Terselip Cinta di Bumi Perkemahan
Sinar mentari memeluk lembut tubuh ini, menghangatkanku dari dinginnya setetes embun pagi ini. Sebuah bus telah melaju membawaku menuju ke suatu tempat. Berhenti. Kini aku berada di sebuah taman bunga yang indah beratap langit cerah. Dari kejauhan terlihat seorang cowok berjalan ke arahku dengan senyumannya. Duak... aduh. Kepalaku terantuk kaca, menyadarkanku dari khayalan itu.
"Bumi Perkemahan Rama Shinta Prambanan" tertulis di sebuah papan besar yang kini menyambutku ketika turun dari bus. Ya, hari ini siswa-siswi SMP Negeri 2 khususnya kelas VII melaksanakan kemah sebagai kegiatan akhir tahun ekstrakulikuler pramuka. Kemah segera dimulai.
Hari pertama, waktu kami habiskan untuk mendirikan tenda, pengenalan lingkungan dan juga latihan upacara. Malam ini juga ada kegiatan komlap atau jelajah malam, kegiatan yang ditunggu-tunggu karena penuh tantangan. Tantangan pertama, membuat yel-yel untuk menentukan kelompok yang boleh jalan duluan. Sial, kelompokku dapat giliran paling akhir.
Jelajah malam telah selesai, itu artinya hari pertama telah terlewati. Aku duduk di depan tenda untuk beristihat sebentar sambil menikmati pemandangan megah yang kini tersuguh di depan mata. Ya, Candi Prambanan, candi peninggalan sejarah Hindu yang berdiri kokoh tak jauh dari area bumi perkemahan ini. Aku tersentak ketika tiba-tiba saja ada yang menghampiriku. Dia adalah Rafa anak kelas VII D teman sekelas sepupuku.
"Hay..." sapanya
"Ngapain kamu ke sini, ini kan area siswa cewek."
"Tadi lewat terus lihat kamu ya aku mampir, mau minta nomor hp kamu. "
"Udah sana balik, nanti bisa dimarahin pembina."
"Kamu kasih nomor hp kamu dulu aku baru balik."
Akhirnya terpaksa aku memberikan nomor hpku pada cowok itu dan dia segera kembali ke area perkemahan siswa cowok. Ketika dia sudah berlalu aku baru menyadari bahwa pulpenku dibawa dia. Sialnya aku hanya bawa satu pulpen dan padahal aku sekretaris, masak sekretaris gak punya pulpen.Hari kedua setelah kegiatan api unggun dan pentas seni dia kembali lagi ke tendaku.
"Ngapain ke sini lagi, oh iya mana pulpenku?" tanyaku
"Mau ngapelin kamu, hehe, ini pulpenmu." katanya seraya menyerahkan pulpenku dan juga selembar kertas.
"Aku balik dulu ya." katanya
"Iya, makasih ya"Selembar kertas itu masih kugenggam, segera aku buka setelah dia berlalu. "I LOVE YOU" kata yang tertulis di kertas itu. Aku tersenyum untuk diriku sendiri, kemudian kusimpan kertas itu di dalam tasku.
Hari ini adalah hari terakhir di bumi perkemahan, artinya kemah ini akan segera berakhir. Aku sudah berada dalam barisan cewek untuk mendengarkan arahan dari pembina mengenai kegiatan terakhir kami yaitu jelajah wisata. Kualihkan pandanganku, hingga mataku menemukan Rafa yang kini sedang tersenyum kepadaku. Malu, aku segera memalingkan wajahku, kemudian pura-pura menunduk agar dia tak melihat bibirku yang masih senyum-senyum gak jelas.
Setelah kegiatan jelajah wisata berakhir aku dan teman-temanku segera bongkar tenda dan juga bersih-bersih, karena siang ini kami akan kembali ke sekolah. Aku duduk beralas rumput untuk istirahat sejenak setelah lelah bongkar tenda dan juga bersih bersih. Teman-teman yang lain juga sudah selesai membereskan barang-barang mereka. Kini kami istirahat sembari menunggu upacara penutupan.
"Lana, ini dari Rafa buat kamu." kata seorang cewek sembari menyerahkan bentuk hati dari sebilah bambu.
"Buat aku?" tanyaku bingung
"Iya ini buat kamu" jawabnya
Tak segera kuterima, betuk hati dari sebilah bambu tadi ditaruhnya di atas tasku. Kulihat si pemberi, tersenyum memandang ke arahku.Suara peluit mengharuskan kami untuk segera berkumpul di lapangan untuk mengikuti upacara penutupan. Acara kemah ini kami tutup dengan doa dan penuh rasa syukur. Rasa senang, sedih dan juga lelah bercampur jadi satu. Kemah telah berakhir, kini bus telah membawaku kembali ke sekolah tercinta, membawa serta kenangan-kenangan dan juga rasa yang baru saja ada di hati. Membawa pulang cerita cinta yang baru saja tercipta di bumi perkemahan, meski tak seindah cerita cinta Rama dan Shinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Trip Human
Ficção AdolescenteKisah Seorang Remaja yang Bernama Virly Oktania Fitri, uni karya sendiri y telah saya karang kalimatnya agar terlihat lebih terharu. Cerita ini ada kaitan nya dengan diri saya sendiri tapi ada juga yang tidak berkaitan dengan kisah yang ada di kara...