Setelah Pergimu II

216 21 7
                                    

Aku kedinginan duduk di antara pilar-pilar tua
Menatapku yang gelap dalam pantulan keruh sisa hujan
Aku di sana tanpa sepenggal senyuman
Menanti debar yang hilang sejak setahun terakhir
Aku sendirian, tak tahu apa-apa, bertanya dalam hati; mengapa deretan gigi-gigi diciptakan?
Jika selalu sembunyi dalam kurungan air mata yang jatuh.

Hujanku kemarin dan hari ini masih deras
Membanjiri permukaan kulit pipi yang ringkih
Tanpa siapa-siapa, tak tahu harus bertanya apa
Sebab tak kutemukan jawaban, dari pertanyaan-pertanyaan yang riuh dalam kepala
Dimana datangnya tawa, dimana kusembunyikan riang suaranya?

Bertanya diri sendiri; untuk apa deretan kata-kata ini ada?
Jika tak bisa memberhentikan langkah juga kau yang semena-mena
Jika tak bisa menahan agar jangan datang pagi, aku tak bisa percaya kau pergi
Jika tak bisa membungkam lesu dan jenuh, lalu kau hilang dari sisi
Untuk apa aku berkata-kata, jika bising pada telingamu menutupi suaraku yang lirih menyatu bersama sepi?

Pertanyaan-pertanyaan, harapan-harapan, kesakitan dan teriakan menyerah
Semuanya lebur jadi satu, dalam kata yang tanpamu...

—pemeluksepi


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Enigma Patah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang