Part 11

15 0 0
                                    

Menjadi Saksi

Waktunya jam pulang kuliah.

El berlari mengejar Indah yang melintas di depan kelasnya. "Indah, hari sabtu besok jam 2 siang bisa ketemuan? Nanti saya tunggu kamu di perempatan jalan di dekat rumah kamu."

"Mau kemana El?" Indah.

"Jalan ndah, hitung-hitung permintaan maaf aku untuk masalah yang kemarin".

"Bisa El, nanti kamu kabarin saya aja kalo udah disana" Jawab Indah.

El kembali ke kelasnya karena ada tugas yang harus ia selesaikan bersama temannya. "Oke, kalo gitu saya ke kelas lagi ya mau kerja kelompok dengan teman. Kamu hati-hati bawa motornya, jalannya licin abis hujan".

"Iya makasih ya, kamu juga jangan terlalu malam pulangnya El. Saya pulang dulu ya".

El begitu semangat, karena itu adalah kali pertama ia mengajak indah keluar.

Gaya khas anak muda tahun 2000.an. El sangat rapi dalam berpakaian, ia tidak ingin terlihat rusuh sedikitpun di depannya siang itu dan minyak wangi yang selalu ia bawa agar selalu terasa wangi di depannya. Ditemani motor tua kesayangannya ia menunggu di perempatan dekat rumah indah.

Terlihat dari kejauhan, indah. Ia berpakaian sederhana, tidak menggunakan make up sedikitpun di wajahnya namun ia tetap terlihat sangat anggun, cantik, dan mempesona.

Datang menghampiri El yang sudah menunggunya.

"Heii" Sapa Indah.

"Heii, yukk naik ndah" El.

Mereka berjalan di bawah terik sinar matahari, menyusuri jalanan kota dengan motor tua nya El. Terlihat senyum bahagia dari wajah El, betapa bahagianya ia bisa mengajak Indah jalan untuk pertama kali nya. Merasa seperti pria paling beruntung di dunia. Begitupun Indah, ia terlihat bahagia bisa jalan berdua dengan El.

El mengajak indah mampir di sebuah kedai untuk membeli es krim. Melepas dahaga, di pinggiran sungai musi. Mereka menikmati pemandangan, angin sepoi-sepoi menambah tenangnya suasana kala itu. Pandangan El tak pernah lepas dari wajah bidadari nya. Indah menyadari bahwa El memandanginya begitu lama namun Indah pura-pura tidak tahu karena tidak ingin mengganggu El. Begitu pun dengan Indah, ia pun curi-curi pandang terhadap El saat El tak lagi memandanginya.

Kemudian mereka menonton sebuah film. El mengajak indah nonton film horor tapi indah tidak mau karena ia takut dengan hal-hal yang berbau mistis.

"Kita nonton film horor aja ya" Ujar El.

"Gak mau ah, takut" Indah.

"Yahhh ayokla, kan cuma film masa' takut.

"Tapi kan......."Indah.

"Tapi apa hayooo, ayokla nanti tutup mata kamu aja kalo takut atau gak kamu peluk aku aja" Canda El.

Akhirnya indah menyetujui permintaan El meskipun selama film berlangsung Indah sangat takut melihat lama-lama ke layar.

Hari mulai gelap, sore berganti malam. Indah mengajak El ke sebuah cafe untuk makan karena perutnya tidak bisa diajak kompromi lagi, begitupun dengan El yang belum makan sejak siang tadi. Saat indah membuka tas nya untuk mengambil handphone dan menelpon orang tuanya, tidak sengaja El melihat ada sebuah diary terjatuh dari tas nya. El kemudian mengambilnya untuk diberikannya lagi kepada indah namun karena penasaran El pun membuka dan membaca nya. Tidak disangkanya sebagian isi dari diary tersebut adalah sebuah ungkapan cinta yang indah rasakan kepada El. Wanita yang selama ini ia cintai ternyata menyimpan rasa kepadanya meskipun kejadian kemarin itu cukup menjelaskan bahwa Indah mempunyai rasa kepadanya tetapi El tidak ingin berpikir terlalu jauh dan terus mencoba melakukan yang terbaik di depannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Biarkan Jembatan Ini Menjadi SaksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang