Chapter 9

94 10 3
                                    

Terik mentari menyilaukan seorang gadis cantik yang tengah tertidur pulas. Ia menggeliat kesana-kemari dengan mata yang masih tertutup. Tubuhnya merasa dingin, bahkan selimut yang ia kenakan terasa dengan permukaan kulitnya.

Tunggu. Permukaan kulitnya? Matanya langsung terbuka dengan cepat. Benar saja, tubuhnya tidak terbungkus apapun. Ingatannya langsung tertuju pada kejadian itu. Kejadian 3 tahun lalu yang sangat tidak ia inginkan.

Air matanya jatuh begitu saja dengan perlahan. Sekali lagi ia telah memberikan sesuatu hal yang seharusnya tidak ia berikan pada sembarang pria. Tangisnya menjadi lebih keras, bahkan isakannya dapat membangunkan pria yang berada di sampingnya.

"Kau kenapa, Hana? Kenapa kau menangis?" Tak ada jawaban apapun dari yang ditanya.

Jungkook menghela nafas. "Maafkan aku, Hana. Aku tak dapat menahannya." Ucap Jungkook sedih. Hana masih menangis di hadapan Jungkook. Menulikan telinganya.

Jungkook menarik tubuh polos itu ke dalam pelukannya. Membiarkan semua air mata yang keluar, jatuh pada kulit Jungkook. Mengabaikan gairah yang kembali memuncak saat tubuhnya bertemu dengan tubuh Hana.

Tangan Jungkook mengelus pundak Hana pelan. Begitu pun dengan Hana, ia membalas pelukan Jungkook. Hangat. Sangat.

Tak berselang lama, Jungkook melepaskan pelukan mereka perlahan. Ia menatap ke dalam mata Hana. Begitu menyimpan kesedihan di dalamnya. Senyumnya mengembang, tangannya ia ulurkan guna menghapus sisa air mata yang keluar.

Jungkook memegang pundak Hana. "Dengar, Hana. Aku minta maaf telah berbuat ini. Tapi sungguh, aku tak bisa menahannya," Jungkook menggigit bibir bawahnya. "Aku berjanji akan bertanggung jawab."

Kepala Hana langsung menegak. Kedua alisnya menyatu. "Apa maksudmu?"

"Aku mencintaimu entah sejak kapan, debaran di sini semakin mengencang." Jungkook menunjukan dada kirinya. "Awalnya aku akan melamarmu dengan cara yang berbeda, tidak berakhir dengan ini. Namun, semalam aku tak bisa menahannya."

Hana tercengang dengan penuturannya. Jungkook mencintainya? Sejak kapan? Tolong jangan membuat Hana tertawa. Mana mungkin seorang Jeon Jungkook dapat mencintai gadis yang memiliki anak sepertinya. Konyol.

"Maafkan aku." Hana kembali menatap Jungkook yang menundukan kepalanya. Tidak. Jungkook tak sepenuhnya salah.

"Tidak. Kau tak usah minta maaf."

Sebenarnya, Hana pun merasakan sesuatu yang dirasakan Jungkook. Ia tak ingin menjadi gadis munafik. Namun, ia ragu untuk itu. Ia takut Jungkook tak menerima kekurangannya.

Jungkook meraih tangan Hana lalu menggenggamnya erat. "Dengar, Hana. Aku sungguh mencintaimu, aku tak bisa menahannya lagi." Jungkook mengambil nafas panjang sebelum melanjutkan. "Jadi, maukah kau menikah denganku? Tuk menjadi orang pertama yang kulihat saat bangun tidur, dan menjadi orang terakhir yang kulihat sebelum tidur."

Sekali lagi Hana dibuat melongo. Pipinya merona, sangat tergambar jelas. Itu adalah kata-kata termanis yang pernah ia dengar--menurutnya. Dan itupun menjadi lamaran pertama yang keluar dari mulut seorang pria untuknya.

Air matanya kembali meluncur keluar. Bukan. Hana tidak sedih, hanya saja ia terharu. "J-jungkook." Ucapnya lirih.

"Jangan menangis. Aku tak suka melihatmu menangis." Jungkook dengan telaten menghapus air mata Hana dengan ibu jarinya. Namun, air mata masih terus berjatuhan.

Jungkook menangkup wajah Hana lalu mulai mendekatkan wajah mereka. Mata mereka terpejam. Merasakan setiap rasa manis yang dirasa. Membiarkan bibir dan lidah mereka yang bermain di sana.

When You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang