Gue pun menuruti ajakan Niko buat jalan malam ini. Daripada gue melongo di rumah terus, it's so bad.
"Jangan lupa bawa jaket, Sel. Gue kan bawa motor, bukan mobil kaya si Malvin itu" ujar Niko saat gue mau ganti baju.
"Iyaaaa" jawab gue panjang.
Setelah gue siap, kita berangkat menyusuri jalanan Jakarta di malam hari. Setelah kurang lebih 20 menit, sampailah juga di sebuah kafe yang agak ramai. Pengunjungnya kebanyakan remaja yang seumuran sama gue.
Gue dan Niko duduk di meja nomor 9 tepat di dekat jendela besar yang menunjukan view yang apik.
"Mau makan apa?" Tanya Niko sambil melihat lihat menu
"Jangan jawab terserah" sambung Niko seolah tahu apa yang akan wanita jawab ketika diberi pilihan.
"Gue udang asam manis, minumnya float aja" ujar gue yang langsung dicatat oleh waiters yang berdiri di dekat gue.
"Ayam bakar sama lemon tea ya mbak" tambah Niko.
Sambil menunggu makanan siap, gue dan Niko melakukan perbincangan kecil. Entah kenapa gue merasa nyaman akan adanya Niko di dekat gue. Apa yang gue rasain beda sama apa yang gue rasain saat pergi bareng Malvin.
Tak berapa lama, pesanan kami datang. Kamipun mulai memakan makanan kami.
"Sel, kenapa sih lo tiba-tiba mau baikan sama gue?" tanya Niko sambil mengaduk minumannya.
"Emang tiba-tiba ya?" tanya gue disusul satu suapan.
"I think"
"Gue capek sih marahan mulu, ntar gue cepet tua" jawab gue santai.
"Just it?" tanya Nikon penasaran yang dijawab dengan anggukan kepala gue.
Sebenarnya bukan itu alasannya. Alasannya adalah lama-lama hati gue tersentuh dengan sikapnya yang tetep baik sama gue, meskipun sering gue bentak. Disini posisi gue jadi orang yang jahat, gue gak mau itu.
"Lo sama Malvin gimana?" tanya Niko lagi
"Enggak gimana-gimana"
"Udah jadian?"
"Belum"
"Jadi, otw?"
"Maybe"
"Ati-ati aja lo sama Malvin, gue rasa dia tipe cowok yang ceweknya banyak" nasihat Niko.
Gue menghentikan acara makan gue dan menatap Niko sambil menyunggingkam senyum miring.
"Ah, sok tahu lo. Kayak Mbah Mijan aja"
"Ih seriusan ini nyai"
"Iya, semerdeka lo aja" jawab gue acuh karena gue gak mau ngebahas hal itu.
Kita ngelanjutin makan, tiba-tiba seorang wanita berambut pirang dengan wajah blasteran menhampiri meja 9 dan menyapa Niko.
"Nikooo" sapa wanita itu sambil menepuk pundak Niko.
"Eh, Caca" jawab Niko dengan bersemangat sambil beranjak dari kursinya. Gue pun hanya mengamati mereka berdua sambil melanjutkan makan seolah tidak peduli.
"Ih, lama banget ya gak ketemu. Eh gue boleh dong duduk disini bentar. Enggak ganggu kan?" tanya Caca.
"Iya duduk aja, lo sama siapa disini?" tanya Niko.
"Sama temen-temen gue. Eh ini siapa, Nik? Pacar lo ya? Jadi udah dapet ganti gue nih?" tanya Caca yang ngebuat gue tersedak dan menghentikan acara makan.
"Bukan, dia temen gue doang kok" jawab Niko.
Mendengar Niko mengatakan 'temen' entah kenapa perasaan gue agak aneh. Seolah hati gue berontak cuman dibilang temen, padahal memang aslinya kita cuman temen. Apa gue meminta lebih?
"Cantik kok, Nik. Akuin aja kali" jawab Caca dengan laga sombong.
"Iya, dia temen gue kok gak lebih. Gak tahu besok" jawab Niko bercanda.
"Eh, gue Caca gue dulu pacar pacarannya Niko waktu kelas 1 SMP" kata caca mengulurkan tanganya pada gu yang mau nggak mau gue jabat. I don't care about it batin gue.
"Sela" jawab gue singkat.
"Eh, apaan tu di idung lo" kata Niko sigap.
"Hah, apaan?" tanya Caca panik
"Sini-sini" niko mendekatkan tangannya ke hidung caca yang mancung. Tanpa di sangka Niko menarik hidung Caca yang membuat Caca merengek kesakitan. Gue hanya menonton ulah mereka berdua yang lol.
"Ih, resek ya lo. Masih gak berubah aja" ujar Caca sambil mengelus-elus hidungnya yang kini merah.
"Lo juga, masih gampang aja dikibulin" jawab Niko sambil tertawa.
"Yaudah ah, gue mau ke temen-temen gue aja. Bye" pungkas Caca sambil berjalan meninggalkan Niko dan Sela.
"Dia itu dulu pacar pura-pura gue, biar keliatan keren punya pacar. Dia aslinya tetangga gue dulu" jelas Niko.
"Oh" jawab gue singkat.
"Cie, cemburuu" goda Niko.
"What? Jealous? Lol" jawab gue singkat.
"Mending lo ngaku aja deh, jangan dipendem gitu"
"Jangan suka nyimpulin sepihak, gak baik" jawab gue.
"Aduh, nyai ngambek lagi?"
"Apaan sih? Siapa yang ngambek? Bikin bad mood aja"
"Dih, nyai kalo PMS ma serem" duga Niko. Padahal sebenarnya Sela sedang tidak menstruasi.
"Udah lah, gue pengen balik" ajak gue
"Yah. Buru-buru amat" tolak Niko.
"Ntar deh, ini makanan gue belum habis" sambung Niko.
"Iya deh"
Gue ngebuka hp gue, dan menemukan chat dari Malvin.
Malvin
Sel,
Lo pergi sama Niko itu ya?
Gue tadi kerumah, l gk ada
Baik2 ya sel
Jangan pulang malem-malem, kalau udah balik cht gue ya(:
Gue tertegun melihat chat itu, jari gue seolah berat untuk membalas chat itu. Kini rasanya tak sebahagia dulu ketika mendapatkan chat dari Malvin. Akhirnya gue putuskan untuk tidak membalasa chat itu.
"Gue bayar ke kasir dulu ya" ujar Niko
"Iya, buruan"
Setelah selesai gue dan Niko pulang. Niko mengantar gue dengan aman sampai rumah.
"Istirahat ya" ujar Niko manis sambil membantu gue melepas helm. Untuk beberapa detik kita saling terpaku dan menimbulkan suasana canggung.
"Ati-ati ya, Nik" ujar gue sambil mundur dari motor Niko.
"Iya, jangan suka nyimpen rasa sendiri. Gak baik" pungkas Niko yang gue balas dengan teloyoran dibahunya.
Niko pun berlalu, gue menatap punggungnya yang mulai menjauh hingga hilang di persimpangan.
Thanks sudan baca sampai chapter ini
Jangan lupa voment ya(;

KAMU SEDANG MEMBACA
Couple Goals
Fiksi Remajakarena kesempurnaan cinta gak melulu tentang kata-kata manis yang dilontarkan oleh mulut. mereka butuh pembuktian nyata bukan manis di bibir saja.