Come Back

1K 27 1
                                    

Satu minggu berlalu gue gak pernah ada hubungan lagi dengan Malvin. Tiap pagi gue berangkat bareng papa atau Bang Avri. Untuk pertama kali memang agak sulit rasanya, mengingat gue punya rasa dengan Malvin. Namun, lama-lama gue mulai terbiasa tanpa Malvin, rasa itu juga udah hilang seiring berjalannya waktu. Gue gak nyangka, secepat ini gue ngelupain Malvin.

Dibalik ini semua, ada sahabat-sahabat gue yang setia ngasih motivasi, terlebih Niko. 3 hari ini dia selalu nganter gue pulang. Gak cuman itu, dia selalu ngajak gue ngelakuin hal baru yang sifatnya fun, sehingga gue bisa ngelupain masalah gue dengan Malvin.

Malam ini gue, papa, dan mama sedang asik menonton TV sambil menikmati keripik singkong yang dibeli bibi di pasar.

"Sel, kok gue lama ya gak lihat Malvin" kata Bang Avri yang berjalan menuju sofa sambil membawa secangkir kopi.

"Mana gue tahu" jawab gue singkat.

"Iya, kemana Malvin?" sambung papa.

"Enggak tahu, Pa"

"Tapi sekarang Sela malah lebih sering sama siapa itu? Yang naik motor?" ujar mama

"Tukang ojek? Sela sekarang sama tukang ojek?" jawab Bang Avri meledek

"Enak aja, gue aja gak pernah naik ojek" protes gue.

"Ih, bukan. Itu yang ikut makan malem"

"Oh, Niko" jawab gue singkat.

"Iya, itu"

"Pacarmu?" tanya papa.

"Enggak juga, Pa. Cuman temen kok" jawab gue.

"Alah, sekarang temen paling besok subuh udah jadi pacar" goda Bang Avri.

"Bawel" pungkas gue.

Gue pun meninggalkan ruang keluarga dan berjalan menuju teras untuk mencari udara malam. HP yang berada di saku celana gue berdering dan menampakan chat dari Malvin.

Malvin

Sel.

Lo di rumah?

Bales dong

😰😰😰😰

Chat itu sama sekali gak gue balas. Kejadian satu minggu yang lalu udah gue anggap sebagai akhir cerita gue dan Malvin. Tamat, begitulah menurut gue. Gak akan ada lagi cerita tentang gue dan Malvin.

20 menit sudah gue berdiam sambil mainan HP di teras. Hingga gue terkaget tatkala Niko menelfon gue.

"Halo" sapa gue

"Hai" jawab Niko dari seberang sana.

"Niko? Tumben telfon, ada apa?"

"Jadi minta ditelfon tiap hari ya?" tanya Niko sambil terkekeh

"Idih, enggak juga" elak gue.

"Besok gue jemput ya"

"Kemana?"

"Sekolah lah"

"Besok hari sabtu, Ko. Udah pikun ya"

"Eh, iya ya. Lagian pengennya ketemu Sela terus sih" jawab Niko sambil tertawa.

"Yaudah, besok main yuk"

"Kemana?"

"Kemana aja, yang penting Sela bahagia"

"Ah gombal" jawab gue sambil senyum-senyum sendiri

"Ah masa".

"Udahan dulu ya, mama manggil"

"Eh, entar dulu dong"

"Enggak ada tawar menawar. Bye!" pungkas gue singkat.

Sebenarnya mama gak manggil gue. Gue ngerasa  gugip telfon dengan Niko. Apalagi pembahasannya semakin ngelantur.

"Hayo, habis telfon-an sama siapa?" ujar Bang Avri mengagetkan dari balik pintu.

"Ih, Bang Avri nguping ya" tuduh gue yang pasti benar.

"Kalo iya kenapa?"

"Ih, Bang Avri apaan sih. Gak sopan tahu"

"Jadinya sama Niko nih, gak sama Malvin" tanya Bang Avri

"Sama abang ojek online" ujar gue.

"MA, PA.. SI NIKO PACARNYA SELA TERNYATA SUPIR OJOL MAAA!" teriak Bang Avri kencang agar terdengar mama dan papa.

"BANG AVRI APAAN SIH, JANGAN DENGERIN YA MA,PA!" balas gue dari ruang tamu, tak lupa gue mengambil bantal sofa dan gue lempar kencang ke Bang Avri.

Dari ruang keluarga, terdengat suara mobil berhenti tepat di depan rumah. Tak lama setelah itu terdengar suara orang mengetuk pintu. Mama pun beranjak dari sofa.

"Sel, dicari Niko di depan" ujar mama setelah menemui tamu yang ternyata Malvin.

Gue kaget dan mau gak mau, gue keluar untuk menemui Malvin yang sekarang tengah duduk di ruang tamu.

"Hai, Sel" sapa Malvin dengan ramah yang tak mendapat sedikit balas dari gue.

"Masih marah, Sel?"

"Enggak!"

"Iya, kamu cuek gitu?"

"Oh" jawab gue singkat.

"Sel, maafin gue" rayu Malvin sambil memegangi kedua tangan gue.

"Apaan sih lepasin, alay!" Ujar gue sambil melepaskan genggaman Malvin.

"Gue mau kita kaya dulu lagi" mohon Malvin.

"Drama!" Cibir gue.

"Sel, gue khilaf"

"Gue gak peduli! Kita udah selesai. Mending lo pulang aja, udah malem!" Usir gue halus.

"Sel, sebenci itu lo sama gue?" Tanya Malvin tak percaya.

"Iya, jelas kan?"

"Sel, kalau lo gak sama gue brarti lo juga gak bakal sama Niko. Gue gak bakal biarin itu" ancam Malvin

"I don't care! Gak usah bawa Niko. Mending lo pulang aja" usir gue lagi.

"Gue pamit" pamit Malvin.

Kenapa Malvin menampakan diri lagi setelah dia melukai hati gue dan menghilang tanpa jejak. Kenapa dia meminta kembali setelah menyuruh pergi? Mudah memang mengatakan maaf, namun hati tak bisa berdusta.

***
Terimakasih sudh baca sampai chapter ini
Janhan lupa vote dongg):

Couple GoalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang