Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bae kau kenapa?" dengan penuh keberanian Tannie bertanya.
"Aku tidak apa-apa." Baejin segera melepaskan dekapannya, dan tidak lupa untuk menyekat air mata yang sempat ia keluarkan tadi.
Iya benar, Baejin menangis. Tapi kenapa?
Setelah itu dia berjongkok melepaskan sepatu beserta dengan kaus kaki Tannie. Baejin tak lupa untuk membuka sepatu nya juga.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Tannie, kajja!" Baejin menarik pelan tangan Tannie dan melemparkan semua sepatu mereka kesebarang arah.
Tannie sedikit terkejut ketika kaki nya menginjak air pantai, perasaan bahagia yang begitu menyelimuti nya bersamaan dengan perasaan bingung akibat Baejin.
Jika boleh jujur hal yang paling disukai Tannie adalah pantai. Tak lama Tannie mulai menendang-nendang air itu dengan penuh semangat, bahkan Baejin harus menghindar tanpa melepas tautan tangan mereka.
"Chakamanyo."
"Mwo?" mau tidak mau Tannie pun menghentikan kegiatannya yang seperti anak kecil.
Baejin mendekat kearah Tannie, memeluk yeoja itu sekilas, dan setelah itu ia melepaskan pelukannya.
"Sangat cocok denganmu." ia memegang kalung yang beberapa detik tadi terlingkar pada leher Tannie, dan tangan yeoja itu ikut memegang kalung yang menjadi miliknya sekarang.
"Gomawo." tatapan yeoja itu selalu sama, searah dan tetap. Beda dengan Baejin yang menatapnya teduh dan penuh arti.
"Tannie ayo kita kesana!" ajak Baejin ketempat dimana ada batu karang yang langsung menghadap ke laut lepas.
"Kau duduk disini, aku akan memotretmu." Baejin mendudukkan Tannie tepat dibebatuan itu.
Dia berdiri lama di depan Tannie menatap yeoja itu sendu, yang ditatap sama sekali tidak tau apa-apa.
"Pakai kaca mata ini." ia memakaikan Tannie dengan kaca mata berlensa hitam, hingga membuat Tannie tidak terlihat bahwa ia buta.
