Senja
"Beranikah ku menatapmu?" Hatiku bertanya.
"Kau begitu mempesona, tak perlu dengan apa yang kau lakukan, kau tetap terlihat cantik. Senyummu bermakna dan matamu siratkan kata".
Siang itu El melihat dari kejauhan, mengalihkan semua yang ada, keributan di koridor jurusan dan suara ocehan anak akuntansi lainnya tidak mengganggu dan hanya tertuju pada satu mata, Indah. Dengan santainya El terus melihatnya dari kejauhan yang sedang tertawa bersama temannya dan menghiraukan semua nya, sampai buku cetak yang ia baca pun terjatuh dan tidak disadarinya.
Senyum tak pernah lepas layaknya orang stress yang senyum tanpa ada penyebab, seperti itulah orang sebelah nya mengira ketika melihat El.Yang benar saja, indah melihat balik si El dan membuat El salah tingkah. Lantas El langsung mengalihkan pandangan nya ke arah yang lain dan langsung meringkasi buku cetak yang terjatuh tadi.
"Wah bahaya nih, ketahuan saya" Celotehnya.
Malu ia rasakan, keringat keluar dari wajah nya seakan kepanasan padahal siang itu sedang mendung sedangkan si doi hanya tersenyum karena tau bahwa ia sedang di mata-matai oleh El. Teman di sebelah indah pun tertawa melihat tingkah El yang salah tingkah ketika bertatapan dengan si doi. Lantas El langsung berdiri dan menjauh dari koridor kemudian pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat dzuhur. Ia pergi ke rumah Allah, dimana ia bisa bercerita dengan leluasa dan mengungkapkan seluruh isi hati nya kepada Sang Pencipta.
Dengan khusyuk nya ia shalat, suasana yang sejuk, angin sepoi-sepoi mengiringi shalat nya dan awan mendung yang menemaninya siang itu. Selesai shalat ia tak langsung meninggalkan masjid, ia ingin bercerita dan mencurahkan isi hatinya kepada Sang Khalik.
"Ya Allah, sesungguhnya hamba meminta kepada-Mu, berkah wibawa keagungan-Mu, dan amukan keluhuran-Mu, agar Kau jadikan kecintaan di dalam hati Indah Sartika dan resapkanlah kecintaan dan kasih sayang terhadapku di dalam hatinya, dan cenderungkan ia padaku lewat anugerah-Mu, wahai Dzat yg Maha Mulia. Hanya itu yang hamba inginkan dari nya Ya Allah, tidak lebih dan hanya itu. Hamba tidak tau mana yang terbaik, tetapi Hamba memohon agar setiap pilihan dari hati ini adalah yang terbaik untuk hamba. Serta kan lah dirimu di setiap hati ini memilih agar pilihan hamba adalah yang terbaik untuk hamba."
El tersenyum kecil, tenang hatinya telah mencurahkan isi hatinya kepada Sang Khalik, Sang Pecipta hati manusia karena tiada tempat yang terbaik selain bercerita kepada-Nya.
Hujan rintik mulai turun, mengiringi langkah El menuju ke kelas. Sejuk ia rasakan, sesejuk yang ia rasakan ketika melihat wajahnya. Di tengah perjalanan, ia kembali bertemu si do'i. Kali ini El tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, lantas ia langsung menghampiri Indah untuk mengajaknya makan siang berdua.
"Ndah, kamu belum masuk ?. Perasaan dari tadi kamu duduk disini, terus temen kamu yang tadi kemana?".
Muka kesel, maklum sudah sekitar setengah jam ia menunggu temannya di koridor. "Belum El, lagi nunggui temen mau ambil buku tapi dari tadi belum datang-datang. Ia tadi teman kelas tapi mereka lagi ke perpus" Jawabnya.
"Buku apa emangnya ?".
"Perpajakan, pelajarannya Pak Isman" Indah.
"Ohh ikut aku aja yok ndah, makan siang di kantin. Nanti suruh temenmu ketemu di kantin aja ndah" Ujarnya.
"Waduh gimana ya tapi temen aku gimana?".
"Gimana apanya hehe, yaudah yokk ikut. Gak usah banyak pikir lagi ndah, nanti temen mu suruh kekantin aja".
"Hmmm okelah El" Jawab indah.
"Yesssss (dalam hati El), kamu mau makan apa?" El.
"Makan apa aja dehh, terserah" Indah.
"Yahh cewek banget nih kalo jawabnya terserah". Canda El sambil menggaruk tangannya di kepala.
"Gimana kalo makan bakso, kayaknya enak dingin gini makan bakso" Jawab indah.
"Wih boleh juga tuhh, nanti kamu makan yang banyak ya biar gemuk"
"Gak ah, kalo gemuk nanti susah gerak terus kena penyakit jantung, diabetes terus is dead dehh ehehe" Indah.
"Wuuu lebayyyyyy" El.
"Hehehe by the way, mau makan di kantin mana nih. Rame banget nih susah cari tempatnya" Ujar indah.
"Tuh di ujung, kita duduk di sana aja. Kamu duduk disitu nanti saya yang pesan bakso nya ya, ohiya kamu mau pesen bakso apa?"
"Oke, disamain aja El" Jawabnya.
"Siap laksanakan" Canda El
Curi pandang yang dilakukan El, tak berani ia melihat indah begitu lama. Dari sudut kanan kantin, El melihat indah yang sedang duduk menunggu nya. Pesona wajahnya, mengalahkan semua yang ia lihat dari wanita manapun yang pernah ia temui.
"Kau begitu mempesona ndah , apakah mungkin aku bisa memilikimu ?" Celoteh dalam hati. Ahhhh jauh sekali aku berpikir, dekat saja belum sudah mikir sejauh itu."
Dengan semangatnya El menghampiri Indah yang sedang duduk melamun dalam keramaian. Entah apa yang ia pikirkan. "Heyyyyyyyy" El.
"Astagfirullahalazim, duhh ngagetin aja kamu" Indah.
"Kamu sih melamun, di tempat rame gini masih sempet juga kamu ngelamun" Jawab El.
"Iya nih mikirin tugas dari pak isman, banyak banget"
"Jangan dipikirin, nanti malah stress kamunya terus gila lohhh. Emang kamu mau, nyanyi ketawa senyum terus ngomong sendiri ? Hehehe." Canda El.
"Yahhh sembarangan, kamu ajalah yang gila, ngomong ketawa sendiri setelah itu aku rekam kamu terus saya masukin di internet dehh. Judulnya Alumni polsri Diduga Stress Karena Tugas Pak Isman hahaha, mau gak ?" Jawab indah.
"Mau mauuuu, silahkan gak apa-apa" El
"Yeeeee beneran mau dia nya jadi gila hahaha" Celotehnya.
Tawa dan senyum si do'i membuat El begitu terpana melihatnya. Tatapan El, begitu dalam menatap matanya nan indah itu, seindah senja yang selalu ia lihat ketika tuhan mengganti sore menjadi malam dan tentunya seindah namanya "INDAH".
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Jembatan Ini Menjadi Saksi
RomanceKisah 'Biarkan Jembatan Ini Menjadi Saksi' terjadi di kota Palembang, Sumatera Selatan dan merupakan latar belakang budaya Arab dan China muslim. Cerita ini berawal ketika seorang pria yang kuliah di salah satu kampus negeri di Palembang yaitu Polit...