Chapter 8 [NC]

131 11 14
                                    

Malam ini langit sangat cerah. Bintang bertabur menghiasi langit. Bulan bersinar menerangi bumi. Namun, tidak bagi seseorang yang tengah menghujani diri dengan air. Ia memejamkan mata merasakan setiap tetes yang menyapa permukaan kulitnya. Ia mengeraskan rahangnya serta tangannya mengepal kuat hingga urat tangannya terlihat.

Taehyung mematikan keran air saat dirasa tubuhnya merasa menggigil. Ia melilit pinggangnya dengan handuk. Sebelum memutar knop pintu, ia menghela nafas pendek. Sudah dua hari ia melakukan hal ini. Hal yang tidak pernah dilakukannya selama mengijakan kaki di bumi ini.

Mandi di malam hari. Bahkan, jarum jam mengarah pada angka 12.

Ia mendudukan tubuhnya di atas ranjang. Masih memakai handuk di pinggangnya. Taehyung mengacak rambutnya kasar. Semenjak ia bertemu dengan Hana, ia mengalami mimpi buruk. Mimpi tentang masa lalu yang sangat ia benci.

Taehyung menghempaskan tubuhnya begitu saja pada ranjang. Mencoba memejamkan mata guna mengusir pikiran itu.

Beberapa menit kemudian terdengar suara dengkuran halus dari mulut Taehyung. Ia tertidur dalam keadaan telanjang dengan pikiran yang menghantui.

Malam ini akan menjadi malam terburuk bagi Taehyung, lagi.

. . .

Gadis dengan rambut yang tergerai hingga pinggang tengah membereskan rumahnya. Salahkan pada Jungkook yang datang 10 menit yang lalu. Ini baru 10 menit, bagaimana jika Jungkook berada di rumahnya seharian. Sepertinya Hana akan membeli rumah baru.

"Jungkook! Berhenti mengeluarkan semua mainan Jaesoo." Jungkook tak menghiraukanku. Ia lebih memilih mengeluarkan mainan dan bermain dengan Jaesoo.

Semua penjuru rumah Hana sudah dipenuhi oleh mainan Jaesoo yang berserakan. Sesekali ia mencoba memasukan mainan Jaesoo ke dalam keranjang, namun dengan mudah, Jungkook mengeluarkannya kembali. Jaesoo pun saat ini tidak membantunya, melainkan membantu Jungkook.

Hana menghempaskan tubuhnya di atas sofa putih yang berada dibelakangnya. Ia sudah mendapatkan olahraga paginya. Keringat mengucur lewat pelipisnya. Nafasnya terengah. Hana memejamkan matanya guna mengistirahatkan tubuhnya yang lelah.

Hana yakin tadi hanya ada dirinya yang berada di atas sofa. Namun, saat ini ia dapat merasakan sofa yang tengah didudukinya bertambah berat, bahkan ia dapat merasakan sofanya bergeser.

Hana enggan membuka matanya. Ia sudah tahu bahwa yang berada di sampingnya merupakan Jungkook. Tidak mungkin hantu atau Jaesoo.

"Kau kenapa?" Tanya seorang pria yang berada di sampingnya.

Dengan berat hati, Hana membuka matanya dan beralih menatap pada Jungkook yang menyilakan kakinya di atas sofa.

"Berhentilah mengeluarkan mainan Jaesoo. Aku lelah membereskannya." Ucapnya putus asa. Matanya ia pejamkan kembali.

"Siapa yang menyuruhmu membereskannya? Tidak ada. Lagi pula nanti pun aku akan membereskannya."

"Ya ya ya. Terserah kau saja." Hana mengibaskan tangannya ke arah Jungkook. Ia tak peduli lagi jika Jungkook akan menghancurkan rumahnya.

"Lebih baik kau ikut bermain bersama kami." Hana menggeleng. Ia lebih memilih beranjak lalu melangkahkan kakinya masuk menuju kamar. Meninggalkan Jungkook dengan kerutan di dahinya.

When You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang