Bab 22.1: Daddy?

117K 12.8K 752
                                    

Babang Damien kambeeekk

Oke. Gini, Zuka tiap bab udah naruh clue buat konfliknya ya. Pasti kalian nemu lah.

Semua cerita zuka berkonflik. Yang baca Gil dan Carl pasti tau, anak Zuka yg onoh mulai berkonflik. Disini masih sweet2an yes. Jadi jangan takut Nggak bakal ada konflik. Hehe..

Jangan lupa vote dan komen. Kalo ada typo mention yes. 😘

***********


Adria sedang membaca majalah fashion yang ada di pangkuannya, ia meluruskan kakinya dan menyandarkan kepalanya ke kepala ranjang. Matanya terus fokus pada majalah di depannya, sampai dia tak menyadari kehadiran Damien yang membuka pintu kamar dan menghampirinya.

"Aku harus menemukan nama brand yang bagus," gumam Adria yang masih fokus dengan majalannya dan membolak balikannya.

Damien yang baru masuk membawa segelas susu putih hanya menatapnya dengan tajam dan dalam, tak ada ekspresi apapun di wajahnya. Pria itu berdiri di tepi ranjang dekat Adria dan masih belum diketahui oleh sang istri. Damien mengulurkan segelas susu di tangannya ke hadapan Adria dan menghalangi pandangan wanita itu.

Adria mendongak dan mengerutkan dahinya dan bertanya, "Ini untuk siapa?"

"Untukmu," jawab Damien singkat.

Adria tersenyum lebar dan mengambil susunya kemudian meneguknya sampai habis, setelah itu memberikan gelas kosongnya pada Damien. Kemudian kembali fokus dengan majalahnya dan membolak balikannya lagi.

Damien yang merasa diabaikan pun segera menarik majalahnya, membuat Adria kesal dan menatapnya dengan tajam. Damien selalu memiliki cara untuk mengambil perhatian Adria, tak peduli meski sang istri harus kesal. Dia membungkuk dan mencondongkan tubuhnya, membuat Adria memundurkan tubuhnya agar wajah mereka tidak bersentuhan.

"Kau kenapa?" tanya Adria dengan dahi mengerut.

"Bagaimana pertemuan dengan Blanc and Choco?" tanya Damien.

Adria tersenyum lagi dan menepuki pipi Damien yang berada tepat di hadapannya. "Lancar, dan winter nanti kami akan berkolaborasi, aku hanya menunggu surat perjanjiannya," jawab Adria. Dia diam sejenak kemudian teringat sesuatu untuk mengatakannya pada Damien. "Dami, aku ingin membuat brand sendiri dan aku harus mendaftarkannya, kau mau membantuku?"

Damien menegakkan kembali tubuhnya dan memasukan kedua tangannya di saku celana. Dia berdiri menjulang di hadapan Adria dengan seringai yang mulai terbentuk, dengan wajah misterius, dan Adria sangat hapal jika Damien sudah seperti itu.

"Aku tahu apa yang ada di kepalamu," kata Adria dengan mata memicing.

Damien semakin melebarkan seringainya, "Apa?"

"Pasti tidak jauh dari pertanyaan itu. what will you choose? Having sex or making love? iya kan?" tebak Adria seraya memutar bola matanya sebal.

Damien mengedikkan bahunya, pria itu melepaskan kaos yang dia kenakan dan menaruhnya di kaki ranjang, dan hal itu membuat Adria beringsut mundur untuk memberikan ruang agar Damien naik ke ranjangnya. Damien pun naik ke ranjang dan memerangkap tubuh Adria yang masih bersandar di kepala ranjang.

"Kenapa kau semakin pintar? Aku rasa kampunganmu dan otak bodohmu sudah mulai berjalan dan bekerja semakin baik," bisik Damien dengan suara seraknya.

Adria kesal. Tentu saja! Damien baru saja menghinanya. Dia mengambil bantal di sampingnya dan memukulkannya pada kepala Damien, meski Damien masih bergeming tapi Adria merasa cukup puas dan tersenyum lebar.

"Puas kau menghinaku, Mr. Romanov?" tanya Adria.

Damien bergeser ke samping dan merebahkan dirinya di kepala ranjang, kemudian sebelah tangannya menarik tangan Adria hingga terjatuh dalam pelukannya. Kini posisi Adria bersandar di dada bidang Damien dan sedikit membuatnya tak nyaman.

Adria beringsut dan menyamankan diri dalam dekapan Damien, dengan kepala di dada Damien dan sebelah kaki yang bertumpu pada kaki Damien. Adria terkekeh saat melihat posisinya yang sangat lucu bagai anak-anak, tapi dia menikmatinya. Jari-jari lentiknya dengan kuku yang pendek dan berkutek putih pun bergerak di atas dada bidang Damien, mengusapinya dengan lembut.

"Kau bahagia?" tanya Damien di atas kepala Adria. Damien mendekat tubuh Adria semakin erat dan mencium pucuk kepalanya, kemudian sebelah tangannya merayap di pinggang sang istri dan mengusapi perut ratanya.

"Aku sangat bahagia, terima kasih kau sudah mau kembali padaku," balas Adria dan dia terdiam sejenak sebelum melanjutkan perkataannya, "Maaf aku masih belum mengingat masa lalu kita."

Usapan tangan Damien di perut Adria terhenti, dia menaikan dagu Adria dengan tangan lainnya hingga wajah mereka berhadapan kemudian mengecup bibirnya. Awalnya hanya sebuah kecupan, Damien memperdalam ciumannya dan memberikan sedikit lumatan halus yang membuat Adria memejamkan matanya menikmati ciuman Damien yang selalu berhasil menenangkannya.

"Aku lebih bahagia," bisik Damien setelah melepaskan ciuman mereka. Mata birunya yang tajam tak lepas dari wajah cantik Adria. "Seumur hidupku, aku tidak pernah menemukan kebahagiaan sedikitpun tapi kau datang padaku dan membawa kebahagiaan. Maka dari itu, aku akan mempertahankan kebahagiaanku dengan cara apapun," lanjutnya.

Adria membuka matanya dan menatap mata tajam Damien, menyelaminya dan mencari sebuah ketulusan dan juga cinta. "Terima kasih sudah menjadikanku kebahagiaanmu," bisik Adria dengan suara mencicit kecil.

Senyuman di bibirnya tak bisa dia tahan lagi, dengan berani Adria mengecup bibir Damien dan menggerakannya, memberikan sebuah ciuman yang hangat meski Damien hanya diam dan bibirnya yang dingin membeku seakan mencair dalam ciuman Adria. Adria pun melepaskan ciumannya dan dia juga bangun dari tubuh Damien, duduk bersila dan menatap Damien dengan serius.

"Jadi, kau mau kan membantuku untuk mendaftarkan brand fashion-ku?" tanya Adria.

Damien bergeming, dia masih menatap Adria tanpa kata. "Apapun akan aku lakukan demi dirimu," balasnya kemudian.

Adria merekahkan senyumannya, "Aku sudah pikirkan satu nama untuk brand fashion-ku."

"The Romanov's?" tanya Damien dengan sebelah alis terangkat.

"No, aku tidak mau menggunakan nama perusahaanmu untuk brand-ku. Namanya B&L, bagaimana?"

"Nama aneh apa itu? kenapa tidak DNA, Damien and Adria."

"Itu tidak aneh!" Adria merengut kesal kemudian meneruskannya, "Kalau DNA itu tidak asyik. B&L singkatan dari Becca and Lulla, cantik kan?"

Damien diam, tak ada ekspresi apapun di wajahnya, hanya dingin dan tatapan tajam. Dia mendengkus kasar dan membenarkan posisi tubuhnya kemudian duduk dan menaruh tangannya di dagu.

"Apa aku harus menendang kucing jelek itu dari sini? Atau menguburnya hidup-hidup di taman belakang? Atau kau ingin aku membedah perutnya?" ujar Damien dengan suara yang rendah.

Adria membulatkan matanya tak percaya, bahkan sampai bibirnya sedikit terbuka. Ketika sadar dia segera memukul bahu Damien dan meraih bantal kemudian memukulkannya pada Damien, dan Damien yang langsung merebut bantalnya.

"Kau ini benar-benar! Kau papa yang jahat! Lulla itu sangat tampan dan juga lucu, dia bahkan lebih tampan darimu!" pekik Adria dengan kesal.

"Oke, aku kalah tampan dari kucing," kata Damien pada akhirnya.

"Jika besok aku lihat Lulla terluka, atau satu saja bulunya rontok, aku tidak mau berbicara denganmu."

"Bagaimana bisa aku mencegah satu saja bulu kucing jelek itu tidak rontok, ternyata masih bodoh." Damien mendecih kasar dan turun dari kasur. Kemudian berjalan meninggalkan Adria ke kamar mandi.

Adria yang masih kesal pun hanya menatap kepergian Damien sampai pria itu menghilang di balik pintu kamar mandi. "Kenapa dia yang sewot?" gumam Adria.

Wanita itu membaringkan tubuhnya dan mulai terlelap dalam tidurnya, biarkan saja Damien menyusulnya tidur karena dia harus kembali bekerja besok untuk merancang semua pakaian yang akan dia luncurkan sebagai awal debutnya dengan brand sendiri. Tak berapa lama Adria pun terlelap dalam tidurnya.

(^0^)(^0^)

Zuka tuh takut, takut kalian bosen sama cerita ini dan ninggalin zuka. Tapi zuka bakal berusaha bikin kalian semakin jatuh cinta sama Damien Adria. Hihihi...

Makasih ya buat stay bersama Damien Adria dan Zuka. 😘😘 lop kaliaaan 😘

The Jerk Husband✔ [END] / (TERSEDIA DI GOOGLE PLAY & KUBACA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang