Kebanyakan orang di jalan ingin cepat sampai tujuan. Akibatnya mereka menomorduakan keselamatan. Menomortigakan kesabaran. Deru klakson bersahutan seperti berlomba cari pemenang. Tapi aku turun ke jalan hanya untuk mencarimu. Yang sudah bertahun-tahun tak pulang. Setiap hari aku memaki jalanan, mengapa ia begitu pelik menyembunyikanmu. Kebanyakan orang di jalan ingin cepat sampai tempat tinggal, tapi aku tidak ingin, aku ingin terus di jalan, sampai kau berjanji untuk pulang.
Tidak tahu sampai kapan. Mungkin sebentar, hanya sampai kau datang.
Kalau kau ingat, aku ini Arana, biasa kaupanggil Ana. Perempuan yang dulu kautinggalkan begitu saja hanya karena kau ingin berkelana. Padahal sudah kujelaskan berkali-kali, aku bisa kaubawa kemana saja. Aku bisa ikut denganmu. Tapi kau tetap tak percaya. Katamu aku hanya perempuan manja yang tak pantas hidup di jalanan, ditetesi hujan, atau disengat sinar matahari. Katamu begitu, selalu kaumaki aku, bahwa aku ini perempuan lemah yang tak boleh susah payah sampai lelah. Aku pikir itu hanya alasanmu saja, biar kau bisa menjaga aku. Tapi ternyata, itu isyarat darimu, bahwa kau sungguh-sungguh ingin pergi tanpa berencana membawaku.
"Kenapa mawar itu berduri, Dit?" tanyaku waktu masih bersamamu.
"Karena indah, Na."
"Ana nggak ngerti." padahal aku mengerti, hanya saja aku ingin lebih lama mendengar suaramu. Benar katamu, aku ini manja, disebelahmu saja aku rindu."Sesuatu yang indah selalu butuh perjuangan mendapatkannya, Na. Kalau mudah, apa bedanya dengan yang biasa-biasa saja?" jelasmu, sambil menggosok sepatu hitammu dengan kuas semir.
Aku manggut-manggut, "Kalau Ana?" tanyaku. Sesekali kaumelirik ke arahku, lalu menahan senyum. Dari dulu aku ingin bertanya, kenapa kau pelit sekali tersenyum, Dit? Padahal senyummu indah. Apa aku harus berjuang dulu untuk mendapatkan senyummu?
"Kalau kamu apanya?" tanyamu santai. Aku hanya mendengus.
"Kalau Ana indah atau enggak?"
"Tidak. Kamu gampang didapatkan."
Aku menunduk, memang mudah ya mendapatkan aku? Tidak butuh perjuangan apa-apa. Pun mudah bagimu meninggalkan aku seolah-olah ditinggalkan adalah hal biasa.
"Kamu tidak indah, tapi sangat indah. Mawar mudah sekali ditemukan meski memetiknya butuh perjuangan. Tapi kamu, kalau kamu hilang, tidak bisa ditemukan lagi, tidak ada kamu yang lain, Na."
Aku menoleh, kau yang sedang aku tatap waktu itu tetap sibuk pada sepatu, dan diam-diam aku tersenyum bangga, aku yang mudah didapatkan ini tetap saja tidak ada gantinya.
"Jadi?" suaramu mengagetkan lamunanku, Dit.
"Jadi apanya?" tanyaku pelan.
"Arana mau jadi mawar atau nggak?"
"Mau jadi Arana." jawabku riang. Berhasil mencetak senyum di bibirmu meski langsung tersapu waktu.Itu dulu, sebelum kauhilang. Sebelum aku malang. Sebelum kaumenjauh. Sebelum aku rindu. Sebelum cerita kita jadi abu, sebelum kenangan kita jadu debu, sebelum dipermainkan waktu. Sebelum kau pergi, sebelum aku perih.
Sebelum hari ini.
"Adit lagi apa?" tanyaku, lain hari. Waktu itu kita jauh, aku menanyakan keadaanmu lewat perantara aplikasi chatting pada zamannya. Ponselku bergetar, ada namamu tertera di sana.
"Santai aja, kamu ngapain?" aku tertawa kecil, padahal kau sedang tidak melucu.
"Nonton tv."
"Nonton apa?"
"Acara salah sambung, lucu deh Dit kalau Adit yang dikerjain di acara itu."Ponselku bergetar lagi belum sampai satu menit, "Kok bisa aku?" tanyamu waktu itu. Aku yakin saat itu keningmu sedang berkerut karena heran.
"Karena Ana lagi liat acara ini." jawabku. Aku tidak punya alasan, tiba-tiba saja memikirkanmu.
"Lalu mikirin aku?" jawabmu. Aku tertawa, benar, kau jago sekali menebak isi pikiranku.
"Iya, ha ha."Lalu tidak kaubalas lagi. Obrolan kita berakhir. Mungkin waktu itu kau sibuk, jadi aku hanya bisa menunggumu. Saat ini aku sedang di jalanan. Di rumah kardus bawah jembatan, di pinggiran toko kalau malam, di bawah pohon kalau sore, nongkrong di warung kopi kalau ada pertandingan bola. Di mana saja, asal bisa menemukanmu. Di tempat-tempat yang pernah kautunjukkan padaku sebagai tempat yang paling kausukai. Aku datang ke sana setiap hari, berharap dapat menangkap kilatan cahaya menghangatkan dari bola matamu. Akan aku jaga baik-baik, dan tak mengizinkanmu pergi lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma Patah Hati
Cerita PendekCOVER BY @diflaa_ Kemarin aku lihat kau kian dekat, satu-satu pecahkan sekat, pelan-pelan mengikat. Berkali-kali berjanji untuk menetap di sisi. Tapi; tetap pergi. Wajahmu buram, ternyata kau hanya bayang, yang semakin kugenggam semakin hilang. Sema...