Aku tak tahu bagaimana jadinya jika mereka semua tahu, melihat air mata mereka jatuh saja itu adalah hal menyakitkan, apalagi jika mereka mengetahui kebenaran ini. Pasti akan lebih sulit mereka bayangkan. Aku tak ingin ada air mata, yang ku mau adalah tawa mereka, yang kuinginkan adalah kebahagiaan mereka, cukup hanya itu yang membuatku tenang.
***
Masih sama dengan pagi-pagi sebelumnya, pagiku masih disambut dengan senyuman hangat sang mentari, masih dengan kejahilan Aldi yang membangunkanku dengan teriakan-teriakan khasnya, masih dengan senyuman hangat ibu, tangisan adik perempuan ku, dan yang pasti masih dengan wajah ayahku yang datar namun penuh dengan kasih sayangnya. Keluarga yang sederhana, namun aku menyayangi mereka. Ku harap senyuman itukan selalu dapatku lihat, Tuhan berikanlah kebahagiaan untuk mereka, hadirkanlah senyuman mereka disetiap bangun dan tidurku.
"Kak nanti anterin Aldi yuk!"
"Kemana?" tanyaku.
"Aldi pengen jalan-jalan." Jawabnya.
"Jalan-jalan kemana?"
"Kemana aja deh, pengen jalan-jalan aja." Jelasnya.
"Ok, nanti kakak ajak kamu ke suatu tempat, pasti kamu suka."
"Wah dimana kak?" Tanya Aldi semangat.
"Yee.. Rahasialah, nanti kamu juga tau. Tapi nanti sehabis pulang sekolah ya!"
"Siap kak. Makasih ya." Aldi menghampiri dan memelukku, entah saat itu aku merasa akan sangat merindukannya, ada hal yang bereda yang kurasakan, rasa akan kehilangan, mungkin lebih tepatnya aku yang akan meninggalkannya. Kuusap rambutnya yang hitam itu dengan penuh kasih sayang.
"Kakak sayang kamu dek." Aldi seketika menatapku, dengan senyuman manisnya ia berkata bahwa dia juga menyayangi ku.
"Sekali-kali akur kayak gitukan enak dilihatnya." Ujar ibuku yang memperhatikan kita berdua sedari tadi dimeja makanya, sementara Nadin, adik perempuan ku menghampiri kita berdua dan ikut memelukku.
"Kitakan selalu akur Bu." Ujar Aldi.
"Iya akur jailin kakak kamu." Ujar ibu yang mampu membuat aku dan Aldi tertawa mendengarnya.
"Abis seru kalau jailin kakak." Ujarnya sambil melepaskan pelukkannya. Dan seketika aku memukul bahunya menandakan aku tidak setuju dengan ucapannya barusan. Inikah yang kurasakan tadi, akankah kalian merindukan ini nanti.
***
Entah kanapa hari ini hatiku terasa gundah, seperti akan ada sesuatu yang terjadi. Apakah ini akhir dari semuanya, apakah tuhan akan segera memanggilku, entahlah aku tak tahu apa yang akan terjadi saat ini. Yang kutahu saat ini aku merasa akan kehilangan sesuatu, sesuatu yang sangat berharga, hati ini benar-benar takut, hati ini gundah. Tuhan Drama apalagi yang akan kau berikan terhadap ku, kepahitan apalagi yang akan ku terima saat ini. Haruskah ku merasakannya sekarang, tak bisakah kau tunda semuanya. Tuhan izinkanlah aku bahagia sekali saja, selepas itu Engkau bisa memanggilku dan kembali ketempatku berasal.
Seketika lamunan ku terhenti saat temanku menegurku. "Lo kenapa sih dari tadi ngelamun mulu? Nggak konsen banget sama pelajaran." Tanya Andi yang sedari tadi memperhatikan tanpa sepengetahuanku. Namun aku hanya menjawabnya dengan senyuman, aku bingung bagaiamana aku menjelaskan ini kepada Andi, benar dia sahabat ku, tempat ku meluapkan semua ceritaku, dialah sahabat yang mau menjadi pendengar setiaku, namun saat ini aku bingung, bagaimana aku menceritakan kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waktukan Menjawab {Terbit}
Fiksi RemajaKehidupan takkan mengalir dengan dengan tenang tanpa adanya sebuah cobaan dan halangan, seperti yang aku rasakan. Musibah kian detik menanti setiap langkahku, tak perduli dengan siapa, dimana bahkan disaat sedang berada di suatu tempat yang sangat p...