Wanita itu

19.8K 1.5K 43
                                    

Malam ini Alan mengajak Laras untuk keluar jalan-jalan. Alan mengajaknya untuk nonton film di bioskop yang sekarang sedang booming. Sehabis menonton mereka akhirnya singgah di cafe yang ada di Mal itu.

Mereka sekarang sedang asik berbincang mengenang masa-masa indah diawal pernikahan keduanya dulu, hati Laras sedikit tenang melihat adanya kemungkinan suaminya akan kembali romantis dan perhatian seperti dulu.

Laras beranggapan sikap acuh dan pemarah suaminya belakangan ini terjadi karena suaminya itu stress dengan pekerjaannya.

"Hai Alan, boleh aku ikut bergabung bersama kalian." Suara merdu seorang wanita menghentikan gurauan keduanya.

Laras mengernyit melihat wanita cantik di depannya, "Jasmine," ucap Alan sedikit terkejut, namun kemudian ekspresi kembali berubah normal. Jasmine memberi isyarat lewat ekspresi wajahnya kalau ia tidak akan melakukan apapun.

"Kamu Laras istrinya Alan, perkenalkan aku Jasmine teman Alan." Yeah teman, teman tidur atau bisa dikatakan selingkuhan lebih tepatnya.

Laras tersenyum kaku menyambut uluran tangan Jasmine, jujur saja ia merasa minder melihat penampilan Jasmine yang elegant dan begitu glamor. Tangan Jasmine juga terasa halus tidak seperti telapak tangannya yang terasa kasar, karena sering melakukan pekerjaan rumah tangga.

Jasmine juga memiliki wajah yang sangat cantik ditambah dengan postur tubuh ideal idaman setiap wanita. Tidak seperti tubuhnya yang memiliki tinggi hanya 155 cm. Saat ini saja ia sedang mengalami kenaikan berat badan.

"Aku mengganggu kalian Ya," ujar Jasmine melihat suasana yang nampak canggung saat kedatangannya.

"Tidak, justru aku senang bisa berkenalan dengan temannya Mas Alan." Laras menyahuti. Sementara Alan nampak diam, membiarkan Laras dan Jasmine saling berbicara.

Jasmine menatap Laras dengan tatapan menilai, wanita yang sangat polos, pantas dia dengan mudah dibohongi suaminya. Batin Jasmine.

*****

Pagi ini Alan kembali melihat Laras muntah-muntah, ia menatap wajah Laras yang nampak pucat.

"Kamu muntah-muntah lagi," ujar Alan, Laras mengangguk pelan. Tadinya ia berniat untuk membuat sarapan untuk Alan, tapi setelah mencium bau bawang Laras merasa perutnya tiba-tiba mual.

Alan menghela nafas pelan, kalau begini ia gelisah juga meninggalkan Laras di rumah.

"Aku panggil Dokter buat meriksa kamu ya, beberapa hari ini aku liat kamu muntah-muntah terus."

"Tidak usah, aku tidak apa-apa."

"Laras, kamu selalu bilang tidak apa-apa, tapi kuperhatikan, kamu selalu muntah hampir setiap pagi." Alan mulai kesal dengan Laras.

"Aku hanya mual mencium bau bawang tadi, aku tidak apa-apa Mas." Sahut Laras, Alan mendesah kasar.

"Ya sudah, kamu tidak usah buatkan aku sarapan, kamu istirahat saja," ucap Alan, nada bicaranya kembali melembut.

"Maaf ya." Laras berucap lirih, ia merasa bersalah membiarkan suaminya bekerja tanpa membuatkan sarapan.

*****

"Kapan kamu akan menceraikan istrimu?" Wajah Alan langsung berubah kaku ketika mendengar pertanyaan itu

Menceraikan Laras Alan memang sering berpikir seperti itu, namun ketika memikirkan keadaan Laras ketika mereka bercerai membuat Alan sampai sekarang masih belum bisa mengutarakan isi di kepalanya perihal perceraian itu.

Laras sudah tidak memiliki orang tua, wanita itu juga tidak pernah mengenyam pendidikan yang layak untuk menunjang hidupnya setelah mereka bercerai.

Alan tidak bisa membayangkan akan seperti apa Laras setelah ia menceraikan wanita itu nanti.

"Kenapa diam? kamu tidak berniat menjadikan aku sebagai selingkuhanmu selamanya bukan. Lagi pula cepat atau lambat Laras istrimu pasti juga akan tahu tentang apa dan siapa dirimu, juga perselingkuhan di antara kita!" Jasmine memberi penekanan pada kata terakhir yang diucapkan nya.

"Kamu sudah melihat seperti apa Laras, dia terlalu polos untuk mengenal kejamnya kehidupan. Aku selalu memikirkan nasib Laras ke depannya akan jadi seperti apa ia jika aku menceraikannya."

Jasmine mengernyit, satu kesimpulan terlintas di kepalanya.

"Alan, kamu masih mencintai istrimu, jika begitu aku akan pergi," ujar Jasmine.

"Mencintai Laras, saat ini aku bingung atas perasaanku padanya." Alan bergumam lirih, pria itu mengusap wajahnya kasar.

"Jika kamu sudah tidak mencintainya, kamu mana mungkin sampai sepusing ini memikirkan nasib Laras kedepannya jika kamu menceraikan dia."

"Aku hanya kasihan padanya, masalah cintaku pada Laras aku tidak tahu. Tapi kurasa aku sudah tidak mencintai Laras lagi, aku sudah tidak merasakan hatiku bergetar seperti dahulu ketika berada didekat Laras," ucap Alan.

Jasmine menyipitkan matanya, wanita cantik itu mengamati dalam-dalam ekspresi pria di depannya.

"Sebaiknya kamu pikirkan benar-benar perasaanmu pada Laras, jika ternyata kau masih mencintainya katakan hal itu padaku. Maka aku akan pergi dari hidupmu, sekarang aku butuh kepastian darimu. Tak selamanya aku mau menjadi selingkuhanmu Alan."

"Untuk sekarang jangan pergi dahulu dari sisiku, aku membutuhkanmu Jasmine," ujar Alan.

Jasmine tersenyum kecut, ia sadar dirinya hanya dijadikan pelampisan oleh Alan. Namun bagi Jasmine tak masalah selagi Alan dapat memenuhi semua apa yang diinginkannya.

Jasmine menuntut Alan menceraikan Laras karena ia kasihan dengan wanita itu, sebelumnya Jasmine pernah mendengar dari wanita-wanita Alan terdahulu tentang Laras istri Alan yang selama ini dibodohi oleh pria itu.

Dan tadi malam Jasmine telah melihat dengan sendiri seperti apa wanita itu, serta betapa polosnya dia. Jika Jasmine berhasil membuat Alan menceraikan Laras setidaknya ia sudah membuat Laras terbebas dari drama sampah yang selama ini dibuat Alan.

*****

Laras termenung menatap pemandangan dari jendela kamarnya, ia memikirkan keadaannya akhir-akhir ini. Laras merasa ada yang aneh dengan tubuhnya, sebenarnya apa yang salah.

Selama ini aku selalu makan dengan teratur, aku juga tidak pernah membiarkan perutku kosong. Sebelumnya aku tidak pernah mual apalagi sampai muntah saat mencium bau bawang atau benda-benda yang memiliki bau-bau menyekat lainnya, pikir Laras.

Seulas senyum terbit di wajah Laras, saat tiba-tiba suatu pikiran terlintas di kepalanya, mungkinkah apa yang selama ini ia nantikan kehadirannya kini sudah berada di rahimnya.

Laras ingat ia sudah beberapa minggu ini tidak mendapat tamu bulanannya, senyum Laras semakin lebar membayangkan jika apa yang ia pikirkan benar.

Membayangkan kehadiran buah hati di tengah-tengah pernikahan mereka, mungkin itu akan terasa amat menyenangkan. Dan mungkin pernikahannya yang kini tengah dilanda kejenuhan, bisa diselamatkan dengan kehadiran malaikat kecil itu.





Kubeli IstrimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang