Namanya Viela. Bawel, tukang rusuh, suka bikin kesel, tapi biasa saja. Wajahnya masih seperti dulu, bulat, hidung mancung, kedua lesung lucu masih setia di pipinya. Hanya saja, wajahnya lebih dewasa dari yang dulu, sorot matanya menajam tak kala kami bertatap muka.
Di hari ulang tahunnya, Viela mengalami masa-masa buruk. Acara 'Sweet seventeen' yang katanya paling membekas mungkin tidak akan dilupakan oleh wanita cantik itu. Siapa penyebabnya? Tentu saja aku.
Di saat orang bahagia karena kado ulang tahun, aku hanya memberinya kata-kata yang tak berguna. Lebih tepatnya, aku hanya memberi ucapan 'Happy Birthday' dengan tulisan sederhana, sebagai bukti kalau aku mencintainya.Tiga tahun lalu....
07 januari 2014
"Apa itu?" tanya Viela tanpa ekspresi memandang tulisan yang kubuat selama kurang lebih 2 jam. Aku menunjukan hasil itu tepat di depan mereka semua, tulisan yang semula hanya berupa goresan kecil dari kuas berukuran sedang, dicampur berbagai warna hingga menjadi tulisan.
"Maaf, aku gak punya apa-apa selain ini .... " Teman-temanku menatap heran. Ada yang prihatin, ada juga yang sekedar berdehem. Apa aku salah? Itu tidak mungkin! Aku cuma membuat tulisan itu dengan sepenuh hati. Walau hasil akhirnya tidak begitu memuaskan.
"Uangku habis buat beli kebutuhan makan kami," terangku jujur.
Benar, tiga hari lalu ayah dan ibu kekurangan biaya, karena aku punya sedikit tabungan yang kudapat dari bekerja paruh waktu di bengkel Al-Hadi. Walau ayah berkerja, pasti ada saat di mana kami mengalami masa-masa krisis setiap bulan. Setidaknya aku punya sedikit simpanan demi kebutuhan keluarga yang semakin melonjak.
"Sudahlah, lebih baik aku pulang!" Ia menghentakan kaki.
"Tunggu dulu, Vi," teriakku, "ini bagaimana?"
"Pergilah, jangan ganggu hidupku lagi!"
Tanganku semula terangkat, ingin meraih bahunya. Tapi, itu tidak terjadi. Punggung kecilnya menjauh sedikit demi sedikit, meninggalkan aku dengan sejuta tanda tanya. Satu per satu mereka juga hilang. Seperti tertelan ombak.
Siang hari yang terik, dan cahaya matahari menggores kulit. Di sinilah aku berdiri, bersama kenangan yang tak akan aku lupa. Maaf sebelumnya Viela, hanya itu yang aku punya.
***
21 Februari 2017
Alunan melodi sendu mengiringi kita malam ini, tak ada yang bisa aku ucapkan selain rindu yang mulai menggerogoti setiap helaan napas. Kamu menatapku, mencari jawaban pasti kenapa aku mengundangmu ke sini.
"Ada apa, Kris? Kenapa kamu bawa aku ke padang rumput seperti ini?" Tidak kujawab itu. Tanganku pelan mengambil secarik kertas yang ada di saku celana. Tanpa suara, hanya angin malam yang tersenyum kepada kita berdua.
"Kuberikan itu, untukmu. Bacalah nanti ...."
Sebelum pergi, aku memberi beberapa kenangan berupa buku kecil bersampul biru dengan gambar bunga Sakura. Gambar itu aku dapat asli dari Jepang, di tengahnya ada tulisan 'Viela' yang mendominasi warna jingga. Terbesit ingatan tentang dirimu, semuanya. Kini kau punya yang lebih baik, dan pria itu adalah orang yang kuanggap sahabat. Terima kasih untuk segalanya.
Kakiku mengalun pelan melewatinya. Ada saat di mana aku tidak bisa memilikimu. Benar, 'kan ... Viela?
***
Dear VielaSeorang lelaki punya cara sendiri untuk menyampaikan isi hatinya. Tolong biarkan pemuda sepertiku menyimpan rindu ini. Sedikit saja. Tuhan pasti tahu kalau aku sangat menyayangimu ....
Untukmu ... Viela.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sad Story
NouvellesKumpulan-kumpulan cerita sedih yang kutulis sendiri. Sebagian ada yang Kolab. Karena menulis aku bisa mengeluarkan semua yang ada di benakku. Karena menulis aku bisa menemukan jati diri. Karena menulis aku bisa bertemu dengan "Ia" "Menulislah dengan...