8

191 9 0
                                    


Yuka terbangun di tengah malam. Matanya melihat ke samping. Toru tidak ada di sampingnya. Kemana Toru?

Yuka berjalan ke dapur, mengambil segelas air putih dan meminumnya.

Terdengar suara alunan nada indah. Yuka mencari asal suara itu.

Toru duduk di teras samping rumah. Memainkan sebuah harmonika.

Yuka sering melihat Toru bermain gitar ketika dia sedang di rumah. Tapi baru kali ini ia melihat Toru bermain harmonika.

"Toru-san?"

Toru menoleh, "Apa aku membangunkanmu?"

Yuka menggeleng. "Kenapa di sini?"

"Sedang tidak bisa tidur." Ucapnya singkat.

Yuka mendekat, duduk di sebelah Toru. "Kau pandai bermain harmonika. Lagu yang kau mainkan terdengar sedih?"

Toru menatap Yuka. Ia ingin bercerita tentang Hana. Tapi kata-katanya tertahan di bibir.

"Toru-san?" Yuka mengibaskan tangannya di depan wajah Toru. "Jika ada yang ingin Toru-san sampaikan, katakan saja. Ada yang ingin kamu sampaikan padaku?"

"Ada sesuatu yang ingin kau dengar?" Toru balik bertanya.

Yuka diam memandang Toru.

Toru berdeham. "Sebaiknya kita masuk. Di sini dingin." Toru berdiri dari duduknya.

Yuka mengedikan bahunya. Tidak mengerti dengan sikap aneh Toru. Sebenarnya tadi Yuka sempat mendengar sebuah nama yang Toru sebut. "Hana", Toru mengucap nama itu penuh perasaan. Cinta, rindu, dan kesedihan. "Siapa Hana?"

---

"Toru-san, apa aku tidak menarik?"

Toru kembali membuka matanya, ia tidak mengerti apa yang sedang Yuka bicarakan.

"Kenapa kau tidak pernah menyentuhku?" Yuka berbaring menyamping menghadap Toru.

"Yuka, kau cantik, kau juga menarik. Tapi aku belum mencintaimu." Toru menghadap Yuka, mengusap kepala Yuka dengan lembut. "Aku tidak akan mungkin melakukannya tanpa cinta. Kau mengerti maksudku?"

Yuka mengangguk, "Lalu kapan kau akan mencintaiku?"

Toru berhenti mengusap kepal Yuka. Ia terlentang menatap langit-langit kamar. Cukup lama Toru terdiam. "Aku tidak tahu." Jawab Toru ragu.

"Apa karena ada seseorang yang kau cintai. Sehingga kau tidak yakin kapan kau bisa mencintaiku?" Yuka menebak.

Toru mengangguk.

Yuka tersentak. Mungkinkah seseorang yang Toru panggil namanya dengan penuh cinta, tadi? Setetes air mata mengalir di pipinya. "Aku mencintaimu, Toru-san." setelah itu Yuka berbalik memunggungi Toru. Ia menangis dalam diam.

Toru menatap punggung Yuka. Ia ingin meraih punggung itu dan memeluknya. Tapi ia juga tidak ingin membohongi Yuka bahwa Toru tidak bisa menjanjikan apa pun.

Malam itu, untuk pertama kalinya, mereka tidur saling memunggungi.

Toru (OOR)Where stories live. Discover now