“Subuh. Kita baru saja menyelesaikannya subuh ini, mataku rasanya ingin ditusuk lebih dalam lagi,” ujar seseorang dari belakang. Aku mengabaikannya sambil berjalan tertatih-tatih menuju mobil milik Dravin. “Selamat tinggal, Ana!” teriak orang itu yang membuatku menoleh ke belakang dan melihat Kate yang melambaikan tangannya untuk masuk ke dalam apartemen. Ternyata dari tadi ia menggerutu tak jelas. Aku tidak tahu tadi kalau itu adalah dia, suaranya sama seperti wanita-wanita pada umumnya. Oh, sial. Kepalaku sekarang begitu pening. Aku tidak percaya kalau Gavin akan memperkejakanku selama delapan bulan. Kurasa delapan bulan tak cukup untuk hasil yang maksimal. Meski aku tahu, tidak banyak adegan aksi di dalam film ini. Tapi tetap saja, satu hari tidak cukup untuk mengambil beberapa adegan. Kukeluarkan kunci mobil Dravin dari kantong celanaku dan mulai membuka kunci mobil
Kubuka pintu mobil Dravin untuk tidur di dalamnya. Dravin kembali pergi setelah ia meninggalkan mobilnya untukku. Entah ia harus pergi kemana, tapi katanya ia memiliki urusan penting. Justin sedang pergi menuju Escala karena Theo ingin menemuinya. Karena itu aku tidak datang ke Escala. Justin yang melarangku karena ia takut Theo akan menakutiku. Tapi dari semua itu, aku sangat takut pada Zayn. Ia tidak terlihat seharian ini setelah tadi pagi ia bertemu denganku di kamarku dan restoran lalu menghilang begitu saja. Aku takut jika ia masih menginginkan tubuhku dan memperkosaku. Aku tidak menyukainya. Dan mengapa tiba-tiba ia muncul kembali dalam hidupku? Apa dia sudah tidak mendapatkan mainannya sendiri?
Tiba-tiba aku merasa ketakutan. Kutatapi ke sekelilingku. Jalanan kosong, mungkin hanya beberapa mobil yang melewatinya. Kuputuskan untuk menutup kaca-kaca mobil dengan tirai yang sudah dipasang oleh Dravin. Ia bilang tirai ini berguna untuk menutupi diri dari paparazzi. Tapi sama saja jika paparazzi sudah mencatat nomor polisi mobil kita, aku mendengus saat ia bilang seperti itu. Kumasukan kunci untuk menyalakan mesin mobil agar aku menyalakan AC. Saat menyala, aku mulai bersandar dengan tenang. Angin AC mulai menerpa tubuhku. Mmh, sangat nikmat.
Aku berada di kursi depan, bukan bagian kursi menyetir. Kutatapi kaca bagian depan mobil dan tersentak saat seseorang tiba-tiba mengetuk kaca mobilku. Oh, Tuhan. Siapa ini? Aku tidak mendengar suara.
“Alex, buka pintunya,” ujar seorang lelaki. Bukan Justin. Dravin. Atau Gavin. Zayn, lebih tepatnya. Oh, Tuhan, Tuhan, Tuhan! Aku ingin mati sekarang. Darah, jambakan rambut, pukulan. Astaga, semua itu kembali padaku. Kutatapi tubuhku yang pori-porinya mulai meremang.
“Alex, aku janji tidak akan menyakitimu,” kudengar ucapannya sekali lagi. Bagaimana bisa aku memercayainya? Aku takut. Sangat takut, sampai-sampai aku tidak bisa merasakan tubuhku lagi. Aku mati rasa. Darah, darah, darah. Jeritan. Oh, tempat itu. Ruang tata rias. Gudang. Rumah Zayn. Dalam mobil. Di mana lagi? Aku tidak tahu. Semuanya berputar-putar kembali di otakku dan kepalaku mulai terasa pening. Aku ingin muntah.
“Alex, tolong buka jendelanya. Aku benar-benar merindukanmu,” suaranya menyiratkan suatu ketakutan dan kesakitan yang mendalam. Oh, Tuhan. Apa aku harus melihat wajahnya sekarang? Begitu menyakitkan saat ia menyeringai padaku saat itu. Tertawa saat aku menderita. Dan ia menggeram nikmat saat aku kesakitan. Aku telanjang tadi pagi karenanya. Ya, karenanya, aku sangat yakin dengan itu. Dengan pelan, aku membuka tirai kaca mobil dan melihat wajahnya yang sudah berada di depanku. Kupejamkan mataku saat aku melihatnya tersenyum. Dia bahkan tidak lebih dari iblis. Ya, karena dia memiliki tubuh manusia. Coba dia setan, pasti dia adalah iblis teman dari Lucifer.
“Alex, aku tidak bisa melihatmu sayang,” Sayang. Tidak, itu panggilan kotor darinya. “Aku janji,” kali ini berucap dengan sungguh-sungguh. Mungkin sedikit kepercayaan bisa membuatnya sedikit lega. Mungkin sekarang aku gila karena telah melakukan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rolling the Camera [HerrenJerks]
RomanceBibir Christian sudah berada pada leherku. Aku mendongak. Aku tahu yang memerankan christian grey ini adalah si brengsek justin, tapi aku tidak peduli jika ia akan bercinta denganku. Kami mempermalukan diri kami berdua dalam mobil ini tanpa ada rasa...