Mereka Pacaran?

792 27 7
                                    

Setelah kejadian hari itu, hubungan pertemanan gue dan Niko semakin membaik. Gue jadi lebih nerima semua yang diomingin Niko ke gue, entah itu godaan maut atau apapun itu.

Gue ngerasa enjoy berteman dengan Niko. Ternyata selama ini gue salah menilai Niko. Di mata gue dulu, Niko gak sekedar cuman cowok yang suka ngegoda perempuan. Tapi semakin kesini gue ngerasa udah ngenal Niko lebih dari itu. 2 minggu sudah hidup gue di sekolah jadi lebih berwarna. Kita memang mempunyai jalan pemikiran yang beda, tapi itu justru menjadi alat buat kita saling lebih akrab.

Sore ini Malvin jemput gue lagi. Kali ini gue harus nunggu agak lama dari biasanya. Setelah dia dateng, gue langsung masuk kemobilnya.

"Maaf ya lama". Kata Malvin sambil mengembangkan senyuman.

"Iya, gak papa". Kata gue sambil tersenyum kecut.

"Idih, marah ya". Goda Malvin ditambah dengan cubitan di pipi.

"Ini gue kasih, biar gak marah". Sambung Malvin sambil mengeluarkan buket bunga mawar dari balik badannya. Gue kaget dan nerima buket iti sambil masih tidak percaya.

"Vin? Ini apa? Gue gak ngerti".

"Aduh, ini buket bunga lah. Gimana suka gak?".

"Gue gak bisa bohong, Vin". Jawab gue dengan senyuman merekah. Gak bisa gue pungkiri kalau gue emang baper dikasih buket bunga dari Malvin.

"Kita ke mal dulu yuk, ada film baru kan. Gue tadi udah ijin ke tante sama om". Ajak Malvin.

"Iya, ayok". Jawab gue antusias.

Jalanan sore ini masih cukup lengang, perjalanan ke mal dapat kamu tempun dengan waktu 15 menit saja. Sebelum turun Malvin menyodorkan paper bag yang didalamnya adalah baju gue.

"Ini, lo ganti dulu sana. Tadi gue ke rumah lo sekalian ngambilin lo baju ganti, kan gak enak kalau pakek seragam sekolah gitu".

Gue menerima paper bag itu dan langsung menuju toilet buat ganti baju.

Antrean bioskop kali ini tidak terlalu panjang. Gue dan Malvin menikmati film yang kami tonton hingga tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul setengah enam sore. Malvin ngajak gue buat makan.

Kita makan di salah satu resto di mal itu. Setelah kita selesai makan gue ngajak Malvin muter-muter mal.

"Vin, muter-muter dulu ya. Gue masih males pulang ni".

"Iya inces ku". Goda Malvin.

Saat gue dan Malvin jalan-jalan. Gue ngelihat Niko lagi berduaan sama Kayla, sahabat gue keluar dari toko boneka. Entah kenapa dada gue tiba-tiba sesak, dan gue ngerasa gelisah. Apakah gue cemburu? Enggak, gue gak boleh cemburu.

"Inces kenapa?". Tanya Malvin yang mengalihkan pandangan gue dari Niko dan Kayla.

"Hah? Enggak, enggak kenapa napa kok".

"Oh, inces mau boneka. Iya?"

"Idih, enggak. Udah ah ayok pulang aja". Ajak gue sambil menarik lengan Malvin.

Sialnya, gue ketemu Niko dan Kayla di pintu keluar.

"Eh, Sela". Sapa Niko dan Kayla bersamaan.

"Hem, iya. Duluan ya". Kata gue dengan tersenyum kecut dan berjalan mendahului Malvin menuju mobil.

"Eh, Sel. Tunggu". Kejar Niko sambil menahan lengam gue.

"Lepasin, gue mau pulang. Gue capek". Kata gue sambil menghempaskan tangan Niko.

"Dia gak mau ngomong sama lo. Ngerti gak?". Kata Malvin sambil mendorong tubuh Niko.

"Lo gak usah ikut campur". Kata Niko ketus.

"UDAH STOP, GUE CAPEK, GUE MAU PULANG. NGERTII?". tegas gue lalu berjalan seribu langkah meninggalkan Malvin, Niko, dan Kayla.

Tak berapa lama, Malvin balik ke mobil dan menatap gue.

"Udah kita balik aja ya. Lo pasti capek banget. Lo lagi PMS ya, moodnya berubah-ubah gitu".

"Iya nih". Jawab gue mengiyakan, padahal gue lagi gak PMS.

Setelah sampai dirumah gue membanting diri di kasur dan terus bertanya-tanya, kenapa gue bisa bersikap kaya gitu. Apa gue cemburu.

Apa Niko dan Kayla pacaran? Itu yang sekarang berkutat di kepala gue saat ini. 

Terimakasih sudah baca part ini
Maaf cuman sedikit
Jangan lupa voment ya

Couple GoalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang