Ini cerita remaja biasa. Tidak ada yang istimewa di dalamnya.
Mari baca cerita mereka, mungkin saja kautemukan dirimu dalam mereka. Atau kautemukan mereka dalam dirimu.
***
Sepasang mata bulat membelalak, bibir merona dengan sentuhan lembut pewarna merah muda menganga kecil tanpa diminta, lantas ia buru-buru menunduk takut. Gadis dengan rambut panjang yang sengaja diikat tak beraturan itu menahan napasnya ditengah kerumunan orang-orang berseragam putih abu-abu dengan logo yang sama dengannya. Mereka dengan sorot mata sinis sekaligus ingin tahu berhasil membuat gadis itu hendak menelan ludahnya berulang kali. Karenina merapikan anak rambut yang menggantung manja dan hampir menutupi mata indahnya, sepasang bola mata mematikan yang tengah menghunuskan tatapan perang di hadapan Karenina berhasil membuat nyalinya mengkeret.
"Punya mata?" Dingin, berhasil membekukan tangan Karenina yang dari tadi mengepal takut-takut.
"Maa.."
"Maaf?"
Karenina menggangguk polos. Laki-laki dengan tatapan mematikan itu terkekeh remeh dengan kedua tangan tersimpan dalam saku celananya. Karenina menunduk dalam-dalam, tidak berani menatap laki-laki di hadapannya yang sudah bisa dipastikan tengah berapi-api memperhatikannya.
"Kalo diajak ngomong tuh jawab!" Sambar suara berat melankolis itu lagi. Di susul dehem mengejek dari ketiga temannya yang asyik berdiri di belakang pemuda itu. Karenina tiba-tiba mengangguk, berhasil menambah kekesalan pemuda di hadapannya.
"Nama?"
Karenina masih diam.
"Nama?"
Gadis itu mengangkat wajahnya pelan, dengan mata bulat menyejukkan ia memberanikan diri menatap sepasang mata membara yang tengah menunggu jawabannya dengan segudang amarah. Karenina menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya mengembuskan pelan agar tak kentara. Lantas ia menatap penuh permohonan, seperti seorang sandera yang merengek meminta kebebasan.
"Ng.. Nina, Kak." Jawabnya, lembut dan penuh harapan. Semoga saja suaranya yang dibuat lembut dan sok manis itu dapat meluluhkan hati seorang kakak kelas yang tengah memarahinya lantaran tanpa sengaja gadis itu menabrak dan menumpahkan saus kacang ke seragam putih laki-laki sok dingin di hadapannya, tapi sepertinya laki-laki itu tidak berminat memaafkan Karenina. Karenina tahu ia salah, ia buru-buru sehingga berlari dengan tidak hati-hati. Karenina ingin membela diri...
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma Patah Hati
Short StoryCOVER BY @diflaa_ Kemarin aku lihat kau kian dekat, satu-satu pecahkan sekat, pelan-pelan mengikat. Berkali-kali berjanji untuk menetap di sisi. Tapi; tetap pergi. Wajahmu buram, ternyata kau hanya bayang, yang semakin kugenggam semakin hilang. Sema...