Fall In Love

19.2K 1.7K 99
                                    

Justin mengajak Laras ke Mal membeli beberapa pakaian. Justin merasa pakaian yang dipakai Laras selama ini terlalu terbuka. Padahal awal mulanya Justinlah yang membelikan pakaian model seperti itu untuk Laras.

"Pilihlah pakaian yang kamu sukai, tapi ingat jangan pakaian yang terbuka," ucap Justin. Laras mengangguk lagipula ia memang tidak menyukai pakaian seperti itu.

"Cari baju yang agak longgar, kasian bayinya jika kamu memakai baju yang terlalu sempit." Justin mengingatkan Laras.

Laras mulai memilih beberapa pakaian yang menurutnya nyaman untuk ia kenaka.  Laras berdecak dalam hati saat melihat label harga yang ia lihat. Mahal sekali padahal modelnya hanya biasa saja, pikir Laras.

Laras memilih baju yang sekiranya murah untuk Justin namun amat mahal bagi Laras. Justin mengamati pakaian sederhana yang dipilih Laras.

"Hanya itu tidak ingin yang lain?" tanya Justin.

"Iya ini saja," ucap Laras, sebenarnya ia merasa tak enak hati dengan Justin. Selain itu Laras juga merasa tak nyaman dengan tatapan orang-orang yang dari tadi memperhatikan mereka, atau lebih tepatnya orang-orang itu dibuat terpana dengan sosok Justin.

Laras terkejut saat Justin melingkari pinggangnya. Pria itu seolah tak peduli dengan tatapan orang-orang terhadapnya. Bahkan Justin tak sungkan membawakan barang belanjaan Laras.

"Setelah ini kamu ingin membeli apa? atau kamu ingin memakan sesuatu?" Mata Laras langsung berbinar saat Justin mengucapkan kata makanan, ia memang menginginkan sesuatu.

"Aku ingin popcorn dan cotton candy," ucap Laras dengan ekspresi wajah seperti anak kecil.

"Itu pasti keinginan bayimu." Laras mengangguk dengan cepat, ia mengusap perutnya. Laras tersenyum memikirkan dirinya tengah mengalami ngindam dan beruntung bukan barang yang susah didapatkan yang diinginkan bayinya.

*****

Alan dengan kesal menemani Jasmine berbelanja, wanita itu tadi merengek minta dibelikan sepatu dan tas baru. Padahal baru satu minggu yang lalu Alan membelikan sepatu dan tas untuk Jasmine, namun wanita itu mengatakan kalau barang yang ia belikan kemarin sudah ketinggalan zaman.

"Alan bagaimana menurutmu?" Jasmine memperlihatkan sepatu pilihannya.

"Ambil saja jika kamu menyukainya." Sahut Alan malas, tanpa sengaja matanya menangkap sosok yang ia kenali. Alan meninggalkan Jasmine, ia memilih menghampiri sosok itu. Benar, sosok itu adalah Laras.

"Laras!" Alan memanggil nama Laras, tanpa ragu Alan langsung memeluk sosok itu.

Alan memeluk Laras sangat erat, ia benar-benar merindukan wanitanya. Alan mengurai pelukannya menatap wajah Laras yang terlihat lebih tirus, tatapan Alan segera beralih ke perut Laras. Alan melihat adanya perubahan pada perut Laras.

"Perut kamu," ucap Alan, seketika ia merasakan darahnya berdesir saat tangannya menyentuh perut Laras. Mata Laras menjadi berkaca-kaca ketika melihat Alan, jujur saja selama ini Laras begitu merindukan Alan.

"Mas Alan." Laras mencicit pelan.

"Alan kamu meninggalkan aku." Laras menatap wanita yang memanggil Alan.

Itu Jasmine, wanita yang pernah ia temui dan merupakan selingkuhan Alan. Laras merasa hatinya amat terluka, saat wanita bernama Jasmine itu bergelajut manja di lengan suaminya. Bahkan Alan tak ada niatan sama sekali untuk menepis tangan wanita itu, air mata kembali merembes membasahi wajah Laras.

"Laras ayo kita pulang." Suara Justin menyadarkan Laras, ia hampir melupakan keberadaan pria itu karena begitu senang dapat melihat Alan kembali meski ujungnya ia kembali dibuat terluka.

"Tunggu Laras!" Alan mencekal tangan Laras.

"Jangan menganggunya dia milikku. Lagipula kamu juga sudah mempunyai wanita lain bukan," ucap Justin, menatap Alan dan Jasmine. Tanpa menunggu Alan kembali bicara. Justin membawa Laras menjauh. Apalagi melihat wanita itu yang kini kembali menangis.

*****

Justin menatap wajah Laras yang kembali murung, padahal tadi Laras sudah mulai ceria. Wanita itu nampak diam. Laras memilih menatap jalanan yang mereka lalui. Niat Justin ingin membuat wanita itu senang dengan mengajaknya jalan-jalan justru malah sebaliknya.

"Katanya tadi ingin popcorn dan cotton candy mau aku belikan." Laras menggeleng ia sudah tidak menginginkan itu lagi, yang ia ingin sekarang hanya menangis untuk menumpahkan segala rasa sakit dan kepedihan hatinya.

"Sudah jangan menangis, air matamu hanya akan terbuang sia-sia. Lagipula kamu juga sudah melihat bukan, kalau suamimu tadi bersenang-senang dengan wanita barunya." Ucap Justin, ia mengambil tisu menghapus air mata Laras.

"Aku teramat mencintainya, hatiku sakit melihat dia bersama wanita lain. Aku tidak bisa menbencinya walau dia sudah berkali-kali menyakiti aku," ucap Laras sambil menangis terisak.

"Pria yang menyakitimu seperti itu untuk apa dicintai, sudahlah lupakan saja."

"Kamu bisa berbicara seperti itu karena kamu belum merasakan seperti apa yang aku alami kini." Justin tiba-tiba menghentikan mobilnya. Ia menatap jengkel Laras, wanita yang begitu mendewakan cinta dan kesetiaan. Wanita bodoh hanya karena perasaan bernama cinta di hatinya.

"Hati ini juga pernah sakit, aku pernah merasakan apa yang kini sedang kamu alami. Jangan pikir aku tidak tau seperti apa perasaanmu sekarang, aku juga pernah dikhiati oleh orang yang aku cintai." Justin berucap.

Ia mengungapkan kisah kelam dimasa lalu yang seharusnya tak usah Justin kembali ingat, tetapi demi Laras ia rela luka lama itu dikorek kembali. Agar Laras tahu bahwa bukan hanya wanita itu saja yang pernah terluka karena cinta.

"Saat kamu memutuskan untuk mencintai, maka saat itu juga kamu harus mempersiapkan hatimu untuk dilukai. Luka dan cinta itu adalah sahabat dekat mereka tak bisa terpisahkan dalam sebuah kisah percintaan." Tutur Justin, berharap Laras mengerti.

Justin kembali melajukan mobilnya, ia melirik Laras yang kini berusaha menahan tangisnya. Justin mengerti luka di hati Laras tak mungkin dapat mengering dalam sekejap. Semua itu butuh proses untuk nenyembuhkannya, termasuk saat Justin menyadari bahwa ia telah memiliki perasaan lain terhadap Laras.

Iya, perasaan aneh itu hadir saat ia pertamakali menatap Laras, awalnya ia menganggap biasa. Namun makin lama perasaan itu semakin berubah menjadi tak biasa, saat melihat Laras yang terbaring dengan luka yang mengeluarkan banyak darah Justin merasa ia amat takut kehilangan wanita itu.

Dan Justin tidak bisa menapik perasaan itu, iya. Justin telah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Laras. Hingga Justin berubah jadi gila saat mengetahui wanita yang telah menghadirkan cinta kedua di hatinya itu telah bersuami.

Membeli wanita itu dari suaminya, adalah cara Justin untuk mendapatkan cintanya. Justin pun akan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya terhadap Laras, saat wanita itu sudah benar-benar melupakan Alan, dan Justin sungguh tak sabar menantikan hal itu.

*****

Semenjak pertemuannya dengan Laras hari itu Alan semakin disiksa oleh rasa rindunya, dan ia pun menyadari tentang rasa yang ia miliki terhadap Laras. Cinta di hatinya bukannya memudar, hanya saja setelah sekian tahun bersama perasaan bergetar dan cinta menggebu-gebu yang ia miliki dahulu berubah menjadi cinta dan kasih sayang lebih tulus.

Alan masih mencintai Laras, bahkan ia sangat mencintai wanita itu. Alan benar-benar menyesal telah dibuat keliru oleh perasaannya sendiri, masih adakah kesempatan untuk Alan memperbaiki semua lagi.

Maukah Laras mengulang dari awal kisah cinta mereka, kisah dimana Alan adalah pria yang begitu mencintai dan memanjakan istrinya, dimana pada saat itu Laraslah satu-satunya wanita pengisi hatinya ia adalah suami penyayang dan setia. Dan Laras pada saat itu merasa bahwa dirinyalah wanita paling bahagia dan beruntung karena memiliki suami seperti Alan.

Bisakah semua itu terulang kembali, masa-masa dimana keduanya selalu bercanda, tertawa dan bahagia bersama walau Alan telah berdusta.







Kubeli IstrimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang