BBL - 7

51 10 6
                                        

Aku pernah sangat mencintaimu, hingga tiba saatnya cinta itulah yang membuat kekecewaan datang padaku.

-Langit

Aku mohon jangan putuskan berpisah, bukankah masalah adalah pemanis dalam sebuah kisah?

-Bulan

Barang kali aku terlalu sayang, hingga ingin membuat dia yang memilikimu menghilang.

-Ardi

~~~~

"Bas!!", tepuk Ardi pada Sabas saat masuk ke kelas.

"Anyinggg, kaget gue!!", teriak Sabas sambil memegang dadanya. "Lo itu kalok dateng ngucap salam, Assalamualaikum, gitu. Untung gue gak jantungan", lanjutnya dengan kesal.

"Haha, iya-iya maaf", ucap Ardi sambil tertawa kecil.

"Iye, eh lo uda nyelesain pr sejarah kemaren belom? Gue nyontek dong?", jawab Sabas.

"Asshh dasar lo itu. Kalok malem ngapain aja sih?", balas Ardi sambil memberikan bukunya.

"Chattan sama mimi peri", jawab Sabas sambil menyaut buku Ardi.

"Hahaha moga jadian ya", balas Ardi dengan suara genit.

"Lo kok banyak omong sih mau gue tonjok?", ucap Sabas dengan sikap tangan sudah mengepal.

"Haha ampun bang", balas Ardi. "Ehh bas gue tanya dong", lanjutnya.

"Apaan?", ucap Sabas sambil fokus menyalin pr Ardi.

"Lo tau anak IPA 3 yang namanya Bulan gak?", tanya Ardi.

"Tau, dia salah satu murid berprestasi di sekolah ini", jawab Sabas yang masih tanpa menoleh ke Ardi.

"Cantik juga ya", balas Ardi yang membuat Sabas berhenti menulis dan menoleh padanya.

"Lo suka sama dia?", tanya Sabas.

"Kenapa?? Kagak boleh?", jawab Ardi dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Bukannya gak boleh bro, gue saranin lo jangan deketin dia", balas Sabas dengan tatapan serius. "Bulan uda punya cowok, namanya Langit. Sekelas sama dia", lanjut Sabas.

"Ohh gitu", jawab Ardi dengan ekspresi datar.

Jadi nama pacarnya Langit, ucap Ardi dalam hati.

"Btw lo kenal Bulan dari mana?", tanya Sabas yang melanjutkan menyalin pr Ardi.

"Ohh, kemarin Pak Bahri nyuruh gue ikut seminar dan kebetulan dia juga sama", jawab Ardi nyantai.

"Ohh gitu, ya uda", ucap Sabas singkat. "Gue saranin, jangan jadi orang ketiga di hubungan orang ya bro", lanjutnya dengan menepuk punggung Ardi.

Setelah berkata seperti itu Sabas melanjutkan menyalin pr Ardi, sedangkan Ardi hanya terdiam dengan ekspresi datar.

Gue gak mau jadi orang ketiga di hubungan lo, tapi gue juga terlalu munafik kalok gue harus lepasin lo, Bulan, batin Ardi dalam hati.

"Selamat pagi Ardi", ucap Cantika dengan suara yang keras sehingga mengagetkan Ardi.

"Ehh, Pagi Can", jawab Ardi yang berusaha baik padanya.

"Lo mau sarapan gak?, ini gue bawain roti buat lo", ucap Cantika yang menyodorkan kotak makan berwarna biru muda.

"Makasih can, tapi gue uda...", ucapan Ardi terpotong.

"Ahhh gak mau tau, pokoknya lo harus terima ini dari gue", Cantika memotong kalimat Ardi dengan cepat dan mengakhirinya dengan senyuman lebar yang menunjukkan sederet gigi behelnya.

Bumi dan Bulan di LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang