PART 6

19 0 0
                                    

Sunyi

Malam terang nan sunyi. Langit bersih tak tersaput awan. Bintang tumpah mengukir angkasa, membentuk ribuan formasi. Angin malam membelai rambut. Lembut, menyenangkan, menelisikan, bernyanyi di sela-sela kuping. Dan suara lantunan ayat suci Al-qur'an dari kamar adik, begitu mententramkan hati.

Seperti halnya irama beduk, melantunkan ayat suci pun di lafalkan dengan versi masing-masing. Sesuai dengan irama mereka masing-masing.

Setiap malam jumat, si bontot Fildzah selalu mengaji setiap selesai shalat isya. Sudah menjadi kebiasaannya sejak kecil ia mengaji setiap malam jumat. Lantunan merdu suara mengaji Fildzah menjadi penyejuk rumah yang tak bisa tergantikan, suara khas mengaji dari si bontot yang sudah dilatih nya sejak kecil waktu di TPA dulu. Kadang ia mengaji sampai lupa waktu, pernah waktu itu ia mengaji hingga larut malam sekitar jam 23.00.

"El, kamu ini asyik menonton saja. Coba lihat adik kamu itu rajin sekali ia mengaji, lah kamu dari tadi nonton saja kerjaanmu" Ucap ayah sambil menggelengkan kepalanya.

"Iya yah nanti, kan aku biasanya ngaji tiap hari jumat yah. Lagian ayah kok dirumah, bukannya tadi ngomong mau pergi ke rumah Pak Latief?" Pangkas El.

"Gak jadi, Pak Latief nya belum pulang kerja. Ia masih di luar kota, maklum orang sibuk gitu susah ditemuin" Jawab ayah.

"Ya gitulah kalo kita perlu dengan orang yah, susah banget mereka ditemuin kadang juga gak ngerespon tapi coba kalo orang yang perlu dengan kita ya cepet banget mereka mau nemuin kita" El.

"Husssshh gak boleh gitu, Pak Latief susah ditemuin kan memang karena dia orang sibuk lagian kita gak boleh ngomongin dia meskipun begitu kan ayah mau minta bantuan dengan dia untuk kerja di kantor nya jadi sabar saja, anggap saja ini cobaan buat kita" Ujar ayah sambil mengelus kepala El.

Sama seperti ibu, ayah nya pun mengajarkan hal yang banyak tentang kehidupan terutama untuk selalu bersyukur dan sabar saat menghadapi masalah. Contohnya saja sekarang, ayah sering sekali ingin bertemu dengan pak Latief tapi itu hanya sebatas rencana karena sangat susah untuk menemui pak Latief dan hanya satu yang selalu disampaikan oleh ayah yaitu sabar. Padahal El tahu bahwa ini sudah kesekian kalinya ayah ingin bertemu dengan pak latief.

Sebagai anak tua, El hanya bisa bersabar mengenai masalah yang lagi ayah nya hadapi karena ia mempunyai tanggung jawab kepada adiknya untuk tetap memberikan contoh yang baik kepada adiknya agar adiknya bisa mencontoh hal baik yang sudah ditunjukkan El. Maklum sebagai anak tua, harus bisa menjadi contoh untuk adiknya.

Bahkan adik nya pernah bertanya kepada El. "Kak kok bisa sabar banget kak dengan masalah ayah, adik gak pernah mendengar kakak mengeluh padahal adik sering kali mengeluh. Kenapa harus ayah yang di PHK oleh kantornya kan ayah gak pernah bermasalah dengan kantornya". Dengan dewasanya El menjawab, "Dek seberat apapun masalah kita, jangan pernah menyalahkan orang lain walaupun sejahat-jahatnya orang, kita jangan sampai menyalahkan orang itu, lebih baik kita bersabar karena semua yang kita alami ini adalah cobaan dari Allah. Lebih baik kita berdoa kepada Allah yang sudah memberikan cobaan kepada kita agar diberikan jalan keluar. Percuma kalau kita mengeluh dan menyalahkan orang lain, masalah tidak akan selesai."

"Tok Tok tok (suara orang mengetuk pintu). Assalammualaikum". Nampak suara yang tak asing lagi terdengar.

"Waalikumsalam, ya siapa?" Ucap ayah sambil berjalan menuju pintu.

Tak disangka tak di duga, ternyata yang datang adalah seorang Pak Latief. Sungguh di luar dugaan, orang yang selalu diharapkan oleh ayah ternyata datang menemuinya di rumah padahal Pak Latief adalah orang yang sangat penting dan sangat gengsi untuk bertemu orang yang ingin meminta bantuannya apalagi malam itu ia datang langsung kerumah dan kita tahu sendiri bahwa jika kita ingin meminta bantuan pasti kita yang menemui orang tersebut tapi kali ini berbeda, Pak Latief lah yang menemui ayah. Mungkin inilah buah dari kesabaran ayah, Allah memberikan jalan keluar dan membukakan hati Pak latief untuk membantu ayah.

"Wahh Pak latief ternyata, masuk pak masuk. Nak kamu ke dapur gih, buatin minuman untuk kami berdua" Ujar ayah yang terlihat sangat senang dengan kedatangan Pak Latief.

"Oh iya ayah siap" Jawab El yang terkejut melihat Pak Latief yang datang kerumah nya.

"Silahkan duduk pak, anggap saja rumah sendiri" Ayah.

"Iya pak jadi tidak enak saya datang tiba-tiba kerumah tanpa sepengetahuan bapak" Pak latief.

"Tidak apa pak, malah senang saya pak melihat bapak datang kerumah. Ohiya bukannya bapak di luar kota ya, karena saya tadi kerumah tapi satpam bapak bilang kalau bapak lagi ada kerjaan di luar kota?" Ayah.

"Memang pak tapi saya pulang lebih cepat karena kerjaannya sudah rampung lebih cepat dari rencana yang kami susun. Terus tadi pas saya sampai dirumah, satpam saya langsung bicara ke saya kalau tadi bapak mau menemui saya dan sudah 4 kali datang kerumah selama 2 minggu ini, makanya saya langsung kerumah bapak dan merasa bersalah karena sangat susah untuk ditemui" Pak latief dengan santunnya ia bicara.

"Waduh itu sudah biasa pak lagian kan bapak memang lagi sibuk jadi saya tunggu saja sampai kerjaan bapak benar-benar selesai. Ohiya bener pak, saya sudah sekitar 4 kali kerumah bapak tapi bapaknya tidak ada dirumah dan waktu itu pernah juga ke kantor bapak berapa kali tapi bapak nya sedang tidak ada di kantor" Jawab ayah El.

"Iya pak makanya saya langsung menyempatkan waktu saya untuk bertemu bapak. Ngomong-ngomong ada perlu apa pak? Ada yang bisa saya bantu?" Pak latief.

"Ada pak, sebetulnya saya mau minta bantuan bapak karena saya ingin melamar di kantor bapak tapi saya lihat di kantor bapak tidak ada lowongan pekerjaan makanya saya mau bertemu dengan bapak langsung. Barangkali ada pekerjaan untuk saya meskipun saya tahu bahwa kantor bapak lagi tidak membutuhkan karyawan" Ujar ayah.

"Ohhh begitu, bukannya kamu sudah bekerja di kantor Pak Tambunan? Jawabnya.

"Sudah tidak lagi pak, saya diberhentikan tanpa sebab dari kantornya dan itu membuat saya sangat terpukul karena saya mempunyai anak dan istri yang harus saya nafkahi pak" Jawab ayah yang terlihat bersedih membicarakan masalah nya.

"Kasihan sekali kamu padahal yang saya dengar kantor Pak Tambunan itu sedang mengalami keuntungan yang lumayan. Saya turut prihatin pak. Jadi begini, kamu kan sudah ada pengalaman bekerja dan info yang pernah saya dengar dari rekan saya di kantor kalau pak Tambunan mempunyai karyawan yang berdedikasi tinggi yang bernama Adam El Qobri dan itu adalah kamu pak. Saya juga sudah lama ingin merekrut kamu ke kantor kami tapi berhubung kamu sudah kerja disana, jadi saya mencari karyawan yang lain saja dan tentu ini menjadi hal yang mudah bagi saya. Kamu pasti akan diterima di kantor saya. Kamu siapkan saja surat lamaran, nanti berikan kepada manajer HRD saya, nanti saya bilang ke dia untuk terima kamu di bagian staff saya" Ujar Pak Latief yang terlihat senang dengan kabar ayah yang ingin bekerja di kantornya.

"Alhamdulillah, terima kasih banyak pak. Nanti saya siapkan semua nya yang diperlukan, dan langsung menemui manajer HRD bapak. Terima kasih banyak sekali lagi pak, saya tidak tahu harus bicara apa lagi selain hanya mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya" Ucap Ayah sambil menyalami Pak Latief.

"Iya sama-sama pak"


Biarkan Jembatan Ini Menjadi SaksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang