[FOLLOW SEBELUM BACA]
Mistery-Action-Teenfict
.
Kabar kematian seorang murid di sekolah mulai tersebar luas. Tiada satu pun yang melihat kejadian itu, dan tak ada yang mengakuinya. Perlahan tapi pasti, kejadian-kejadian buruk datang mengusik ketena...
Jangan jadi silent readers ya. Spam komen+vote buat tinggalin jejak! Krisar/ada typo kasi tau. Oke sama-sama^^
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lelaki yang lebih tinggi dua puluh senti darinya hanya menatap Raisha sekilas dengan datar dan sinis, kemudian berlalu begitu saja tanpa meninggalkan sepatah kata.
"Aneh," celetuk Raisha.
"Heh," peringat Mika sambil memelototi teman dekatnya. "Jaga omongan, Sha!"
Untung saja, lelaki itu tidak mendengar celetukan Raisha. Karena kalau iya, bisa saja terjadi keributan yang dapat mengundang perhatian banyak orang.
"Tapi 'kan--"
Perkataannya terpotong karena kini giliran Mika yang menarik lengan Raisha, dan segera membawanya menuju gedung C.
Begitu sampai, Mika melepas genggaman tangannya pada lengan Raisha. "Gue denger sebuah rumor."
Raisha yang bete hanya memasang wajah datar dan jengkelnya. "Ohh."
"Serius! Denger-denger, di sini ada cowok incaran para cewek. Dan kalo nggak salah, dia kakak kelas kita."
"Ohh."
Mika menjadi tidak bersemangat. "Kenapa sih? Masalah yang tadi? Udah, nggak usah dipikirin terus."
"Ih, nggak tahu, mood gue anjlok banget hari ini! Udah kejadian di kantin tadi, ditambah nabrak kakak kelas sint--"
Tiba-tiba matanya melihat seorang guru berjalan melewati keduanya, membuat Raisha menghentikan perkataannya. Raisha pun mengangguk sambil tersenyum. "Bu."
Ibu guru itu menghentikan langkah. Menatap kedua muridnya di depan dari atas sampai bawah. "Kalian murid angkatan baru, ya?"
Mika mengangguk cepat. "Iya, Bu."
"Pantes Ibu ngerasa kayak baru lihat kalian. Semoga betah, ya." Ibu guru itu kemudian menyunggingkan senyuman, lalu beranjak pergi.
Raisha langsung mendekat. "Lo ngerasa aneh nggak?"
Mika menyipitkan kedua netranya. "Maksudnya? Aneh kenapa?"
"Gue ngerasa ...."
Mika menaikkan kedua alis menunggu kelanjutan perkataan Raisha.
"Cie, nungguin ya?" ujar Raisha usil.
"Hih, suwek lo!"
Raisha terbahak-bahak. "Eits, sabar-sabar."
Mika memutar kedua bola mata malas. "Jadi ngomong nggak? Kalo nggak mending langsung ke kamar. Mau beres-beres nihh!"
Raisha kembali mendekat, membuat suasana horor bangkit di sekitar keduanya yang terbilang sepi. "Gue rasa ...."