V

496 39 13
                                    


Keesokkan harinya terasa sangat buruk. Selain karena perutku terasa diaduk-aduk oleh tangan tak kasat mata, kepalaku sangat pusing memikirkan pintu, dan segala sesuatu yang membuatnya terhubung dengan tempat aneh bersalju. Bukannya aku tidak bersyukur karena akhirnya mimpiku untuk melihat dan merasakan salju telah terwujud, tetapi ini kasus lain.

Aku telah berpamitan kepada nenek dan kakekku untuk berangkat ke Qarray. Seperti biasa, aku harus berjalan kaki menuju ke perempatan jalan. Jalanan tampak ramai, beberapa orang terlihat asik dengan kegiatan pagi mereka. Aku menarik napas panjang, berusaha menghilangkan perasaan aneh tentang pintu.

Aku menghentikan langkahku saat melihat genangan air yang cukup luas di dekat kakiku—aku kira sekarang ini musim panas—dan menatap pantulan diriku di sana, tidak terlalu jelas; tetapi aku dapat melihat seragam olahraga konyol berwarna ungu tua dengan lambang Q besar berwarna emas di punggungku yang aku kenakan saat ini. Aku ingat sekarang ini hari Selasa, itu artinya aku akan satu kelas dengan Lucy, dan anak-anak lain yang seangkatan denganku dalam pelajaran olahraga.

"Aku benci olahraga!!" Seruku kesal. Aku memang tidak menguasai cabang olahraga apapun. Tunggu, mungkin kecuali senam. Aku melirik pantulan diriku sekali lagi, dan berjalan melaluinya sambil menghentak-hentakkan kakiku. Aku tidak ingat jika sepatuku tidak tahan air, sekarang sepatu dan kaos kakiku basah, aku memang bodoh!!

Sesampainya di perempatan jalan, bus sekolahku sudah menunggu. Aku berbaris mengikuti yang lain untuk masuk kedalam bus. Di dalam, aku melihat Lucy melambai-lambaikan tangannya kepadaku, aku berjalan menghampirinya.

"Ada apa denganmu?" Aku bertanya saat melihat Lucy yang tersenyum lebar.

"Kau tahu? Hari ini kita akan berenang!!" Lucy memekik kegirangan. Berenang ? aku menatap Lucy, dia terlihat sangat senang. Oh tidak! Satu-satunya teman dekatku tidak sependapat denganku.

"Eum... yeah... berenang," aku mengatakan itu sambil menggaruk tengkukku dan berusaha menyembunyikan kegugupanku. AKU TIDAK BISA BERENANG!! Siapapun tolong aku!!

Aku menatap keluar jendela, semuanya tampak baik-baik saja, berbeda denganku yang benar-benar cemas saat ini. Mungkin aku bisa menghindari pelajaran olahraga dengan mengatakan jika aku sakit perut dan pusing, dan itu memang benar. Sudah kuputuskan, aku tidak akan mengikuti pelajaran olahraga pagi ini.

Itu adalah rencanaku sebelum aku menyadari jika bus sekolah ini melewati bangunan Qarray begitu saja. Aku menoleh kearah Lucy dengan cepat, kelewat cepat dan membuat kepalaku semakin pusing. Lucy masih tersenyum-senyum sambil bergumam tentang seberapa senangnya dia hari ini.

"Lu, kenapa-"

"Kita akan ke kolam renang," tukas Lucy memotong ucapanku. Aku tidak bisa menghidar.

Aku meremas-remas ujung kaos olahragaku saat kami berbaris turun dari bus. Tempat ini cukup luas dengan nuansa biru dan tulisan AQUARCH WATERPARK yang tercetak besar-besar di atas bangunan ini, warna silver yang tertimpa cahaya membuatku silau. Tempatnya sangat sepi, membuatku bertanya apakah ini tempat umum atau yang lainnya.

"Ini tempat umum, tapi tidak ada orang yang akan berekreasi di pagi hari," jawab Lucy.

Lucy menarik tanganku menuju salah satu kolam, tapi aku menghentikannya. "Lu, aku perlu ke toilet," kilahku. Lucy mengangguk, dan dia melemparkan tasnya dan sepatunya ke sembarang arah, dan berlari sambil sedikit meloncat-loncat ke kolam renang. Kemudian, aku melihatnya meloncat dari tepian kolam sambil merentangkan tangannya. Aku bergidik ngeri menatapnya, aku masih saja terbayang akan makhluk apapun di dasar air, dulu ibuku sering berkata seperti itu saat aku akan mendekati danau.

Aku tidak benar-benar pergi ke toilet, aku duduk di salah satu bangku, dan melepas sepatuku. Telapak kakiku telah memucat dan keriput karena terendam air. Aku memeras kaos kakiku, dan meletakkannya di atas sepatuku. Tasku kubiarkan tergeletak di atas bangku, dan aku melangkah mendekati kolam. Aku mencari-cari kolam yang cukup dangkal, setidaknya sepinggang.

Aku berdiri di tepian kolam, menatap pantulan diriku, tidak terlalu jelas karena airnya terus saja beriak. Aku baru saja mengangkat sebelah kakiku untuk turun secara perlahan, sebelum ku rasakan seseorang mendorongku dari belakang, dan membuatku jatuh terjerembab ke dalam kolam.

Sudah berapa kali kukatakan jika aku tidak bisa berenang. Aku memejamkan mataku untuk menerima yang terburuk. Aku panik. Aku menggerak-gerakkan kakiku untuk menapak dasar kolam, tapi nihil. Kolam ini seakan-akan tak berdasar. Aku mengunci bibirku rapat-rapat, berusaha keras menahan napas dan mempertahankan persediaan oksigen yang tersisa. Kurasakan tangan dan kakiku mati rasa, dan paru-paruku yang seakan-akan terbakar karena membutuhkan udara. Aku dapat mendengar dengungan-dengungan tak berharga di sekitarku.

Tiba-tiba ku rasakan seseorang menarik lenganku, dan mengangkatku ke atas. Aku menarik napas panjang-panjang. Berapa lama aku tenggelam? Aku masih belum membuka mataku, rasanya aku sangat malu karena ketahuan tidak bisa berenang, aku akan tidur saja. Dengungan-dengungan di sekitarku terdengar semakin jelas dan berubah menjadi percakapan yang tidak ingin kudengar.

"Cally!!" itu suara Lucy, kurasakan tangan seseorang mengguncang-guncang bahuku.

"Kau!!" Lucy menggeram.

"Apa?" suara seseorang yang tidak aku kenali,tapi dia laki-laki. Tiba-tiba kurasakan hawa dingin di sekitarku, bajuku yang basah dan tertiup angin membuatku kedinginan.

"Bagaimana bisa?!" Lucy berteriak, dan kurasakan kedua tangannya mengepal di pundakku.

"Sama-sama karena telah menolongnya," jawab si anak laki-laki. Terdengar suara langkah kaki yang menjauh pergi, dan suara dengusan Lucy.

"Cally!! Bernapas!!" Lucy melepaskan kepalan tangannya, dan kembali mengguncang bahuku. Aku mengintip keadaan sekitar, dan keadaan kembali normal, hanya aku dan Lucy di sini, jadi ku putuskan untuk membuka mataku. Aku terbatuk-batuk, dan duduk. Lucy memelukku tiba-tiba, dan melepaskannya sama tiba-tibanya.Aku memeluk diriku sendiri karena kedinginan, dan menatap Lucy yang masih mencari-cari sesuatu.

"Seseorang mendorongku," aku berkata sambil menatap langit, sangat biru.

"Aku tau siapa pelakunya," Lucy menyipitkan matanya kearahku.

~Feb 09, 2018~
Salam: Ries





Hallo lagi!! akhirnya saya update. 

Ini saya sempetin update, padahal senin saya mau ulangan, kurang baik apa saya? saya minta doanya biar ulangannya lancar. ehehe XD

aku bakal lebih semangat update kalo kalian juga semangat vomentsnya, masa kalo liat yang baca ama yang vomets perbandingannya jauh banget kaya bumi ama langit duhh!!

vote itu tinggal mencet tanda bintang, taukan? hayolo yang pada masukkin cerita ini ke reading list tapi ga ngevote atau komen, ketauan kan.

kalo ada typo mohon diingatkan, saya hanya manusia biasa.

btw, buat next chap 10+++ vote XD. btw lagi, boleh lah follow ig saya @ rsmykrm.

see you on next chapter, love you all!!





DIMENSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang