu sejarah kehidupannya seperti apa! Siapa tahu sebelumnya ia pernah berpacaran dengan wanita dan berubah menjadi gay karena sesuatu, benar bukan? Siapa tahu.
“Tidak, Miss Steele. Aku tidak,” ujarnya seperti tadi sore. Astaga, ia mulai berakting sekarang. “Tapi mungkin, kau akan menjadi wanita pertamaku,” saat kata-kata itu meluncur dari muncul dari mulutnya, ia tidak membiarkan aku berbicara. Bibirnya sudah menempel pada bibirku. Tidak, aku tidak memejamkan mata. Aku benar-benar terkejut. Bibirnya begitu …lembut. Kali ini.
Bibir yang sudah pernah mencium bibirku sebelumnya. Dan sekarang aku merasakannya sekali lagi. Dengan sensasi yang berbeda. Semuanya berujung pada pangkal pahaku yang mulai berkedut dan basah. Siku kirinya mulai berada menekan kursi dan tangannya yang satu lagi sudah berada di pipiku. Kubiarkan mulutku terbuka agar aku bisa merasakan lidahnya yang hangat itu.
“Ya, benar seperti itu sayang,” ujarnya di sela-sela ciuman kami dan memagut bibir bawahku dengan lembut. Kedua tanganku mulai berlari menuju kepala belakang Justin, Christian Grey-ku. Astaga, aku benar-benar menyukai ciuman ini. Kuremas rambut Justin dengan lembut. Tangan Justin mulai mengangkat kepalaku agar ia dapat menekan ciuman ini lebih dalam. Salah satu di antara kami tidak bernafas. Itu akan merusak momen indah ini.
Tapi dari perutku. Dari perutku aku dapat merasakan ereksi Justin yang menekan perutku. Dia terangsang karena aku. Justin Bieber terangsang karena itu dan aku begitu senang. Kutekan perutku ke atas agar bisa lebih merasakan ereksinya. Wow! Besar sekali, aku bisa merasakan itu.
“Miss Steele,” ia berujar, “tetap diam,”
“Ah!”
Aku mendesah saat Justin mulai menggigiti rahangku sehingga aku mendongakan kepalaku. Lidahnya mulai menyapu-nyapu leherku dengan lembut. Hangat sekali. Tubuhku bergetar di bawahnya. Sensasi ini sangat menyenangkan dan aku menginginkan lebih. Semuanya tertuju pada pangkal pahaku yang kurasa sudah sangat basah sekali. Di saat tangannya yang satu mengangkat kepalaku yang sedang mendongak, tangannya yang satunya lagi sudah mengelus perutku. Tepat di atas seksku. Mengapa rasanya ia begitu ahli dalam merangsang perempuan? Padahal aku tahu ia seorang yang gay. Tapi sekarang aku tidak peduli!
“Miss Steele,” suaranya terdengar parau. Apa dia bergairah karena aku? Tangannya yang sudah berada di atas perutku itu mulai memasuki celah celana tidur yang kupakai. Kakiku menegang dan sekujur tubuhku menegang begitu saja.
“Kau basah untukku,” bisiknya tepat di depan dadaku yang masih berlapiskan dengan pakaian tidurku. Tangannya sudah benar-benar berada pada organ seksku yang paling sensitive. Jari tengahnya mulai mengoyakan seksku dengan cepat. Membuat mengerang. Mulutnya menangkup mulutku lagi agar eranganku teredam.
“Tetap diam,” bisiknya lagi.
“Berhenti Justin,” ujarku. Terjemahan: Jangan berhenti, Justin!
“Baiklah,” balasnya dengan cepat. Sialan! Apa dia benar-benar baru saja mengatakan ‘baiklah’. Padahal itu hanya untuk merangsang. Aku harus tetap berakting agar ia tidak melihat kekecewaanku. Semua sensasi yang ia berikan menghilang secara bersamaan saat jarinya benar-benar keluar dari celana dalamku. Sialan! Astaga, aku menginginkannya.
“Frustrasi, Miss Steele?”
“Apa kita masih dalam akting, Mr. Grey?”
“Sudah tidak, setelah kau berkata seperti itu,” ujar Justin dengan nada yang biasa ia pakai. Nada di dunia nyatanya. Kemudian ia menarik selimut yang terjatuh di atas lantai mobil dan mulai menggeser tubuhku agar berhimpit dengan kursi. Dan ia mulai berbaring di sebelahku, tertidur. Meninggalkan diriku yang benar-benar menggantung menginginkan sebuah pelepasan. Justin sialan!
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Rolling the Camera [HerrenJerks]
RomanceBibir Christian sudah berada pada leherku. Aku mendongak. Aku tahu yang memerankan christian grey ini adalah si brengsek justin, tapi aku tidak peduli jika ia akan bercinta denganku. Kami mempermalukan diri kami berdua dalam mobil ini tanpa ada rasa...