Flash back

607 23 0
                                    

Azani Pov

Bandung, 12 Juli 2015

Malam itu dikediamanku, aku sedang memikirkan seseorang. Aku heran dengan sikapku sendiri. Kenapa gitu aku bisa jutek sama teman lelaki. Kenapa sih?

Malahan mereka para temanku yang lelaki, suka manggil aku dengan sebutan ikan cupang. Plopokatornya Si Ivan sih. Padahal maksud aku cuma mau jaga jarak aja tapi mungkin kedengerannya suara aku kek ngebentak. Padahal nggak kok. Jadi nama panggilanku selain Azani, Zan, Bebo juga Cupang. Ya aku terima saja. Gak papalah. Walaupun kedengerannya agak gimana.

Tapi temen aku yang lelaki kalau manggil aku sembari ketawa kok. Bukan senyum ngejek. So, artinya cuma becanda. Dan hasilnya aku bisa lebih dekat dengan mereka apalagi Ivan sama Ridwan yang justru awalnya aku takut.

Gak tahu kenapa sama lelaki aku suka takut. Kalau diajak salaman karena terpaksa aku sentuh kulit jadinya telapak tangan aku gatal. Geli dan gatal, bukan seperti bentol tapi seperti ada sesuatu yang bergerak-gerak. Entah apa itu. Mungkin itu peringatan agar aku tidak bersalaman menyentuh kulit yang bukan mahramku.

Disanalah aku mulai menjaga jarak, mau duduk kalau disampingku ada lelaki, tatapan mata kalau sedang bicara, sikap takut kalau sedang bersama lelaki, bersalaman pun aku kasih jarak. Bukannya so 'alim. aku hanya ingin menutup satu pintu dosa.

Malahan ada seorang temanku yang ternyata anak yang suka ngebaur sama Al, Barudak Artis. Beraninya bilang didepan umum kalau aku terlalu fanatis. Aku akui mungkin aku terlalu berlebihan dalam menjaga jarak dengan lawan jenis.

Tapi kan fanatis bukan seperti itu. Fanatis kan suatu keyakinan atau pandangan yang tidak memiliki sandaran dan pijakan keyakinan tetapi dianut secara mendalam dan sulit diluruskan baik bersifat negatif atau positif.

Beda lagi dengan sikapku, sikapku terarah sebagaimana yang Allah perintahkan. Dan Islam adalah agamaku! Mereka salah menilaiku dan mereka suudzon terlebih dahulu.

"Yudi maaf jangan tatap aku seperti itu"

"Emang kenapa?"

"Ngak papa sih tapi aku kek takut gimana sih perasaan"
Kataku dengan mata tertuju pada novel yang baru aku pinjam kemarin siang di perpustakaan.

"Takut jatuh cinta?!"
Wajah Yudi semakin dekat dengan wajahku. Kurasakan sekarang hembusan nafasnya menyapu kedua pipiku.

"Yud.. Maaf"

Aku mendorong tubuhnya memaksa agar lebih berjarak.

"Lah kamu mah terlalu fanatis Zan. Anjing!!!"

Astagfirullahaladzim.. Astagfirullahaladzim..

Baru pertama kalinya ada teman yang menyebutku seperti itu. Maaf aku tidak biasa dipanggil atau ditambahkan nama yang tidak baik. Mama sama Bapakku aja nggak ngajarin apalagi manggil aku ditambah dengan kata najis itu.
Wajar jika aku mulai berkaca-kaca.

Ku akui memang aku terlihat jutek, obrolanku pedas, orang melihatku sebagai wanita pemberani, suka berontak bila mendapat perlakuan tak senonoh.

Tapi kata itu bagaikan pedang yang menghunus hatiku. Hatiku mudah tergores dengan kata-kata yang kotor dan tidak pantas diucapkan. Itulah kelemahan ku.

"Yudi!! Udah Yud, udah.. jangan disamber mulu. Dia cewek. Gak kasian apa. Kalian berdua tuh kayak anjing sama kucing. Berantem terus!! Taunya ntar malah saling suka loh"

 Tunggu Aku Dirumahmu Ukhti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang