Chapter 10

77 9 4
                                    

Seorang pria tengah mengetikan beberapa kalimat yang berada di selembar kertas di hadapannya. Jari tangannya terus menari di atas keyboard. Beberapa kali ia meregangkan tangannya yang dirasa pegal.

Kegiatannya terhenti saat seseorang memanggilnya. "Taehyung-ah, bisa kau berikan ini pada Sajangnim?" Teman sebelahnya memberikan setumpuk berkas padanya.

Taehyung melirik berkas tersebut lalu menatap lawan bicaranya. "Aku tak bisa. Kau lihat tugasku." Taehyung menunjuk laptopnya yang dipenuhi dengan huruf-huruf.

"Ayolah, Taehyung-ah. Bantu temanmu ini." Seungkyu memohon dengan mimik wajah memelas.

Taehyung menghela nafas. "Baiklah." Ia bangkit dari duduknya dan mengambil berkas yang tadi diberikan Seungkyu. "Kau harus mentraktirku setelah ini." Ucapnya sebelum melangkah pergi.

Taehyung menghirup nafas panjang sebelum mengetuk pintu kaca buram yang berada di hadapannya. Butuh keberanian lebih untuk menghadap Jungkook, saat ini.

"Permisi, Sajangnim." Sapa Taehyung ramah pada Jungkook yang sedang mengetik sesuatu di laptopnya.

"Ya, duduklah, Taehyung. Ada apa kau kemari?"

Sungguh, Jungkook tak menyukai suasana canggung yang menyelimuti mereka. Tidak seperti biasanya. Mereka adalah teman dekat, bukan? Kenapa suasana diantara mereka menjadi seperti tak mengenal.

"Aku kemari hanya ingin menyerahkan ini." Taehyung menaruh berkas yang tadi ia terima pada meja kerja Jungkook.

Jungkook melihat berkas tersebut lalu beralih menatap Taehyung. "Apa itu?"

"Itu berkas milik Seungkyu." Ucapnya singkat. Ia tak mau berlama-lama di sini. Masih banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan.

Tubuh Taehyung berhenti bergerak saat suara Jungkook memanggilnya. "Taehyung." Terpaksa, ia membalikan badannya kembali menghadap Jungkook yang tengah memainkan pulpennya.

Sebelah alis Taehyung terangkat. "Ada apa, Sajangnim." Ia masih betah berdiri di tempatnya tanpa ada niat untuk duduk di hadapan Jungkook.

"Jangan terlalu formal, Taehyung. Kau tak seperti biasanya. Ada apa denganmu?" Tanyanya langsung. Ia berdiri dan duduk menyandar pada meja kerjanya.

"Tak ada, Sajangnim." Masih dengan wajah yang datar, Taehyung melanjutkan, "Jika tak ada yang ditanyakan lagi, aku akan keluar sekarang."

"Ayolah, Taehyung. Apakah semua ini karena Hana?" Mendengar nama Hana disebut, tubuh Taehyung membeku. "Dengar, anggap saja aku mencintainya. Apakah kau keberatan?" 

Tangan Taehyung mengepal kuat. Rahangnya mengeras. Ia sungguh tak menyukai fakta bahwa Jungkook mencintai gadis yang ia cintai. Setelah sekian detik, Taehyung berbalik dengan wajah yang menyeramkan. Jungkook tak pernah melihat wajah Taehyung yang seperti ini.

"Hana hanya milikku. Kau tak boleh menyentuhnya ataupun memilikinya." Ujarnya tegas.

Jungkook tersenyum remeh. "Bagaimana jika aku sudah melamar Hana? Apakah ia masih milikmu?" Jawabnya kalem. "Dengar Taehyung, kau harus bisa merelakan sesuatu yang tidak mungkin kau dapatkan."

"Brengsek!" Bersamaan dengan itu, satu pukulan sudah mendarat pada pipi Jungkook. Cukup keras, bahkan terdapat darah pada sudut bibir Jungkook. "Jika kau berani melakukan itu, aku tak akan memaafkanmu."

Jungkook terkekeh pelan. Ia bangkit dan kembali duduk pada kursinya. "Terserah, Jika kau tak mau memaafkanku. Tapi, kau harus cepat menyelesaikan masalahmu dengan Hana sebelum rasa bersalahmu dan rasa takut Hana tak semakin besar."

When You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang