Berulang kali terlukai olehmu akan menjadi kebiasaan untukku.
~Bulan
Kamu yang kupikir pantas aku pertahankan, ternyata lebih pantas untuk kutinggalkan.
~Langit
~~~~
*PAS H ke-1
Bulan kucek matanya dan bangun dari kasurnya ketika jam di mejanya telah menunjukkan pukul 05.25.
Ia lalu mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.
Hari pertama PAS, semangat bul!!, ucap Bulan saat menatap cermin sambil memoleskan bedak tipis.
Bulan ambil jadwal PAS dan kartu PAS yang ada di meja belajarnya. Sekilas ia buka Hpnya, Bulan merasa ada yang kurang karena tidak ada notif semangat dari Langit, biasanya apabila menjelang ujian seperti ini, Langitlah yang terus menyemangatinya.
"Pagi ma", ucap Bulan pada mama sambil menarik kursi di meja makan.
"Pagi sayang. Gimana uda siap buat ujian?", tanya mama sambil meletakkan roti lapis untuk Bulan.
"Uda kok ma, kemarin uda belajar sampek ke akar-akarnya", jawab Bulan dengan senyuman lebar.
"Sip deh anak mama", balas mama sambil menuangkan susu di gelas Bulan.
"Oh ya Bulan, mama mau tanya, kok beberapa hari ini mama gak pernah lihat Langit jemput atau anter kamu pulang lagi?", lanjut mama yang duduk di samping Bulan.
"Hmmmm. Bulan uda putus ma", jawab Bulan tanpa menatap mamanya.
"Putus? Kalian bertengkar?", tanya mama dengan ekspresi terkejut.
"Hmm maaf ma, tapi Bulan bener-bener gak mau ngebahas dia", jawab Bulan.
"Ya uda kalok kamu maunya gitu, tapi inget kalok ada apa-apa cerita sama mama ya. Mama gak mau kamu sedih sendirian. Mama sayang sama kamu Bulan", balas mama sambil memegang lengan Bulan.
"Jangan terlalu larut dalam kesedihan, yang penting fokus sekolah kamu dulu. Biar nanti kamu punya pendidikan bagus dan kerjaan enak. Soal cowok, mereka bakal dateng ketika kamu uda jadi cewek berkelas. Ibarat bunga, yang cantik itu butuh usaha ekstra buat mekar.", lanjut mama sambil merapikan rambut Bulan.
"Iya ma makasih", jawab Bulan dengan menoleh pada mamanya dan tersenyum.
"Nanti pas ulangan jangan liat-liat Langit. Fokus aja ke soal jangan noleh-noleh. Kalok kata orang jawa, mantep madep ngarep", goda mama yang berusaha menghibur Bulan.
"Hahah, iya ma. Lagi pula Langitnya masuk siang kok jadi gak akan ketemu sama Bulan", jawab Bulan dengan mantab.
Kebijakan sekolah yang membagi setengah kelas agar masuk siang cukup menguntungkan bagi Bulan. Kebijakan tersebut membuat Bulan tidak perlu bertemu dengan Langit setidaknya selama 10 hari ke depan.
"Oalah begitu. Ya uda sayang, cepet berangkat uda jam 6 lebih loh!", ucap mama pada Bulan.
"Ma anterin ke depan dong! Bulan males nunggu ojek online sendirian", rengek Bulan pada mama.
"Haduh manja banget sih anak mama ini. Ya uda ayo mama anter ke depan!", jawab mama.
Bulan dan mama lalu pergi ke teras rumah untuk memesan ojek online.
"Pagi tante", sapa seorang cowok pada mama Bulan saat Bulan dan mamanya telah tiba di teras rumah.
"Lo kok .....", ucapan Bulan terpotong karena cowok itu langsung menghampiri mama dan salim pada mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi dan Bulan di Langit
Teen FictionTerkadang pertemuan indah tak selalu memberikan kisah yang indah. Seperti layaknya pertemuan antara Bumi dan Bulan di Langit malam. Mereka indah, tapi kisah mereka tak seindah pertemuannya. Bumi selalu setia menunggu kehadiran Bulan, dan Langit sela...