nineteen :: aku sedang mencintaimu

949 65 5
                                    


Kita hanya pandai memendam, tak pandai melupa. Pandai mengasingkan, namun tak pandai mengikhlaskan.

**

KEYSHA memutuskan untuk menghampiri meja Bara yang berada tepat di depan meja miliknya. Sahabatnya itu sedang sibuk memainkan handphonenya dengan kedua telinganya yang ia sumpal dengan headset warna putih seperti biasa, namun gadis itu tetap bersikeras untuk mengajak Bara berbicara.

"Bar," panggil Keysha yang saat ini sudah menempati kursi kosong milik Gallen.

Bara tidak memberikan respon apapun kepada Keysha, alih-alih, lelaki itu justru masih tetap berkutat memperhatikan handphone miliknya. Kali ini Keysha memutuskan untuk menjentikkan jarinya tepat di hadapan wajah Bara –ya, berharap cara itu berhasil.

Dan benar saja, cara itu berhasil! Terbukti dengan sikap Bara yang langsung melepaskan salah satu headset yang terpasang di telinganya, kemudian ia menatap Keysha dengan tatapan penuh tanya.

"Gue mau nanya, Bar." ucap Keysha ragu.

Bara masih tetap menatap gadis itu dengan tatapan datarnya. Aish! Tidakkah Bara tahu jika sikapnya itu justru membuat konsentrasi Keysha buyar seketika?

"Apa?" Hanya itulah respon yang diberikan Bara.

Keysha membuka mulut untuk mengajukan pertanyaan kepada Bara, namun baru satu kali tarikan napas, lelaki itu sudah kembali berbicara. "Gue gak bakal jawab kalo lo masih mau nanya tentang Adena, Key."

Kok dia tau aja gue mau nanya tentang hal itu sih? Batin Keysha.

Gadis itu menghela napas. "Oke, gue gak bakal bahas tentang dia. Tapi ada satu hal yang lo harus inget ya, Bar,"

"Jangan pernah dendam cuman karena ini ya Bar."

Setelah itu, Keysha meninggalkan Bara sendiri dan memutuskan untuk kembali ke kursinya. Pikirannya sibuk hanya tertuju kepada laki-laki yang selama ini menyandang status sebagai sahabat Keysha sejak kecil tersebut, laki-laki yang duduk tepat di hadapannya, dan laki-laki yang bahkan tidak pernah bisa Keysha tebak sikap serta perasaannya.

**

Tepat pukul 15.00 bel yang sudah ditunggu-tunggu oleh siswa-siswi SMA Nusantara berbunyi, tak terkecuali Keysha. Gadis itu pun sudah menghitung berapa jam lagi ia akan mendengar bel pulang dibunyikan sejak beberapa jam yang lalu, pasalnya, mata pelajaran terakhir XII IPS 1 di hari Rabu sangatlah membosankan.

Tiga jam terakhir kelas XII IPS 1 dengan sangat amat terpaksa harus menerima kenyataan bahwa kelasnya memiliki pelajaran Ekonomi di hari Rabu. Gurunya begitu membosankan, serta terlalu terpaku kepada proyektor hingga kesannya sangat monoton dalam mengajar.

Ekor mata Keysha memperhatikan dengan jeli bahwa Bara sudah siap-siap untuk keluar kelas tanpa menunggu Gallen atau teman lainnya terlebih dahulu. Melihat hal itu Keysha hanya mampu menghela napas, namun tekadnya sudah bulat untuk mengajak Gallen berbicara sekarang juga.

"Lo turun sekarang gak Key?" tanya Indira yang sudah menggunakan tasnya dan bersiap untuk pulang.

"Nanti Dir, lo duluan aja gapapa kok." ucap Keysha masih betah duduk di kursinya.

Indira menatap Keysha memastikan. "Yakin gapapa? Entar lo tiba-tiba nge-LINE gue minta ditemenin lagi,"

"Ngasal, itu kan kemaren-kemaren karena emang gue kesepian anjir. Udah, udah, sana pulang!" usir Keysha.

book i | everglow ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang