Senyum Itu

14.5K 1.7K 232
                                    

Justin kembali melewati harinya dengan semangat semenjak ia mengambil Laras kembali, bahkan ia sering kali ia membuat para pelayan di rumahnya heran saat ia menunjukkan sikap kekanakan-nya di depan Laras. Ia menjadikan Laras itu seolah memang benar istrinya, miliknya, bahkan Justin sudah beberapa kali mengajaknya Laras ke kantornya.

Hal itu tentu saja membuat para karyawannya bertanya-tanya sejak kapan Justin menikahi seorang wanita, dekat dengan seorang wanita pun tak pernah semenjak pria itu putus dengan tunangannya. Saat membawa seorang wanita, tahu-tahu wanita yang dibawanya sudah hamil.

Mereka yang melihat beranggapan kalau Laras itu istri Justin, sikap mesra Justin terhadap Laras tak jarang menimbulkan keirian orang-orang terhadap Laras. Padahal jika dilihat wanita itu biasa saja, tidak cantik tidak juga menarik.

Hari ini pun Justin kembali membawa Laras ke kantornya, ia sama sekali tak ingin berjauhan dengan wanita itu. Padahal Laras sudah menolak dengan alasan ia sekarang sedang hamil tua dan mudah kelelahan,Justin berkilah jika Laras nanti bisa istirahat di kamar yang ada di ruangannya seperti biasa jika ia membawa wanita itu kemari.

Laras sebenarnya tak suka saat Justin membawanya keluar, ia selalu merasa tak nyaman ketika orang-orang memperhatikan mereka. Dan satu lagi, Laras tanpa sengaja pernah membaca surat kabar mengenai pemberitaan hubungannya dan Justin.

Disitu ada fotonya dan Justin yang diambil secara sembunyi-sembunyi sewaktu Justin mengajaknya ke wahana bermain, surat kabar itu memberitakan kalau ia adalah istri Justin sang pengusaha terkenal.

Hanya suara jari yang beradu dengan keyboard menjadi pemecah keheningan di ruangan Justin, pria itu terlihat fokus sekali dengan pekerjaannya. Laras mengusap lembut perutnya, entah kenapa ia merasa sangat lapar padahal tadi ia sudah sarapan. Ingin mengatakan pada Justin Laras merasa tak enak hati.

Justin menyadari kegelisahan Laras ditempat duduknya, Justin menghentikan pekerjaannya sesaat. Ia menghampiri wanita itu.

"Kenapa." Ujar Justin, ia mengambil tempat duduk di dekat Laras.

"Aku lapar." Ucap Laras dengan merengek.

"Ingin makan apa?"

"Apa saja yang penting bisa mengganjal perut." Sahut Laras.

"Baiklah, nanti aku pesan makanan-nya biar nanti di antar kesini."

"Terserah yang penting makanan-nya datang." Ucap Laras, Justin keluar dari ruangannya ia meminta sekertarisnya untuk memesankan makanan untuk Laras.

Lima belas menit kemudian makanan yang dipesan Justin sudah datang, sekertaris Justin dengan wajah tak suka mengatarkan makanan itu untuk Laras. Ia menatap Laras dengan tatapan merendahkan, apa bagusnya wanita itu ketimbang aku, batinnya dongkol.

Laras memberikan senyum ramahnya kepada sekertaris Justin sebagai ucapan terimakasih, namun wanita itu malah memasang wajah judesnya. Wanita itu hanya mengucapkan permisi pada Justin kemudian pergi.

Laras mengusap tekuknya, sebenarnya ia heran apa yang salah pada dirinya. Semua wanita yang melihatnya jika berada didekat Justin, pasti memberikan tatapan tak suka pada dirinya, seolah-olah Laras itu sudah melakukan sebuah kesalahan besar.

*****

Alan kembali menjejakkan kakinya di rumah tempat dimana ia dahulu tumbuh dan dibesarkan, Alan kembali datang setelah lima tahun lamanya ia meninggalkan rumah ini. Pelayan pertama yang menyapa Alan terkejut melihat kehadiran anak majikannya itu.

"Dimana Ibu dan Ayah?" Tanya Alan.

"Tuan sedang istirahat di kamar." Ucap pelayan itu, Alan mengangguk pelan pertanda bahwa ia mengerti apa yang dikatakan pelayan itu.

Kubeli IstrimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang