Kau terlambat beberapa hari.
Terhitung dari hari ini, aku memutuskan berhenti.
Tidak ada upacara pelepasanmu, sebab kau datang tanpa salam, juga pergi tanpa pamit.
Apa harus kubuatkan pesta di halaman rumahku, sebagai bentuk salam perpisahanmu? Agar nanti jika air mataku tumpah, percikan kembang api menutupinya.
Atau kugelar karpet merah di sepanjang rumahku, mengantarkan langkahmu yang menjauh? Agar nanti jika kau benar tak ada, aku tak perlu susah payah menghapus jejakmu.
Kau mau segelas susu? Atau kopi tanpa gula? Atau teh manis buatan bunda? Terserah apa saja. Agar nanti kalau kau tak datang, masih bisa kusesap cangkirmu yang pasi. Dan meredakan luka sendiri, semoga kau tak kembali.
Tapi tidak perlu, kau pasti tahu. Sebab yang tanpa permisi selalu saja meninggalkan perih. Yang tanpa aba-aba selalu membekaskan luka. Aku, tengah merintih dan memerah.
Kau terlambat beberapa hari dari hari ini, dari hari di mana aku sudah ikhlas kau pergi. Hari di mana doa tak putus di nadi. Hari di mana namamu cukup kupanggil dalam hati.
Kau terlambat beberapa hari untuk bilang; Mau mengulang sebuah kisah?
Sebab aku sudah berhenti beberapa hari sebelum kau ingin aku kembali.
Kau terlambat, hatiku sudah sekarat
Kau terlambat, sekarang sudah tak sadar diri ditinggal pergi.
Kau terlambat beberapa hari sesudah berpulang rasaku dan dikubur dalam peti, untuk mencintaimu lagi aku sudah mati.
Kau terlambat.
Banyuwangi, 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma Patah Hati
ContoCOVER BY @diflaa_ Kemarin aku lihat kau kian dekat, satu-satu pecahkan sekat, pelan-pelan mengikat. Berkali-kali berjanji untuk menetap di sisi. Tapi; tetap pergi. Wajahmu buram, ternyata kau hanya bayang, yang semakin kugenggam semakin hilang. Sema...