Segmen 6

227 33 15
                                    

Hutan Larangan...

Myungsoo mendengus sebal melihat Woohyun yang masih tertidur ketika matahari hampir berada tepat di atas kepala. Lihatlah, Woohyun tertidur dengan tangan dan kaki yang direntangkan serta mulut yang sedikit terbuka dengan bekas aliran air liur di sudut bibir sebelah kanannya.

Byul-nama kucing milik Myungsoo, juga duduk di samping kaki majikannya yang sedang menyilangkan tangan dengan tatapan datar. Mereka berdua memperhatikan Woohyun mulai menggeliatkan tubuhnya.

"Hei, bangunlah pemalas!"

Byul sudah merasa tidak sabaran melihat kelakuan manusia yang satu itu. Sempat tersirat di pikirannya, Apakah semua manusia hidup seperti itu?

Berbanding terbalik dengan kehidupan di dunia peri yang bahkan mereka sudah menjalankan aktivitasnya sebelum Zeru-sejenis ayam jantan yang tidak bersayap dan memiliki selaput bening di bawah kepalanya serta berukuran lebih besar dari burung unta berkokok untuk membangunkan para penghuni Diexin Kingdom.

Woohyun bahkan tidak menggubris teriakan Byul. Kini, Byul pun menggoyangkan celana hitam panjang milik Myungsoo, bermaksud memanggilnya. "Apa yang harus kita lakukan? Aku sungguh tidak sabar."

"Terserah. Lakukan apa yang kau mau."

Tanpa berpikir panjang, Byul pun segera melompat ke atas tubuh Woohyun. Menggigit dan menarik pakaian Woohyun dengan bringas hingga membuat Woohyun terbangun. Myungsoo yang melihat itu hanya menarik ujung bibirnya tipis.

"Yak! Apa yang kau lakukan, Byul?!" teriak Woohyun tidak terima.

"Aku hanya menjalankan tugas dari tuanku."

Penglihatan Woohyun tertuju pada iris mata Myungsoo yang berwarna biru terang itu menggelap seolah penuh dengan aura negatif. Woohyun meneguk ludahnya kasar dan menurunkan pandangannya.

"Bermimpi indah, pemalas?"

Suara barithone milik Myungsoo seolah memekakkan telinga Woohyun. Sangat menakutkan.

"Keluar dan berlari sekarang!!"

Woohyun memandang Myungsoo terkejut. Sesekali Woohyun melihat keadaan luar rumah yang sangat panas dan kering dari jendela yang terbuka.

"Kenapa? Kau takut kulitmu menghitam? Keluar sekarang atau kau akan ku berikan untuk santapan makan siang Phouka?"

Woohyun bergidik ngeri mendengar ancaman Myungsoo. Asal kalian tau. Phouka sendiri ialah sejenis makhluk menyerupai Tirex, memiliki tubuh berwarna biru, bergigi taring, dan berkaki enam. Ujung ekornya berbentuk seperti kail pancing untuk meletakkan buruannya. Pouka juga memiliki tanduk berwarna biru yang bisa berubah menjadi warna merah jika ia sudah mencium aroma manusia. Inilah kelebihan Phouka, ia bisa membedakan aroma manusia dan aroma peri.

Tanpa membuang waktu, Woohyun berlari cepat untuk berkeliling hutan tanpa alas kaki. Myungsoo dan Byul saling berpandangan dan menyunggingkan senyum sarkas.

Sampai pada putaran ke sepuluh, Woohyun duduk di teras rumah tua itu. Ia mememperhatikan kakinya yang lecet akibat duri-duri tamanan kyla yang menjalar di tanah. Beberapa kali ia mendesis kesakitan.

"Begitu saja mengeluh? Itu hukuman untukmu!"

Woohyun sejenak melirik Myungsoo yang berdiri di belakangnya dengan menyilangkan tangan. Dalam hati Woohyun, mati-matian ia mengumpati sikap Myungsoo yang sangat kejam terhadapnya. Padahal ia sendiri juga tidak mengerti kenapa bisa terjebak dalam dunia seperti ini.

"Mengumpatiku anak muda?"

"Tidak. Tidak akan," kata Woohyun sambil mencabuti duri yang tertancap di kakinya.

Ruse of The Chess [sedang direvisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang