Angin Membawa Rasa
RINDU.
"Akhir-akhir ini aku begitu merindukanmu, ia selalu datang tanpa diundang" El.
Jauh jarak mereka, El tak pernah bertemu dengan Indah. Terpisah jarak dan waktu karena El kini sedang di luar kota menghadiri acara seminar dan pelatihan akuntansi selama 2 minggu dengan teman kelas nya Flora dan David anak kelas sebelah yang di bimbing oleh dosen akuntansi mereka.
Disini, hampir setiap hari El merindukannya, memikirkan wajahnya. "Salah jika mengatakan rindu itu berat. Rindu itu begitu ringan, ia selalu bisa dibawa dimanapun kita berada dan rindu ini selalu kugenggam agar ia menetap didalam pikiran" Ucap El dalam hati.
El, flora dan david sedang berada di salah satu restoran di kota bandung yang menyediakan menu khas Indonesia. Mereka merefresh otak mereka setelah seharian mengikuti pelatihan dan memesan beberapa menu makanan terutama makanan khas kota mereka sendiri yaitu Palembang.
"Restorannya lumayan bagus ya, tata ruangnya juga khas banget dengan indonesia" Cakap Flora.
"Iya Flo, makanya saya ajak kalian kesini soalnya saya pernah kesini dan tempatnya rekomendasi banget" David.
"Yang paling penting ada menu pempek nya, itu udah melebihi cukup hehehe" El.
"Pastinya El, sudah hampir seminggu kita disini tapi baru hari ini bisa nyicipin pempek" Flora.
Sambil melihat wajah Indah melalu handphone nya. "Iya ndah.... Eh maksudnya Flo.
"Ya elahhh yang gak ketemu satu minggu dengan indah, segitunya sampe salah sebut, gimana gak ketemu berbulan-bulan ya hmmmm" Flora.
"Heheh maaf Flo, gak sengaja kebuka ada foto dia" Ujar El.
"Kamu dekat dengan Indah El ?" Tanya David.
"Iya vid, kamu kenal ?" El.
"Kenal El, satu SMA dengan dia" Jawab David.
"Oooohhh gitu" El.
"Selamat yaa" David.
Kebetulan ketika mereka tengah asyik ngobrol, ada yang menelpon HP David. Lalu Flora memberitahu El tanpa sepengetahuan David. "El, lu tau gak? David itu pernah ngedeketin Indah lohhh. Makanya dia langsung reflek nanyain indah waktu kamu gak sengaja keceplos namanya".
"Waduhh aku gak tau Flo, jadi gimana? Saya merasa gak enak dengan David" Ucap El yang terlihat bingung.
"Ya gimana lagi, kamu pura-pura gak tau aja ke David. Pura-pura kamu gak tau kalo dia pernah ngedeketin Indah" Flora.
"Oke Flo".
Mereka sangat menikmati hari itu, meskipun ada sedikit kesalahpahaman antara El dan David. Akan tetapi mereka tetap bersikap seperti biasa, apalagi David yang tidak terlalu memikirkannya. Meski begitu, El tetap menyimpan rasa tidak enak kepada David dan tetap berusaha untuk menyembunyikan rasa tersebut agar hubungan mereka sebagai teman tidak menjauh.
Hari terus berjalan dan tak terasa hingga pada malam terakhir di Bandung. El berjalan menyusuri kota kembang tersebut mencari oleh-oleh yang akan ia bawa ke Palembang nanti, untuk kedua orang tua, adik dan tentunya siapa lagi kalau bukan satu-satunya Indah.
"El, kamu mau cari apa untuk oleh-oleh ke Palembang besok?" Tanya Flora.
"Cari sepatu Flo untuk orang tua sama adik. Kamu mau cari apa?" El.
"Mau cari pakaian aja El. Eh kamu gak beli untuk Indah gitu??" Flora.
"Iya ini sekalian cari oleh-oleh untuk dia juga Flo".
Setelah puas menyusuri kota Bandung. El duduk di teras kamar penginapan dan menikmati indahnya kota Bandung dari atas ketinggian. "Semilir angin malam, menyapa jiwa dalam kerinduan. Semilir angin malam, merayu syahdu penuh harapan. Semilir angin malam, membawa pesan pada sebuah harapan, pada sebuah rasa. Sampaikanlah pesan tentang kerinduan ini padanya, bahwa aku disini sangat merindukannya" Tulis El dalam diary yang biasa ia tuliskan.
Malam itu. El sangat ingin berbicara dengan Indah, walaupun hanya lewat telpon yang mungkin akan menghilangkan rasa rindu nya selama dua minggu yang tak bertemu.
Berulang kali El menghubungi indah namun tidak ada jawaban darinya. El begitu resah, jantungnya berdegup kencang, hati yang begitu merindukannya berubah menjadi tak enak. Namun perasaan resah, hati yang tak enak berubah 180 derajat ketika tidak lama berselang, Indah menelpon balik El.
"Assalammualaikum El, maaf ya tadi saya lagi shalat. Kamu sudah shalat nya?" Tanya indah.
"Waalaikumsalam ndah, iya gak apa-apa kok. Maaf juga ya nelpon kamu berulang-ulang, ganggu kamu lagi aku nya. Sudah kok" El.
"Gak kok El, malah senang kamu ngehubungin aku. Gimana disana? Lancar kan?" Indah.
"Alhamdulillah lancar ndah, beres pokoknya hehehe. Besok sudah pulang ke palembang lagi" Jawab El.
Melepas rindu antara mereka berdua, hanya saja Indah lebih handal menyimpan rasa rindunya dibanding El. Ia tidak nampak menunjukkan bahwa ia rindu seperti halnya El yang begitu merindukannya. Akan tetapi ia menunjukkan cara yang berbeda yaitu dengan memberikan perhatiannya kepada El.
"Ndah, udah dua minggu ya gak ketemu. Biasanya dikampus tiap hari ngelihat kamu dan kadang-kadang juga ngobrol, yang pastinya gak bisa jaga kamu dari dekat" El.
"Iya El sabar ya, kan besok udah ke Palembang lagi" Jawab Indah.
"Tapi gak ada kan yang ganggu kamu disana?. Kalo ada yang berani ganggu kamu, nanti saya orang pertama yang ada di depan kamu".
"Yakin aja dehhh hehehe bisa aja kamu El gombal nya. Besok jam berapa berangkatnya?" Indah.
"Hehehe jam 6 pagi ndah, ohiya udah dulu ya soalnya besok mau bangun pagi nih, nanti telat ke bandaranya. Bisa ditunda lagi ketemu kamu kalo telat hehehe".
"Gombal lagi gombal lagi huuuuuu El El. Yasudah tidur gih, kamu taruh aja HP nya di dekat kamu terus suaranya di aktifin nanti aku telpon kamu pagi besok biar kamu bangunnya gak kesiangan".
"Ini gombal gak nih? Perhatian banget hahaha" Canda El.
"Gak lah. Udah ah tidur gih tidur, assalammualaikum El.
"Hehehe iya, waalaikumsalam ndah".
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Jembatan Ini Menjadi Saksi
RomanceKisah 'Biarkan Jembatan Ini Menjadi Saksi' terjadi di kota Palembang, Sumatera Selatan dan merupakan latar belakang budaya Arab dan China muslim. Cerita ini berawal ketika seorang pria yang kuliah di salah satu kampus negeri di Palembang yaitu Polit...