Gue masuk rumah dengan langkah lesu. Hari ini adalah hari tersial gue yang gue sumpahin gak bakal kejadian lagi.
"Sela". Sapa seseorang dari arah berlawanan.
"Eh, Malvin. Udah lama?" tanya gue sambil memberikam sedikit senyum.
"Lumayan, sih. Kok kamu lemes gitu?" tanya Malvin.
"Enggak papa, Vin. Cuman sedikit bete aja!". Jawan gue menenangkan.
"O, habis ini jadi main ke rumah gue kan, Sel?"
"Jadi, Vin. Bentarya gue ganti kostum dulu. Ngomong-ngomong mama kemana?". Tanya gue sambil ngelepas sepatu.
"Baru aja berangkat arisan"
"Oke, 5 menit ya, Vin. "
5 menit kemudian gue turun dari kamar. Mengenakan celama jeans biru, kaos hitam yang dibalut oversize denim jacket.
"Udah siap?" tanya Malvin seraya beranjak dari sofa.
"Udah, ayo jalan". Kata gue sambil mendahului Malvin keluar rumah.
Di mobil gue ngobrol-ngobrol sama Malvin. Malvin cerita tentang sekolahnya yang ngebosenin, gurunya yang aneh, dan temennya yang gak seasik temen-temen gue. Wajar aja, Malvin sekolah di sekolah paling elit dan ternama di Jakarta yang isinya anak-anak pinter semua.
Gue gak banyak nanya ke Malvin tentang sekolahnya. Jujur gue dulu pengen banget sekolah di sekolah Malvin, tapi Papa gak ngebolehin karna Papa tahu kalo sekolah Malvin gak sebagus yang gue tahu dan kata papa itu benar.
Tak berapa lama, mobil Malvin berhenti di depan sebuah rumah mewah di komplek perumahan elit Citra Buana.Satpan rumah itu tahu kalau yang datang adalah anaknya sang pemilik rumah, Malvin. Dengan gesit satpam itu berjalan cepat dan membuka gerbang rumah yang langsung menampakan kemegahan rumah itu.
Malvin langsung turun dan membukakan pintu mobil di sebelah gue. Aku agak gugup dengan tingkah Malvin. Jujur gue gak pernah diperlakukan seperti ini sebeumnya.
"Ayo masuk"
Gue langsung ngikuti Malvin memasuki rumahnya yang besar dan mewah. Guci-guci mahal menghiasi ruang tamu, juga lampu gantung yang mewah. Tapi entah kenapa rumah ini sangat sepi. Seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan.
"Kok sepi, Vin?". Tanya gue pada Malvin.
"Entahlah, mungkin masih pada kerja". Jawab Malvin sebelum dia melirik ke jam yang ada di dinding. Gue hanya bisa mengangguk tanda mengerti.
Gue langsung di bawa ke ruang tengah. Di sana ada sofa santai dan TV.
"Lo disini bentar ya, gue mau ganti baju" kata malvin sambil membuka kancing baju nya yang paling atas.
Gue duduk sambil ngelihatis sekeliling ruang keluarga yang cukup besar itu. Temboknya dihiasi foto-foto keluarga dan foto masa kecil Malvin maupun Galang, adiknya yang hanya beda usia 2 tahun.
Tak beberapa lama, asistem rumah tangga Malvin datang sambil membawakan minum juga biskuit.
"Ini mbak, diminum dulu. Monggo". Kata ibu itu sambil meletakan minuman di atas meja.
"Makasih, bu". Jawabku sopan sambil menurunkan biskuit dari nampan ibu itu.
"Panggil saja Bi Ice mbak. Mbak ini siapa? Pacarnya Mas Malvin atau Mas Galang?". Tanya Bi Ice.
"Ha?. Bukan Bi. Saya Sela, saya bukan pacarnya siapa-siapa, Bi.". Jawabku sambil tertawa kecil.
"Walah, tak kira kamu pacarnya Mas Malvin atau Mas Galang. Mereka itu ganteng-ganteng tapi kok jomblo ya!". Kata Bi ice yang langsung membuat aku tertawa.
"Duh, Bi Ice nih remes ya. Mungkin belum ada yang cocok, Bi". Kataku sambil menyruput secangkir teh hangat.
"Ya udah mbak, saya kebelekang dulu ya. Mau nyiapin buat makan malam. Monggo mbak". Bi Ice berpamitan lalu menuju dapur.
Gue nunggu cukup lama, sampek gue denger ada suara orang turun dari tangga. Gue langsung memalingkan pandangan gue. Gue kira itu Malvin, ternyata bukan. Laki-laki itu agak sedikit lebih pendek dari Malvin. Rambutnya sengaja ditata berantakan, mengikuti tren anak jaman sekarang. Dia natap gue beberapa detik sebelum dia nyamperin gue.
"Pacarnya Malvin ya?". Tanya cowok itu sambil memgambil biskuit di meja dan duduk di sisi kanan.
"E, enggak. Gue bukan pacarnya!". Jawab gue sambil sedikit canggung.
"Jujur aja kali. Gak usah malu gitu". Cowok itu melahap habis biskuit ditangannya.
"Di bilangin enggak ya enggak". Jawab gue sedikit tegas.
"Gue Galang, adiknya Malvin. Lo siapa? Eh maksut gue KAKAK ini siapa?". Kata Galang sambil menekankan bagian 'KAKAK'.
"Oh, biasa aja kali ngomongnya. Gue Sela temennya Malvin". Kata gue sambil mengambil bantal di sebelah gue.
Tak lama setelah perbicangan itu Malvin turun dari tangga dengan celana pendek dan kaos putih, dia nampak lebih segar dan ganteng dari biasa. Dia melemparkan senyum lebar ke gue sebelum dia menyadari kehadiran Galang.
"Ngapain, lo?". Tanya Malvin ketus.
"Kalemin bro, gak gue apa-apain juga!". Kata malvin sambil kembali ngambil biskuit.
"Lo naik aja sana, jangan gangguin!". Kata Malvin sambil melemparkan bantal tepat mengenai Galang.
"Pacar lo juga bukan, bebas dong!". Jawab Galang sambil melebarkan kedua tangannya.
Gue geleng-geleng lihat tingkah mereka yang kaya anak kecil. Gue cuman bisa nahan ketawa gue biar gak meledak saat gue lihat ekspresi Malvin yang lucu. Sampai akhrinya Tante Yeni dan Om Erdy datang.
"Malvin, Galang. Kalian gak malu aoa, itu ada Sela!". Ujar Tante Yeni sambil meletakkan tasnya di sofa.
"Eh, Sela. Sudah lama?". Tanya Om Erdy.
"Lumayan om, sudah agak lama!". Jawab gue sambil melemparkan senyuman.
"Duh, Malvin sama Galang emang masih kaya anak kecil. Maklumin ya, Sel". Kata Tante Yeni sambil merebahkan dirinya di sofa.
"Iya, gakapapa tante. Aku juga biasa gitu kalo sama Bang Avri". Jawabku sambil agak tertawa.
"Tapi mereka tiap hari kaya begitu, bosen tante ngingetinnya". Ujar Tante Yeni sambil mengusap-usap keningnya.
"Mama apaan sih. Enggak tiap hari juga!". Protes Malvin.
"Tiap hari kali, Vin. Lo pikun ya apa malu di hadapan cewek lo ini?". Tambah Galang.
"Banyak omong lo!". Berontak Malvin.
"Hey, udah. Kalian ini udah gede berantem mulu. Galang yang sopan sama kakak kamu, kamu juga, Vin!". Tegur Tente Yeni.
Malvin dan Galang diam seribu kata, sebelum mereka sama-sama meninggalkan ruang keluarga, hingga yang tersisa cuman gue dan tante Yeni.
Gue ngobrol-ngobrol sama Tante Yeni. Tante Yeni cerita banyak soal Malvin kecil. Yang gue tangkep dari cerita Tante Yeni adalah dari dulu Malvin anak yang pendiam dan suka dengan sains. Malvin udah menangin banyak olimpiade sains di tingkat nasional. Jarang banget ada cowok yang gemar sains, gue sebagai kaum hawa yang mengaku anak IPA agak merasa malu sama Malvin. Tapi Tuhan memang menciptakan manusia berbeda-beda bukan?.
TERIMAKASIH SUDAH BACA
JANGAN LUPA VOMENT YA

KAMU SEDANG MEMBACA
Couple Goals
Novela Juvenilkarena kesempurnaan cinta gak melulu tentang kata-kata manis yang dilontarkan oleh mulut. mereka butuh pembuktian nyata bukan manis di bibir saja.