Kau Indah
Hari demi hari El jalani tanpa pernah merasakan apa itu jatuh cinta dan sampai pada saat ini juga masih belum membuka hati karena keegoisan hati yang tidak percaya akan adanya cinta.
Dan sampai pada satu waktu ia bertemu dengan seorang wanita yang terkenal cueknya di kampus tepatnya di lobby akuntansi. Kala itu El berpapasan dengan nya yang sedang mengikat rambut nya. Wanita itu bisa dibilang paling cueklah diantara cewek yang ada dikampus. Siapa sangka selama ini ia yang tak pernah sekali pun merasakan hal yang berbeda saat bertemu seorang wanita akhirnya ia bisa merasakan perasaan seperti itu.
"Saat pertama kali bertemu, ada yang beda dari dirinya. Sejak saat itupun saya tak bisa tidur memikirkan wajahnya" Ucap El dalam hati.
Di bawah langit malam nan cerah,terlihat berjuta bintang berkedip menawan, diantara pohon yang menari dan diantara para jangkrik bernyanyi. El menatap langit dengan penuh harapan.
"Siapakah wanita itu, yang telah berhasil membuat jantungku berdebar kencang, untuk pertama kali saya merasakan hal sehebat ini dan untuk pertama kali nya juga saya merasa berbeda saat bertemu seorang wanita," ujarnya.
Sejak pertemuan itu, El terus memikirkannya dan membuat El tidak konsentrasi menjalani hari nya.
Kebetulan sekali siang itu ia melihatnya mengobrol dengan teman SMA El di dalam kelasnya. Tak ingin membuang waktu, El pun lantas memanggil temannya."
"Woy mil sini dulu. Mil siapa nama wanita itu?. Kamu satu kelas dengan dia?" tanya El.
"Yang mana?" Ujar Ermila.
"Itu yang duduk di baris nomor 2 yang rambut pendek" Ujar El.
"Ohhh itu, namanya indah. Iya saya satu kelas dengan dia. Kenapa? Kamu suka yaaaa (senyum) ?"Jawab Ermila.
"Yaaa tidak lah, masa' belum kenal udah suka aja dengan orang tapi kalo boleh kenalin saya dengannya dongg" Jawab El.
"Ahh bisa aja ngeles, ngomong aja kalo suka buktinya itu minta kenalin huuu" Ermila. Ermila pun langsung memanggil Indah dan itu sungguh membuat El sangat gugup saat Indah menghampiri nya."
Ermila menepuk pundak El. "Ndah, nih ada teman saya mau kenalan dengan kamu".
"Ohh iya boleh," jawabnya.
El segera mengulurkan tangannya. Dengan keringat jagung di dahi, dan dengan perasaan yang entah bagaimana harus El jelaskan. Awalanya mereka berbicara dengan bahasa kakuh.
"Hai, sa.....saya El".
"Iya saya Indah. Biasa aja El jangan gugup".
"Hehe iya ndah, maaf ya. Ohiya senang bisa bertemu dengan kamu" ujar El yang menunduk malu-malu.
"Saya juga (tersenyum)" Indah.
"Ohiya boleh saya tau kontak kamu?. Biar saya bisa menghubungi kamu kalo ada apa-apa" El.
"Eleehh ngomong aja biar mau dekat haha" Ermila memotong percakapan mereka.
"Yahh kamu mil, malu-maluin aja. Eh ndah, gak usah dengerin omongan Ermila. Btw ada kan? " El.
"Iya ada, ini kontak saya".
"Oke (senyum sumringah)".
Sore itu dipinggiran sungai musi, El duduk ditemani matahari yang perlahan-lahan malu menunjukkan kemegahannya. Memikirkan wanita yang telah membuatnya jatuh hati, yang meluluhkan hatinya. Lalu El langsung menghubungi Indah. Akan tetapi berjam-jam El menunggu balasan yang tak kunjung juga dibalas."
Lalu pada pagi hari nya, El mendapat balasan dari Indah dan itu membuatnya sangat senang se senang senangnya dan ia tidak pernah merasakan senang seperti ini sebelumnya dan karena terlalu senang, membuat El bingung untuk membalasnya.
"Apa yang harus saya omongkan, saya bingung nanti saya ngomong seperti ini salah seperti itu juga salah, takut dia malah ilfeel. Bisa gaswat nih kalo kesan pertama nya bikin dia ilfeel" Ujar El
Butuh waktu sekitar 10 menit untuk El memikirkan apa yang harus di balasnya.
"Assalammualikum Indah, ini El yang kemarin ketemu dikelas, masih ingatkan?".
Entah mimpi apa ia semalam, indah menjawabnya dengan ramah. "Waalaikumsalam, ohiya masih ingat kok, baru juga kemarin masa udah lupa hehe," jawabnya.
"Oh masih muda ya berarti masih kuat ingatannya hehe" Canda El
"Iya gak kayak kamu El, udah tua wkwkwk."
"Waduhh sok tau, masa' muka imut kek gua ini dibilang tua haha."
Kesan pertama yang baik bagi El.
OH INDAHNYA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Jembatan Ini Menjadi Saksi
RomansaKisah 'Biarkan Jembatan Ini Menjadi Saksi' terjadi di kota Palembang, Sumatera Selatan dan merupakan latar belakang budaya Arab dan China muslim. Cerita ini berawal ketika seorang pria yang kuliah di salah satu kampus negeri di Palembang yaitu Polit...