Aku Ingin Dia

18.2K 1.8K 95
                                    

Alan memutuskan untuk menemui Justin di kantornya, ia sudah tidak tahan lagi menahan rasa rindunya. Kemarin Alan ke rumah Justin, tapi pelayan mengatakan kalau Justin dan Laras sedang tidak ada. Alan mendapati Justin tengah sibuk dengan laptopnya.

"Ada apa hingga kamu datang kesini?" Justin menghentikan pekerjaannya melihat kedatangan Alan.

"Aku ingin mengambil Laras. Uang 50 miliarmu aku kembalikan," ucap Alan tanpa ragu.

Justin berdecih sinis, uang 50 miliar itu, Justin tak membutuhkannya. Ia ingin Laras berada disisinya, terlebih ia sudah sangat nyaman dengan kehadiran Laras dalam hidupnya.

"Jika aku katakan kalau aku tidak mau mengembalikan Laras bagaimana?"

"Laras istriku, dan dia sekarang sedang mengandung buah cinta kami."

"Kamu sudah menjual mereka padaku." Justin menyahut santai

"Aku akan mengembalikan semua uangmu, dan kembalikan mereka padaku!" Kesabaran Alan mulai menipis, melihat Justin yang nampak santai

"Aku tidak tertarik dengan tawaranmu. Pergilah."

"Aku akan mengambil Laras kembali. Status kami suami istri dia kini tengah hamil. Uangmu aku kembalikan dan masalah kita akan selesai!"

"Setelah banyak rasa sakit yang kamu berikan padanya. Kamu masih berpikir apakah dia masih mau menerimamu."

"Laras begitu mencintaiku. Dia pasti mau menerima dan memaafkan ku kembali," ucap Alan begitu yakin.

"Kamu terlalu percaya diri," ucap Justin sinis, sayangnya Justin tidak akan pernah mengembalikan Laras pada Alan selamanya. Sekalipun pria itu memohon dan sekalipun Laras sendiri yang meminta untuk dilepaskan hal itu tidak akan pernah Justin lakukan.

*****

Justin melihat Laras yang sudah terlelap, malam ini ia memang pulang sangat larut. Justin membenarkan selimut yang menutupi tubuh Laras, ia menatap wajah wanita itu. Laras tidak cantik, wanita itu memiliki paras yang biasa saja. Hanya anehnya dia mampu membuat seorang Justin jatuh cinta.

"Suamimu menginginkan dirimu kembali. Apa kamu akan senang saat mendengar kabar itu? Setelah mendengar kabar itu kamu pasti akan meninggalkan aku." Justin tersenyum miris, disaat banyak wanita memuja dan mengharap cintanya. Justin malah jatuh cinta pada wanita yang telah bersuami. Wanita yang sama sekali tak memiliki perasaan padanya.

"Tapi kamu tidak bisa meninggalkan aku Laras. Kamu milikku, aku sudah membelimu dengan harga mahal. Kamu harus tetap berada disisiku sekarang atau pun seterusnya."

Justin memeluk tubuh Laras, nafas wanita itu yang berembus secara teratur mengenai dadanya. Justin teringat kalau Laras sekarang sedang mengandung, tangan Justin terulur mengusap perut Laras.

"Kamu pasti marah denganku, karena aku sudah merebut Ibumu dari Ayahmu. Tapi kamu tenang saja setelah kamu lahir aku akan memperlakukanmu dengan baik. Aku akan menyayangimu seperti anakku sendiri," ucap Justin, ia membayangkan anak yang ada di perut Laras lahir. Justin berharap anak itu akan mirip dengan Laras bukan si brengsek Alan.

*****

Laras berdiri di balkon kamar Justin, dari atas sini ia bisa melihat betapa indahnya taman rumah Justin. Ada kolam kecil yang sengaja dibuat untuk memperindah halaman luas itu, di dalamnya juga ada ikan yang sengaja dipelihara.

"Kamu ternyata disini?" Laras menoleh menatap Justin yang menghampirinya.

"Kamu suka dengan pemandanganya?" tanya Justin.

"Iya, tamannya bagus."

"Tapi alangkah bagusnya jika kamu masuk saja kedalam. Cuacanya dingin tidak baik untukmu." Bumi memang baru saja diguyur oleh hujan, hingga cuaca sore ini cukup dingin.

Laras mengikuti ajakan Justin untuk masuk kedalam walau sebenarnya ia enggan, tapi dari pada membuat pria itu marah, Laras lebih memilih untuk menuruti semua perkataan Justin. Laras menatap Justin yang tengah menegak sekaleng bir. Laras menelan ludahnya entah kenapa ia sangat menginginkan minuman itu.

"Aku juga ingin itu." Justin mengernyit mendengar ucapan Laras.

"Aku ingin minuman yang seperti punyamu," ucap Laras melihat Justin yang tampak bingung dengan ucapannya

"Kamu sedang hamil Laras, jangan meminum alkohol kasian bayinya." Laras mengerucutkan bibirnya, ia membuang muka tak sudi menatap Justin. Justin berjalan mendekati Laras. Dengan gerakan pelan Justin mencium sekilas bibir Laras.

"Minta yang lain saja," ucap Justin melihat kekecewaan di mata Laras ketika ia menolak permintaan wanita itu.

"Aku tidak ingin yang lain. Aku hanya ingin minuman itu."

"Baiklah, tapi cium aku dulu," ujar Justin, Laras tanpa ragu langsung mencium pipi Justin.  Justin tersenyum samar, Laras menatap Justin penuh harap. Ia menginginkan pria itu memberikan apa yang ia minta.

"Seharusnya kamu menciumku disini." Justin menunjuk bibir, wajah Laras langsung berubah merah. Laras langsung menggeleng, Justin terkekeh melihat rona merah di wajah Laras.

Pria itu meraih dagu Laras, ia mencium pelan bibir wanita itu mencecapi rasa manisnya. Laras memejamkan matanya meresapi ciuman Justin. Laras merasa ciuman Justin kali ini terasa berbeda, ragu Laras membalas ciuman Justin.

Justin terkejut saat Laras membalas ciumannya. Laras semakin agresif mencium Justin saat ia merasakan minuman yang ia inginkan di lidah pria itu. Laras mendorong pelan dada Justin melepaskan ciumannya saat ia menyadari kesalahannya.

Justin terkekeh melihat Laras menunduk menyembunyikan rasa malunya. Padahal ia menyukai ciuman Laras yang begitu agresif tadi.

"Kamu ternyata agresif juga, belajar dari mana?"

"Aku wanita yang sudah bersuami." Sahut Laras.

"Begitukah? berarti saat di ranjang apakah kamu bisa menjadi agresif."

"Tentu saja." Sahut Laras cepat, sesaat kemudian ia langsung menutup mulutnya.

"Berarti nanti malam kamu harus seperti itu," ucap Justin ia sengaja mengedipkan matanya menggoda Laras.

"Aku tidak mau." Laras mengalihkan tatapannya kesegala arah yang terpenting ia tidak menatap Justin.

"Harus mau." Justin sengaja memojokkan Laras.

"Tidak mau dan aku tidak akan pernah melakukan hal itu padamu."

"Kenapa?"

"Kamu bukan suamiku."

"Nanti aku akan menikahimu. Setelah kita menikah dan aku menjadi suamimu kamu harus bersifat agresif padaku dan aku akan menantikan hal itu."

Justin membawa Laras kepelukannya, ia merasa senang bila memeluk wanita ini. Tubuh mungil Laras begitu nyaman untuk dipeluk, begitu pun saat malam Justin memeluk Laras seperti guling.

"Kamu kembali membuatku mengenal cinta Laras." Justin berbisik lirih namun Laras dapat mendengarnya.

"Kamu tadi bicara apa?" tanya Laras, ia mendorong pelan Justin yang memeluknya. Agar ia dapat melihat wajah pria itu. Justin tersenyum kikuk, seharusnya ia tadi tidak mengucapkan kalimat itu. Waktunya masih tidak tepat untuk ia mengungkapkan perasaannya.

"Bukan apa-apa." Sahut Justin, Laras mengernyit sebenarnya ia mendengar apa yang dikatakan Justin tapi Laras memilih mengabaikan.

"Begitukah? aku lapar aku ingin makan masakanku sendiri," ujar Laras. Justin memang tidak pernah melarang Laras berkutat dengan dapur selagi hal itu mampu membuat Laras senang.

"Baiklah biar aku temani," ucap Justin, ia sangat suka memperhatikan Laras memasak.





Kubeli IstrimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang