Chapter 7

65 10 0
                                    

AUTHOR POV

Di kedai sederhana terlihat seorang gadis yang sedang membungkuk beberapa kali guna meminta maaf pada salah-satu pelanggannya. Ia sempat salah mengantarkan pesanan sang pelanggan.

Semenjak Jungkook menciumnya beberapa menit lalu, pikirannya menjadi blank. Ia beberapa kali mendapat teguran dari pelanggannya.

Berbeda dengan Hana, Jungkook terlihat biasa saja. Ia melayani pelanggan dengan benar. Sebenarnya, pikiran Jungkook tak berbeda jauh dengan Hana. Hanya saja, ia dapat mengendalikannya. Itulah kehebatan seorang pria.

Hana berjalan dengan murung, wajahnya ia tundukkan. Ia baru menegakkan kepala saat Jungkook menepuk pundaknya.

Seketika wajahnya menjadi merah saat ia mengingat kejadian beberapa menit lalu. Ia sangat malu. Apalagi saat perkataan Jungkook melintas dalam pikirannya.

"Kau kenapa? Kau sakit?" Tanya Jungkook hati-hati. Hana menggeleng cepat.

Dahi Jungkook mengerut. "Lalu, kenapa kau terlihat sangat lemas?"

Itu karena ulahmu. Hana berteriak dalam hati.

"gwaenchanha." lagi-lagi Hana menggeleng. Setelah mengatakan itu, Hana melangkah pergi dari hadapan Jungkook. Ia takut detupan jantungnya akan terdengar jika ia berlama-lama disana.

Jungkook menatap Hana heran. Ia belum menyadari semua itu adalah ulahnya. Tak mau berlama-lama, Jungkook segera menghampiri pelanggan yang memanggilnya.

Sedangkan Hana, ia menyenderkan tubuhnya pada bilik pintu toilet. Ia memegang dada kirinya yang berdetup kencang. Ia menghirup nafas panjang lalu mengeluarkannya perlahan. Ia lakukan berulang kali.

Dirasa membaik, ia membuka pintu bilik toilet lalu mulai melangkah keluar. Baru selangkah ia ambil, ia sudah mendengar suara Jungkook yang memanggilnya.

Dengan kecepatan kilat, ia berbalik memasuki bilik toilet kembali. Kali ini ia mengunci pintunya. Hana menyenderkan tubuhnya kembali pada balik pintu. Hanya dengan mendengar suaranya saja, wajahnya sudah memerah dan detupan jantungnya kembali terdengar tak karuan. Ia sangat malu. Bagaimana jika ia harus berhadapan dengan Jungkook? Bisa pingsan ditempat.

Jungkook yang semula ingin menghampiri Hana ia urungkan saat melihat Hana kembali pada bilik toilet. Ia mengeryitkan pandangannya melihat Hana begitu buru-buru. Jungkook mengendikan bahunya lalu memilih menunggu Hana di samping toilet.

Jungkook dapat mendengar suara pintu terbuka. Seketika ia menegakkan tubuhnya. Pandangan mereka bertemu. Hana menegang ditempat. Ia tak menyangka akan disambut oleh wajah Jungkook yang sangat dekat.

Tubuh Hana benar-benar tidak bisa digerakkan. Tubuhnya kaku seperti es batu. Wajahnya merah seperti kepiting rebus. Secara tidak sadar, ia sudah menahan nafasnya. Merasakan nafas Jungkook yang menerpa wajahnya, darah Hana berdesir hingga ubun.

Hana mengerjapkan matanya beberapa kali saat Jungkook melambaikan tangannya didepan wajah Hana. "Hey, kau kenapa?" Tanyanya.

"Aniya, gwaenchanha." Jungkook menatapnya heran. "K-kenapa kau menungguku?" Lanjutnya bertanya dengan terbata-bata.

Pertanyaan itu berhasil membuat perhatian Jungkook teralihkan. "Begini, tadi ada paket untukmu. Paketnya aku letakkan dimeja." Kegugupan yang sempat melanda Hana, berangsur menghilang seiring dengan kesadarannya yang kembali. Paket? Siapa yang mengiriminya paket? Seingatnya, ia tak membeli sesuatu secara online.

Setelah mengatakan itu, Jungkook mengacak surai Hana pelan lalu pergi meninggalkannya dengan tanda tanya besar.

Hana segera melangkah menuju meja dimana ia dapat melihat kotak dengan ukuran sedang yang dibungkus oleh kertas coklat. Ia melihat sekotak itu lalu mulai membuka pembungkusnya.

When You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang